Handphone 5110

Namaku Toni dan umurku sekitar 26 tahun. Selain pekerjaan tetapku sebagai seorang staff di sebuah perusahaan swasta, aku juga mempunyai usaha sampingan jual beli handphone.

Aku tinggal di daerah Jakarta Selatan, bersama dengan kakakku, Mbak Tina dan suaminya, Mas Amir. Maklum, masih bujangan dan sementara Mbak Tina itu belum punya anak, jadi untuk 'meramaikan suasana' aku tinggal bersama mereka.

Pada suatu ketika, Mbak Tina itu menanyakan kepadaku, apakah aku mempunyai handphone jenis Nokia 5110. Karena temannya, sebut saja Ayu, sedang mencari handphone jenis itu. Kebetulan sekali aku ada stock handphone tipe itu. Ayu, teman Mbak Tina itu, umurnya sekitar 27 tahun dan sering juga main ke rumah kami, sudah cukup akrablah dengan kami. Wajahnya lumayan manis, kulitnya putih bersih dengan rambut sebahu, yang kadang suka membuatku agak deg-degan juga saat melihatnya. Setelah harga sesuai dan barang siap, 3 hari kemudian, kebetulan hari Minggu, Ayu berniat untuk mengambil handphone tersebut. Sebetulnya Mbak Tina tidak ada rencana untuk pergi pada hari Minggu itu karena Ayu akan datang, hanya saja sekitar jam 10-an, Mas Amir ditelepon temannya yang mengatakan bahwa ada seorang dari teman mereka yang meninggal. Maka mereka pun segera berangkat, sebelum berangkat Mbak Tina berkata kepada saya, "Ton, nanti kalo si Ayu datang, suruh makan yach, udah dimasakin tuh, trus kalo mau pulang, nggak usah tungguin Mbak dan Mas Amir dech."
"Iya Mbak, pokoknya beres dech.." jawabku.
Memang Ayu ini sudah seperti keluarga.

Sekitar jam 12-an, Ayu datang. "Kok sendirian aja Mbak, mana 'gandengannya', nggak diajak nich.." godaku, meski aku tahu kalau Ayu belum punya pacar. Aku memang memanggil dia dengan Mbak karena dia teman Mbak Tina. Dia hanya tersenyum.

"Mana Mbak Tina dan Mas Amir, Ton?" Tanya dia.
"Lagi melayat temannya Mas Amir, Mbak.." jawabku.
Maka setelah ngobrol ke sana ke mari serta menunjukkan handphone yang akan dia beli itu, kemudian Ayu berkata, "Ton, ajarin Mbak yach pakenya, abis Mbak kan baru sekarang punya ini, musti belajar dulu."
"Beres Mbak, tenang aja.." jawabku.
Maka sambil duduk di sebelahnya, aku mulai mengajarinya cara menggunakan handphone itu. Hmm.. wangi tubuhnya yang putih bersih itu mulai tercium. Kulitnya yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus ditangannya. "Wah.. tipe cewek gini nich yang gue suka", kataku dalam hati. Semakin lama aku semakin berani untuk mendekatkan posisi dudukku, semakin merapat ke sisi Ayu. Sambil sesekali aku curi-curi mencium rambutnya. Oohh.. tiba-tiba aja aku ingin membelai rambutnya.

Setelah beberapa penjelasan yang kuberikan, dia mulai mencoba handphone itu, meski beberapa kali ada salah pencet tombol. Karena salah itu, aku meralat dengan menekankan tombol yang benar, yang mau tidak mau, aku harus memegang jari-jari manis Ayu. Entah tiba-tiba saja, aku menggenggam tangan Ayu. "Tangan kamu halus sekali Yu, lembut.." kataku. Wajah Ayu yang putih berubah jadi kemerahan dan tertunduk saat aku menatap matanya, "Ah kamu Ton, biasa aja.." Aku semakin memberanikan diriku, aku menaruh handphone itu di meja dan mulai meremas tangan Ayu. "Kamu manis sekali Ayu.." Ayu hanya diam saja sambil tetap menunduk. Aku memegang pundaknya dan memutar badannya hingga berhadapan denganku. Kusentuh dagunya dan kuangkat wajahnya, hingga aku bisa melihat dengan jelas betapa manisnya wajah Ayu, meski agak merah karena malu mungkin. Aku tersenyum dan dia pun balas tersenyum.

Aku semakin nekat, perlahan-lahan aku mendekatkan wajahku ke arahnya dan kulihat dia mulai memejamkan matanya. "Nah, ini dia nich.." pikirku. Perlahan aku mulai menyentuh bibirnya yang mungil itu. Tak kusangka, ternyata dia membalas kecupanku. Semakin aku bernafsu untuk melumatkan bibirnya, ternyata semakin 'buas' juga dia membalasnya. Hmm.. aku jadi tidak tahan.

Perlahan aku mulai melingkarkan tanganku ke pinggangnya, dia membalasnya. Aku semakin mendekapnya, dan kurasakan gumpalan payudaranya yang mungil, hangat di dadaku. Sambil terus berciuman, aku mulai merebahkan Ayu di karpet tempat kami duduk. Sementara itu, batang kemaluanku mulai berdiri. Sambil masih mengenakan baju, aku menggesek-gesekkan batang kemaluanku itu ke belahan selangkangannya. Kebetulan dia mengenakan kulot dari bahan yang agak tipis, sehingga gundukan kemaluannya bisa kurasakan meski masih memakai celana. Kulihat dia masih memejamkan mata sambil sesekali kudengar nafasnya yang memburu. Dia pun membalas goyangan pinggulku dengan menggoyangkan pantatnya.

"Hmm.. mungkin dia sudah pernah nich", pikirku. Kami semakin panas, perlahan aku mulai melepaskan kancing kemeja putih yang dia kenakan, satu persatu sambil kudengar nafasnya yang makin cepat. Setelah semua kancing kulepaskan, mulai kusingkap ke kiri dan ke kanan kemejanya itu. Ohh.. payudaranya tidak terlalu besar memang, tapi kulitnya itu yang membuat jantungku berdegup keras, seperti lilin, halus sekali. Aku mulai mencium bagian telinga, lalu semakin turun ke leher. Ayu menggelinjang, kuteruskan ke bagian dadanya sambil perlahan kulepaskan bra-nya. Kulihat puting payudaranya yang berwarna merah muda itu sudah membesar dan payudaranya agak keras. Kucium perlahan-lahan sekitar putingnya, Ayu semakin menggelinjang.

"Aahh.. terus Ton, teruuss.. aahh.." desahnya. Sambil terus mencium dan menjilat payudaranya, perlahan kulepaskan kancing celananya. Rupanya Ayu paham akan maksudku itu, dia mengangkat pantatnya sedikit sehingga dengan leluasa aku melepaskan celananya. Rupanya diapun tidak mau ketinggalan, dia melepaskan satu persatu kancing kemejaku, sebelum habis semua kancing kemejaku terbuka, aku segera melepaskannya. Setelah itu, Ayu melepaskan kancing celanaku. Kini kami hanya mengenakan celana dalam saja. Aku kemudian menggesek-gesekkan batang kemaluanku yang masih ditutupi celana dalam itu ke selangkangannya. "Ahh.. semakin terasa sekarang.." pikirku.

"Kamu cantik sekali Ayu, kamu manis.." rayuku. Kembali kucium sekitar payudaranya sambil perlahan-lahan kuturunkan ciumanku ke bawah. Terus ke pusar, kulihat dia kegelian, sambil meremas rambutku. "Teruskan Ton, aku ingin.." katanya. Terus kuciumi sampai akhirnya tiba di selangkangannya. Samar-samar bisa kulihat bulu-bulunya yang lebat di balik celana dalamnya yang menggunung itu. Kuciumi, hmm.. wangi sekali. Secara naluriah, Ayu merenggangkan kakinya sehingga aku semakin leluasa menciuminya.

Semakin lama kulihat semakin basah celananya itu, maka dengan cepat aku melepaskan celana dalamnya itu. Benar, rupanya sudah basah, aku perlahan mulai menjilati liang kewanitaannya yang basah. Ayu semakin menggelinjang, kusedot, kujilat klitorisnya. "Suu..daahh.. Toonn.. mmaa..ssuu..kkiinn.." desahnya tak sabar. Maka dengan segera aku melepaskan celana dalamku dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kewanitaan Ayu. Mungkin karena sudah basah, dengan mudah kejantananku menerobos masuk. Aku sempat berpikir sejenak, kok langsung yach, Ooo.. berarti Ayu memang sudah pernah berhubungan sebelumnya.

Dengan perlahan aku mulai menghujamkan batang kemaluanku, semakin dalam semakin hebat gelinjang Ayu. Setelah kurasakan semua sudah masuk, perlahan aku mulai bergerak keluar masuk, pelan.. pelan.. Ayu pun tak kalah, dia menggoyangkan pantatnya. "Aahh.. teerruuss.. Tonn.. aahh.." desahnya. Aku pun semakin cepat bergerak, sambil kuhisap putingnya. Rupanya Ayu akan orgasme, gerakannya semakin liar. Tak lama kemudian, dengan gerakan mengangkat bagian punggungnya, dia dengan 'agak kasar' melumat bibirku dan kurasakan batang kemaluanku terasa berdenyut-denyut dan terjepit. Dan, "Aaahh.." dengan jeritan tertahan, Ayu seolah menggelepar dan tak lama kemudian tubuhnya terkulai lemas. Dia sudah orgasme rupanya, sambil menatapku, dia berkata, "Kamu hebat Ton, kamu terusin aja, sampe kamu juga dapetin yach sayang.."

Kembali aku menggerakkan batang kemaluanku keluar masuk. Ayu mengulum bibirku, rupanya dia sudah mulai panas lagi, goyangan pantatnya semakin cepat dan semakin cepat. Kurasakan bahwa spermaku sudah hampir tiba di ujungnya, aku semakin mempercepat gerakanku, diimbangi oleh gerakan Ayu. "Aahh.. Ayuu.. aku mau keluar nicchh.." desahku. "Samaa.. Ton, aku jugaa.. aahh.." jerit Ayu tertahan berbarengan dengan muncratnya spermaku keluar. Pada saat spermaku akan keluar itu, kuhujamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya ke dalam liang kewanitaan Ayu, "Aaahh.." Kami keluar bersamaan, sesaat mataku terasa berkunang-kunang dan selanjutnya aku merasa melayang.

Ah, rupanya cukup banyak sperma yang telah kukeluarkan di dalam liang kewanitaan Ayu, karena aku merasa beberapa kali menyemprotkannya dan setelah itu masih terasa terus mengalir keluar. Terasa hangat ujung kemaluanku itu. Ayu pun tampaknya sangat puas.

"Ton.. Kamu hebat sekali, aku bisa sampe 2 kali keluar.. kamu hebat sekali sayang.."
"Terima kasih sayang", kataku sambil mengecup kening Ayu.
"Biarkan di dalam saja sayang, aku masih ingin merasakan hangatnya.." bisik Ayu di telingaku. Rupanya Ayu punya maksud lain dengan membiarkan batang kemaluanku itu tetap di dalam liang kewanitaannya.

Setelah kami dapat mengatur nafas kembali, kurasakan pantat Ayu kembali digerak-gerakkan. Gerakannya memutar dan naik turun. Batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas, dengan gerakan seperti itu, kembali mulai tegang. "Kamu diam aja Ton, sekarang giliran aku yang akan membuat kamu melayang", bisik Ayu.

Pada saat batang kemaluanku sudah kembali tegang, Ayu memintaku untuk segera mengeluarkan batang kemaluanku itu dari dalam liang kewanitaannya. Begitu batang kemaluanku keluar, aku langsung didorong ke belakang hingga aku telentang dan tanpa kusangka, Ayu mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Aaahh.. rasanya geli bercampur nikmat, apalagi pada saat lidahnya bermain-main di sekitar ujung batang kemaluanku. Dia hisap ujung batang kemaluanku, lalu dengan perlahan dia mulai memasukkan ujung batang kemaluanku ke dalam mulutnya, terus hingga setengah batang kemaluanku memenuhi mulutnya.

Astaga, geli bercampur nikmat kurasakan hingga di ubun-ubunku. Dia terus mengulum dan mengisap batang kemaluanku, hingga akhirnya, "Aaahh.. Ayuu.. akuu.. maauu.. keeluuaarr.. aahh.." aku sudah tak tahan lagi, dengan batang kemaluanku yang masih di dalam mulutnya, kumuncratkan spermaku. Kupikir Ayu akan segera mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya begitu spermaku muncrat, tapi ternyata tidak. Dia malah seperti mengisap-isap batang kemaluanku hingga aku merasa melayang-layang.

"Aaahh.. Ayu.. kamu hebat sekali, aku nggak kuat" kataku sambil tersenyum pada Ayu. Batang kemaluanku benar-benar merasa tersedot seluruh isinya, aku lemas sekali. Dan ketika tidak ada sperma yang keluar lagi, Ayu mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya. Ohh, rupanya dia menelan semua spermaku itu karena batang kemaluanku bersih dan dari mulutnya pun tak ada sisa sperma yang tertinggal.

Setelah itu kami tidur-tiduran di karpet tempat kenikmatan terjadi, sambil aku memeluk Ayu dari belakang. Aku dapat melihat kepuasan mamancar dari wajah Ayu yang memang ayu itu. Sungguh Ayu, aku pun puas sekali. Dan semenjak saat itu, dengan alasan belajar memakai handphone, aku dan Ayu sering bertemu dan mengulangi segala kenikmatan yang telah kami lakukan, baik di tempat Ayu maupun di rumahku sewaktu Mbak Tina dan Mas Amir tidak ada.

TAMAT