Aku oase para wanita bersuami - Lisa - 3

Tangannya membuat beberapa gerakan dan gaun tidur yang dikenakannya sudah merosot ke pinggangnya. Tangannya kemudian membuka BH-nya dan menyodorkan dadanya ke depan mukaku. Tanpa menunggu lagi aku langsung meremas payudaranya dengan penuh nafsu. Payudaranya berbentuk bulat dan terasa kencang seperti milik gadis dua puluh tahunan. Tangannya kemudian membuka kausku. Aku menciumi payudaranya dan menghisap putingnya yang berwarna coklat muda dan mulai mengeras. Tangan Lisa membelai rambutku sambil sesekali mendekap kepalaku ke payudaranya.

Aku menggunakan jariku untuk membelai daerah selangkangannya, dan jariku juga mulai menekan terutama di belahan vaginanya. Tangan Lisa menggesek penisku yang semakin mengeras.

"Aah.. To.. Sss.. Enak.. Teruss.. Anto.. Ahh"

Mendengar erangan Lisa nafsuku sudah tidak dapat ditahan lagi. Aku merebahkan diri sambil menciumi leher Lisa dan terus naik ke bibirnya. Kubuka celana panjang dan kemudian celana dalamku. Aku terus menciumnya dengan penuh nafsu, kutindih tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Badanku yang besar seolah-olah menenggelamkan badannya yang kecil mungil. Sambil mendesah Lisa berkata.

"Ahh.. Awas kalau keluar duluan lagi.."

Kulepaskan gaun tidur dan sekaligus dengan celana dalamnya.

"Akhh.." ia meronta-ronta dengan pelan.

Kami saling mengulum bibir dengan penuh nafsu, nafas kami mulai tidak teratur. Kaki Lisa menjepit pinggangku Aku menciumi leher kemudian turun ke payudaranya, aku sedot putingnya sampai mengeluarkan bunyi. Kemudian bibirku turun dan menggelitik pusarnya. Lisa tidak tahan dengan perlakuanku, badannya bergerak-gerak tak teratur menahan gel.

"Anto.. Akh.. Geli akh.. Basah..".

Aku terus menciumi perutnya, lalu turun dan saat sampai di depan selangkangannya aku menurunkan kepalaku, menjilati paha dan sesekali menggigitnya. Lisa mengganjal kepalanya dengan bantal dan mengamatiku. Ketika mulutku mulai menyapu vaginanya ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya.

Kuusap betisnya yang tertutup stocking hitam. Sudah lama aku memiliki fantasi bercinta dengan wanita yang memakai stocking. Kini obsesiku terpenuhi. Kugelitik klitorisnya dengan lidahku. Ia mengejang lembut dan dinding vaginanya ikut berdenyut bereaksi menyambut aksi lidahku. Jari tengah kananku kumasukkan ke dalam saluran vaginanya dan ujungnya kugerak-gerakkan menggelitik dinding rahimnya. Ia semakin keras mengerang. Tangannya meremas tepi spring bed di atas kepalanya.

"Anto.. Sudah To. Cukup.. Sudah, aku menyerah.. Ayo.. Cepat masukkan.. Lakukan sekarang.. Ouuhh,"

Kuhentikan rangsangan pada vaginanya dan aku bergerak menindihnya. Penisku kuarahkan ke vaginanya yang basah, kutekan perlahan dan ketika kepalanya sudah masuk seluruhnya maka aku menekan pantatku dengan keras.

"Sshh.. Akhh.. Terus To.. Akh..", Lisa merintih

Bibir kami saling bertautan dengan kuat. Ketika kulepaskan ciumanku maka justru bibirnya mencari-cari bibirku. Mulutnya setengah terbuka sambil mendesis-desis. Aku menggerakkan penisku dengan perlahan dan sesekali dengan tempo cepat. Rasanya penisku dijepit dan diremas-remas oleh tangan yang kuat membuat penisku rasanya akan meledak.

Aku terus memompa penisku di vaginanya dengan tempo yang bertambah cepat. Nafasku mulai memburu. Payudaranya kuremas dan kupencet sehingga putingnya menonjol. Kujilati putingnya dan kugigit-gigit dengan bibirku. Aku menghentak tubuh Lisa ke ranjang dengan kasar saat pinggulnya membuat gerakan memutar.

"Lisaa.. Lis.. Akh.. Ouch.. Akh..".

Kurasakan tubuh Lisa juga mulai bergetar dan bergerak-gerak dengan irama yang liar. Matanya setengah terbeliak, bola matanya memutih. Kakinya menjepit pinggangku tubuhnya beberapa kali mengejang lembut dan kutekan tubuh Lisa hingga tubuh kami semakin merapat.

"Akh.. Anto.. Nikmat sekali.. Sss"
"Yeah Lissaa.. Akh. Kalau saja aku tahu dari dulu di camp.. Pasti aku.."
"Akh.. Tekan yang cepat dan kuat.. Akh.."

Mata Lisa kini terpejam menikmati sodokan penisku. Aku kemudian mengangkat kedua kakinya dan memegangnya dengan tanganku. Aku dalam posisi setengah berlutut, tanganku memegang pinggangnya dan penisku menekan dengan irama yang semakin cepat. Vaginanya terasa basah dan becek, namun penisku bagaikan dijepit tangan perkasa.

"Akgh Anto.. Aku hampir.. Aakkhhu.. Hampir keluarhh.. Ouchhgg.. Akhh".

Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya dan kupeluk dengan rapat. Aku menikmati ekspresinya menunggu saat Lisa mencapai orgasmenya. Kudiamkan sejenak gerakan penisku. Lisa meracau dan tangannya memegang pinggangku serta menggerakkannya naik turun. Aku masih ingin menikmati permainan dan kuharapkan dapat kucapai puncak bersama-sama.

Aku mengehentakkan pantatku naik turun dengan sedikit kasar. Keringat kami sudah mulai bercucuran. Tangan Lisa meremas-remas pantatku dan kadang menariknya seolah-oleh penisku kurang dalam masuk dalam vaginanya. Saat aku merasakan hampir meledak aku melambatkan gerakanku dan mengatur nafasku sambil menghisap putingnya, ketika perasaan itu sedikit hilang aku mulai bergerak lagi.

Tangannya meremas rambutku dan dengan liar bibirnya mencari bibirku. Dia mendesah dengan gerakan yang sangat liar. Kini saatnya kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.

"Yeah.. Anto.. Akhh. Ayo.. Kamu belum mau keluar juga.. Akhh ouchh. Aku sudah.." Lisa mengejang. Ia mengangkat pantatnya dan kutekan penisku sehingga rasanya mentok sampai di dasar rahimnya. Penisku serasa disedot sebuah pusaran kuat. Tubuh Lisa melengkung dan tangannya mengusap pipiku dengan kuat. Kutekan pantatku perlahan namun penuh tenaga.

"Yeacchchh..".

Tubuh kami menggelinjang bersama dengan hebat, kami berteriak dan tidak perduli jika orang lain di luar kamar mendengarnya

"Akhh.. To.. Anto.. Aakkhh..".
"Lisa kamu hebathh.. Akh.. Ouchhakhh.. Akh.. Ouch.."

Kami mengelepar menikmati kenikmatan yang kami rasakan bersama. Kakinya membelit betisku dan mengencang. Kurasakan gesekan kakiku dengan stokingnya yang halus membuat kenikmatan yang ada menjadi lebih lagi. Kucium bibirnya lagi dengan ganas. Tangannya terangkat dan berada sejajar dengan kepalanya.

Aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya saat penisku mulai mengecil dan terlepas dari vaginanya. Tubuhnya merinding bergetar saat aku mencabut penisku.

"Nikmat sekali To. Coba begini saat di camp dulu. Pasti aku tidak akan marah-marah".
"Ya, kamu kan maklum dengan situasi dan kondisi waktu itu".

Kulepas stokingnya perlahan dan kuletakkan begitu saja di dekat perutnya. Kuangkat tubuh mungilnya dan kugendong ke kamar mandi. Aku di belakangnya memeluk tubuhnya sambil menyabuni dada, perut dan selangkangannya.

"Aku ingin babak berikutnya dengan variasi lainnya," katanya dengan nada genitnya yang khas. Doggie style jelas merupakan variasi yang menambah kenikmatan.

Selesai mandi kami kemudian saling mengeringkan tubuh. Ketika ia mengeringkan selangkanganku, kenakalannya mulai timbul. Dikocoknya penisku dan mulutnya lansung mengulum penisku yang masih kedinginan. Penisku baru setengah berdiri dan Lisa menghentikan aksinya.

"Sekedar pemanasan. Extra show untuk ronde kedua, tapi kita istirahat dulu sebentar khan? Aku masih lelah sekali. Kamu liar tanpa aturan".
"Kalau lambat-lambat, nanti kamu marah lagi. Katanya kurang gelisah".

Kami berbaring sambil mengobrol.

"Anto aku mau tanya serius sekarang," katanya.
"Apaan?"
"Kalau misalnya aku cerai, kamu mau mengawiniku? Aku mau hidup tenang berkumpul dengan suami di rumah".

Alamak, lemas aku mendengarnya. Kuusap-usap bahunya.

"Bagaimana?" desaknya.
"Apanya?" tanyaku pura-pura bloon.
"Itu tadi. Aku bercerai dan kita kawin," katanya mantap.
"Tadi sudah dan sebentar lagi kita juga kawin," isengku mulai timbul.
"Kamu diajak ngomong serius, malahan bercanda terus. Tapi aku merasa kalau kamu hanya ingin untuk sekedar senang-senang saja".
"Kita lihat saja nanti," jawabku. Hanya sekedar untuk menghentikan segala omong kosong ini.

Ia menatapku dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Bibirnya mengecup bibirku dengan lembut kemudian ke bawah sampai di leherku. Kuciumi telinganya dan kuhembuskan napasku dekat telinganya. Ia menggelinjang kegelian. Detak jantung mulai meningkat. Ia terus menciumi dadaku. Kurasakan buah dadanya menekan lenganku. Kenyal dan padat.

Kugerakkan kepalaku ke punggungnya kuciumi punggungnya yang mulus. Buah dadanya kuremas dengan tanganku. Kubalikkan tubuhnya dan ia segera menindih tubuhku. Payudaranya terlihat sangat putih, kencang dan padat dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda menggantung di atas dadaku. Putingnya yang coklat muda tidak sabar menunggu untuk dikulum. Payudara kiri kuisap dan kujilati, sementara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku. Kulakukan demikian berganti-ganti. Tangan kiriku mengusap-usap rambut dan tengkuknya dengan lembut.

Lisa mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit.

"Upps.. Lagi Anto. Ououououhh.. Nghgghh, Anto ayo teruskan lagi.. Ouuhh.. Anto"

Payudaranya kukulum habis. Lisa menggoyangkan kepalanya dan mencium leherku sampai ke dekat tengkuk. Akupun sudah tidak tahan. Senjataku sudah siap untuk masuk dalam babak ke dua.

Mulutnya terus bergerak ke bawah dan kini Lisa mengisap-isap buah zakarku dan menjilati batang penisku. Kupalingkan mukaku ke samping dan kugigit ujung bantal.

Tiba-tiba penisku mengencang dengan sendirinya hingga condong mendekati permukaan perutku ketika lidah Lisa mulai menjilat kepalanya. Kukencangkan otot perutku sehingga penisku juga ikut bergerak dan berdenyut-denyut.

"Hmm.. Luar biasa nikmat," komentar Lisa sambil terus melakukan aktivitasnya. Kuangkat kepalaku dan kuperhatikan Lisa sedang asyik menjilat, menghisap dan mengulum penisku. Kadang-kadang ia melihat ke arahku dan tersenyum genit.

Bersambung...