Kehidupan seksku - 2

Dengan bersiul gembira suamiku beranjak ke ruang kerjanya, sementara aku lalu mandi dan mempersiapkan diri, entah kenapa aku jadi berdandan dan mengenakan daster sutera yang membuatku tampak sexy, dengan belahan dada yang rendah, aku ingin tampil cantik, padahal siapa yang akan datang aku juga tidak tahu.

Ning.. Nong.., pada pukul 11 kurang sedikit bel rumah berbunyi dan suamiku bergegas keluar menyambut tamunya, sementara pembantuku sudah pada tidur, lagi pula sudah kupesankan kalau malam ini kami akan ada tamu tapi tidak perlu repot karena tamu tersebut adalah teman suamiku.

"Silakan Mbak", suara Harry membuyarkan lamunanku.
"B.. Bagaimana caranya..?", tanyaku agak nervous.
"Mbak berbaring saja.. Telungkup, mohon dasternya dibuka ya..?", Harry berkata dengan lembut, namun profesional, tegas dan tidak tampak kurang ajar.

Aku lalu melangkah ke kamar mandi di dalam kamar kami, dengan hati yang tidak karuan karena takut, tegang namun exciting kubuka dasterku, dan mengambil handuk yang kulilitkan di tubuhku. Aku kembali ke kamar dan langsung menelungkupkan diri di ranjangku.

Harry duduk di sampingku dan membuka handuk yang masih terlilit, lalu handuk itu digunakan untuk menutupi bongkahan pantatku. Aku masih mengenakan celana dalam, dan terasa dingin ketika tangannya mulai melumuri punggungku dengan lotion yang harum. Tangan kekar itu mulai mengurut perlahan namun mantap dan perlahan aku mulai merasa rilex, sementara kulirik suamiku yang duduk memperhatikan dengan wajah penuh senyum dan rasa senang.

"Hmm.. Senang olah raga ya Mbak..", tanya Harry.
"Badan Mbak kencang sekali..", katanya lagi sementara tangannya tak berhenti memijat mulai dari bahu turun ke punggung.
"He.. Eh..", jawabku sekenanya karena aku sungguh menikmati pijatan lembut namun bertenaga dari pria yang baru ketemu sekarang ini.

Kedua tanganku bergiliran juga diurutnya dan entah sudah berapa lama ketika kurasakan tangan itu mengangkat handuk yang menutupi pantatku.

"Mbak celana dalamnya boleh dibuka..? Supaya mudah diurutnya", Harry berkata dengan perlahan dan tanpa menunggu persetujuanku, celana dalamku sudah diturunkan dan anehnya aku mengikuti dengan mengangkat perutku untuk memudahkan turunnya celana dalamku.

Lengkaplah pikirku, kini aku telanjang bulat telungkup di ranjang dan seorang laki-laki asing yang baru ketemu belum sampai dua jam memijati seluruh tubuhku.

"H.. Hh.. Ss..", aku mendesis ketika tangan yang sedang memijat pantatku menyentuh anus dan terkadang menyenggol vaginaku, aku mulai 'naik'.
"Direnggangkan sedikit Mbak..?", kudengar suara Harry berkata sementara tangannya memijat pahaku, meminta aku merenggangkan kedua kakiku.

Kini semakin sering vaginaku tersentuh ketika Harry memijat paha bagian dalam, dan aku semakin menahan birahi yang mulai naik, dan ketika kulirik.. kulihat suamiku memperhatikan dengan seksama, dan aku kenal sekali wajahnya kalau ia juga agak terangsang dengan suasana yang ada ini.

"Balik Mbak..!?!", suara lembut Harry memecah kesunyian, memang bukan aku nggak mau ngobrol tapi posisi telungkup itu membuatku susah berbicara.

Aku membalik dan kini benar benar aku telentang tanpa selembar benangpun dan kulihat bahwa walau professional, Harry tampak menelan ludah melihat tubuh mulusku terpampang di hadapannya.

Tangannya mulai memijat payudaraku dan tanpa dapat dicegah, putingku mengeras ketika tersentuh. Setelah kurang lebih 3 menit masingmasing payudara mendapat 'giliran', tangannya mengusap perutku dengan lembut dan terus ke bawah.. Aku mulai menggigit bibir. Dengan penuh konsentrasi, kulihat Harry mulai memijat paha, kaki lalu balik lagi ke paha dan mulai memijat vaginaku..

"Uh.. Oh..", erangku lirih ketika tangannya memijat atau lebih tepat mengusap bibir vaginaku dan sesekali jarinya 'membuka' vaginaku dan menyentuh klitorisku.

Lalu.. Jarinya mulai memasuki vaginaku yang memang sejak tadi sudah membasah.

"Hh.. Uh..", aku mencoba menahan rasa terangsang yang mulai membakar dan tanganku mencengkeram seprai tempat tidur dan ketika suamiku maju mendekat, kupegang tangannya yang dibalasnya dengan genggaman.

Kini jari-jari tangan Harry benar benar memainkan vaginaku dengan penuh irama dengan jari telunjuk vaginaku di 'tusuk' dan digerakkan maju mundur sementara jempol tangannya memainkan klitorisku dan iramanya benar benar konstan membawaku sangat tinggi dan ketika aku hampir mencapai orgasme, tiba tiba ia menghentikan gerakannya.

Aku agak kecewa sebenarnya karena tadi sudah sangat 'dekat' dengan orgasme yang kukejar namun aku diam saja dan harry mulai lagi memijatku dari lutut ke atas. Ketika tangannya mencapai vaginaku, kembali ia memainkan irama seperti tadi dan birahiku kembali mulai merambat naik.. Semakin tinggi.. Dan aku semakin menggelinjang menahan rasa nikmat. Kembali ia menghentikan gerakannya, namun tidak lama aku merasakan yang lain, kini hangat dan lebih lembut, ketika mataku kubuka..(dari tadi aku terpejam), kulihat.. Oh Tuhan.. Ia mulai menjilati vaginaku.

Tanpa sadar aku memperbaiki posisiku, sementara Harry juga mengatur posisi menempatkan diri di tengah kedua kakiku yang kini sudah mengangkang lebar, meletakan bantal di pantatku sehingga posisinya nyaman dan mudah untuk menjilatiku.

Lidah hangat itu mulai menjilat, menelusuri dan sesekali menerobos liang vaginaku, dan aku semakin tak tahan..

"Oh.. Uh.. Hh..", tanganku pun sudah tak sungkan untuk menjambak dan memegang kepala laki-laki itu.

Aku semakin tak tahan ketika lidah itu menelusur ke belakang dan mulai menjilati, bahkan memasuki anusku..

"Oh.."

Terlalu dahsyat sensasi yang kurasakan dan ketika lidahnya secara teratur kembali memasuki liang vaginaku dengan irama teratur juga menjilati bahkan menyedot klitorisku, akupun berteriak..

"Aakkhh.. Aku keluaarr.."

Dan orgasme itu benar benar membuatku terkulai, namun aku masih merasa belum lengkap, vaginaku masih ingin.. kemaluan.. pria.. Namun orgasme tadi menyadarkan aku bahwa ada suamiku di sini dan ketika kulihat ia tampak sangat terangsang.

"Mbak.. Sungguh cantik.. Senang sekali bisa membantu..", suara Harry yang memujiku kembali membuatku tersipu, dan aku segera bangkit, menyambar handuk lalu setengah berlari menuju kamar mandi.

Aku mandi dan vaginaku masih terus berdenyut-denyut. Ketika aku selesai, kulihat suamiku memberi tanda dan berkata..

"Ma.. Harry mau pamit.."
"Terima kasih Mas..", kataku dan mengulurkan tangan mnerima jabatannya, sempat kulihat bagaimana selangkangan laki laki itu tampak menggembung, kasihan.., pikirku.
"Hmm.. Bagaimana Ma..?", tanya suamiku sekembalinya ke kamar setelah mengantar Harry ke pintu.

Aku tidak menjawab, namun langsung menerkamnya, melucutinya dan kemaluannya langsung berada di mulutku..

"Uh..", cuma itu desahan yang kudengar dan tidak sampai dua menit mulutku sudah penuh air mani suamiku.
"Gila.. Aku sungguh tidak tahan dari tadi, apalagi ketika Harry menjiilatimu", kata suamiku ketika kami berbaring, menunggu dia 'recover' sementara tanganku asyik mengelus kemaluannya yang masih setengah tidur.
"Mas nggak cemburu atau sakit hati?", tanyaku.
"Nggak.. Malah sangat terangsang.. Toh aku tahu kamu istriku dan mencintaiku", jawabnya dan aku tak sempat menjawab karena bibirnya sudah menutup bibirku.

Malam itu kami bercinta berkali kali, dan kuakui efek dari kehadiran laki laki lain itu sungguh sangat meningkatkan gairah kami.

"Lain kali.. Boleh kuminta yang memijatmu juga telanjang?", tanya suamiku beberapa hari kemudian.
"Terserah Mas.. Bagimana baiknya..", aku menjawab ketika beberapa hari kemudian kami sedang berbaring sehabis bercinta.
"Tapi.. Kalau bisa jangan Harry lagi..", kataku.
"Kenapa..?" tanya suamiku.
"Nggak ah.. Jangan sampai ada pihak lain yang nanti merasa terlalu dekat dengan kita", jawabku lagi.

Memang aku tidak ingin rumah tanggaku terguncang karena sebenarnya aku yang takut kalau-kalau aku jadi senang dengan laki laki lain, apalagi setampan dan se-gentle Harry, masih terbayang betapa besar gelembung celananya ketika ia selesai menjilatiku, dapat kubayangkan berapa besar isinya..?

Bersambung . . . . . . .