Pesta Seks
Monday, 25 May 2009
Lily Panther - Bachelor party - 1
Serial ini menceritakan pengalamanku sejak awal mula menjadi seorang pekerja sex (baca: "Selintas Kisah seorang Call Girl") hingga menjadi seorang call girl yang freelance, termasuk petualangan dengan berbagai macam dan tipe orang, bermacam permainan dan bermacam macam lainnya.
*****
Di Batas Pelangi
Ketika aku memasuki halaman rumah itu, banyak mobil mewah sudah diparkir memenuhi area yang ada, seorang satpam mendekat.
"Kucarikan parkir Bos, langsung aja sudah ditungguin di dalam," katanya pada GM yang mendampingiku.
Kulihat rumah itu begitu besar, seperti layaknya rumah di kawasan elit Galaxy, lebih tepat disebut istana barangkali, mungkin bisa dibandingkan besarnya dengan rumah di kawasan Pondok Indah.
Seorang anak muda chinese, namanya Indra menyambut kedatangan kami.
"Langsung masuk aja, mereka sudah nunggu" sambutnya
Ternyata sudah ada 6 anak muda seusia Indra di dalam, mereka bersiul riuh menyambut kedatanganku, berbagai celoteh terlontar memujiku.
"Wah bisa nggak jadi kawin tuh si Joseph," salah satu yang kudengar.
"Oke friend, Ini Lily dan jangan ganggu dia karena milik Joseph," Indra mengingatkan.
Kembali teman temannya teriak kecewa.
Berbagai macam minuman sudah tersedia di meja, dari soft drink hingga whiskey, kulihat beberapa dari mereka wajahnya sudah merah terbakar alkohol, tatapannya begitu liar seolah hendak menerkamku.
Secara sepintas si GM sudah memberi tahu bahwa ini adalah acara "Lepas Bujang" alias Bachelor Party, aku diminta sebagai bintang tamu melayani Joseph yang akan menikah 2 hari lagi, seperti pesta 'Lepas Bujang' lainnya, aku hanya melayani Joseph seorang tapi dihadapan teman temannya yang tak tahu berapa jumlahnya, biasanya antara 4-9 orang, tapi dia menjamin bahwa hanya Joseph yang harus aku layani untuk acara ini, setelah itu terserah aku sendiri bagaimana dengan lainnya, biasanya ada beberapa orang yang tertarik mem-booking setelah pesta, semua terserah ke aku karena diluar harga paket spesial yang kutawarkan.
Meskipun aku sudah menyiapkan diri secara mental untuk bercinta dihadapan lebih dari 2 orang, ternyata ada rasa nervous juga dikelilingi laki-laki yang haus dengan wajah menyeringai seakan hendak memperkosaku, meskipun sebenarnya wajah mereka nice looking tapi sorot mata yang menakutkanku.
Sepuluh menit kemudian, si Joseph datang, seorang chinese seusiaku, mungkin lebih muda dengan kaca mata minus bulat ala John Lennon.
"Sep, tuh sudah ditunggu," kata Indra menyambut kedatangannya.
"Li, ini Joseph laki-laki yang beruntung itu dan Seph, she is yours," Indra mengenalkanku, kusambut uluran tangannya tapi dia melanjutkan dengan ciuman di pipi, temannya mulai berteriak gaduh.
Irama House musik mulai keras menghentak, aku didaulat untuk menari dihadapan mereka, seperti biasa, menari streaptease hingga totally nude dan tugasku untuk membuat Joseph bertekuk lutut.
Dengan sedikit nervous diiringi tatapan mata liar laki-laki yang mengelilingiku, akupun mulai meliuk liukkan tubuhku dihadapan mereka, mengikuti dentuman iringan musik yang kian memanas.
Kuperagakan gerakan erotis seperti yang sering kulihat di night club, sebisanya kutiru gerakan gerakan sensualnya yang bisa membangkitkan syahwat para laki-laki.
Namun belum satu musik berlalu, Joseph berdiri menghampiriku, tanpa mempedulikan celoteh teman temannya, dia menarikku duduk di pangkuannya, sofa besar ditengah ruangan itu tampaknya sengaja dikosongkan untuk Joseph. Tak kulihat lagi GM yang mengantarku tadi, sepertinya dia sudah pulang setelah selesai tugasnya termasuk mengurus pembayarannya.
Joseph mulai menciumi leher sambil meremas remas buah dadaku dihadapan teman temannya, pada mulanya aku agak risih melakukannya dihadapan sekian banyak laki-laki yang hanya melihat dengan penuh perhatian.
Namun perasaan risih itu perlahan memudar berganti suatu sensasi yang aku sendiri tak tahu dari mana datangnya, semakin berani Joseph menggerayangiku semakin bergairah pula aku mendesah, seakan tak ada lagi orang lain di ruangan besar itu.
Tangan Joseph sudah menyelinap dibalik kaos ketatku, diremasnya dengan penuh gemas, tak lama kemudian terlepaslah bra hijau dan dilemparkan ke teman temannya, mereka bersorak riuh seperti melihat pertandingan bola. Sempat kudengar celoteh pujian dari "penonton" ketika kaosku disingkap memperlihatkan buah dadaku. Aku tak bisa menahan gairah lagi saat dia mulai mengulum putingku bergantian, kuremas remas rambutnya sambil mendesah nikmat. Dari gerakannya aku sangat yakin kalau ini bukan pertama kali baginya, dia sepertinya sudah berpengalaman dan tahu bagaimana memperlakukan wanita.
Hanya bertahan 5 menit kaosku menempel sebelum akhirnya meninggalkanku dan berpindah ke para "penonton" diiringi tepuk tangan nyaring, aku benar benar ditengah tengah srigala srigala lapar yang siap menerkam, meskipun tak mungkin terjadi, paling tidak untuk saat ini. Joseph semakin bergairah menggumuli bukit dan putingku, seperti ingin membuktikan sesuatu pada teman temannya.
Giliran selanjutnya adalah celana jeans yang masih kukenakan, Joseph sudah melepas kancing dan resliting hingga tampak celana dalam mini berwarna hijau tua.
"Lepas.. lepas.. lepas," para penonton memberi dukungan, dan tak perlu lama lama mereka menahan napas untuk melihat kemolekan dan ke-sexy-an tubuhku. Kembali sorak kemenangan menggema mengiringi lepasnya celana jeans-ku, tinggallah aku sendirian hampir telanjang mengenakan celana dalam mini diantara srigala srigala lapar itu.
Mendengar sorakan yang riuh rendah, aku semakin bergairah, dengan gerakan yang demonstratif aku berlutut didepan kaki Joseph yang sudah berdiri bersiap menerima kenikmatan, kubuka dan kutarik turun celananya hingga menampakkan celana dalam HOM bermotif batik. Kuremas remas benjolan dibalik celana dalam itu, sambil menciumi perutnya yang agak buncit. Kembali terdengar teriakan ketika aku merosot turun penutup kejantanannya, tersembullah kejantanan yang sudah keras menegang mengenai wajahku.
Sambil tersenyum dan melirik ke arah penonton, kukocok dan kujilati sekujur penis itu tanpa sisa dari ujung hingga pangkal, Joseph mulai mendesah nikmat, para penonton terdiam, keadaan semakin sunyi saat kumasukkan penis itu ke mulutku, hanya desahan napas Joseph yang terdengar mengiringi kuluman permainan oralku. Aku sangat menikmati kesunyian yang berbalut birahi, mereka seakan terlongo melihat permainan oralku.
Penis Joseph yang tidak terlalu besar dengan mudahnya keluar masuk mulutku, semua bisa memasukinya hingga hidungku menyentuh rambut rambut halus di pangkal penisnya.
Kalaupun ada cicak lewat pasti terdengar karena keheningan ini, desahan Joseph benar benar menguasai ruangan, semua terdiam melihat penis temannya yang tidak disunat itu keluar masuk membelah bibir manisku. Aku semakin bersemangat saat tahu bahwa aku berhasil membetot perhatian para srigala lapar tanpa mereka bisa berbuat apa apa, semakin demonstratif pula kupermainkan bibir dan lidahku pada penisnya.
Entah karena sensasinya terlalu tinggi mendapatkan oral didepan teman temannya atau memang dia tidak bisa bertahan lama, tak lebih 5 menit setelah jilatan pertama, Joseph berteriak kencang sambil menyemprotkan spermanya ke mulut dan wajahku, sebagian tertelan dan sebagian lagi membasahi wajah dan rambutku.
Kusapukan penisnya pada wajah dan buah dadaku, sambil tersenyum aku menatap para penonton satu persatu seakan hendak melongok apa yang ada di benak mereka. Kebanyakan menghindar tatapanku, mungkin takut terbaca apa yang ada dalam pikirannya, sebagian lagi menatapku dengan penuh nafsu dan sorot mata kekaguman.
Sorak dan tepuk tangan bergema ketika Joseph duduk di sofa dan menarikku ke pangkuannya, tubuh telanjang kami saling berpelukan dihadapan teman temannya, seakan mereka baru tersadar kalau babak pertama sudah selesai.
Indra membawa 2 botol bir hitam dan menyerahkan ke kami, aku menolak dan minta Lippovitan atau air putih saja, sekedar mencuci mulutku yang terasa bergetah terkena sperma. Joseph mengusap wajah dan tubuhku yang terkena sperma dengan handuk kecil yang sepertinya sudah disiapkan.
"Beruntunglah kamu Joseph, belum tentu si Yeni nanti mau melakukan seperti itu," kata Indra
"Aku mau kamu panggil dia lagi saat pestaku nanti," celoteh salah seorang penonton.
"Tunggu saja giliranmu, dapat aja belum, makanya jangan terlalu sering ganti pacar," sahut lainnya.
Aku tak memperhatikan lagi celoteh mereka, kupunguti pakaian yang berserakan di lantai sekaligus sengaja lebih memamerkan lekuk sexy tubuhku dihadapan mereka, aku ingin mereka mengetahui lebih jauh betapa sexy-nya tubuhku.
Hanya berselang 15 menit, Joseph sudah bersiap melanjutkan permainan, dia jongkok di antara kakiku yang dinaikkan tinggi, liang vagina yang bersih tanpa dihiasi bulu bulu halus begitu jelas terhampar dihadapannya, juga dihadapan teman temannya.
Dipandangi sejenak sebelum mendaratkan lidahnya, seperti dia baru tersadar kalau selangkanganku tidak berambut sehabis dicukur. Diawali dengan ciuman pada paha dan remasan di dada, lidahnya menjelajahi daerah selangkanganku, menari nari sebentar pada klitoris lalu mulai melakukan hisapan hisapan kuat di vagina, akupun mendesah lepas tanpa peduli penonton yang mulai menahan napas.
Beberapa menit kemudian kudorong kepalanya menjauh, aku berdiri menuntunnya menuju sofa panjang, kuusir mereka yang sedang mendudukinya untuk berpindah ke tempat lain. Dengan halus kurebahkan tubuh telanjang Joseph di sofa panjang, kamipun melakukan 69 di atasnya, saling menjilat, saling mendesah, saling berbagi kenikmatan.
Kulirik beberapa penonton mulai mendekat, melihat lebih dekat bagaimana aku mengulum dan menjilat, sebagian lagi melototi vaginaku yang sudah mendapat jilatan nikmat, mereka berdiri mengelilingi kami, aku tak peduli, justru semakin bergairah, namun tidak demikian dengan Joseph, dia merasa terganggu dengan jarak yang terlalu dekat, diberinya aba aba supaya temannya kembali menjauh.
Setelah kulihat semua sudah duduk pada tempatnya, aku berdiri mengatur posisiku diatas penisnya, sengaja kupilih posisi di atas supaya penonton bisa menikmati tubuhku sepenuhnya, berikut buah dadaku yang akan berguncang saat aku turun naik mengocok Joseph.
Dugaanku benar, mereka mulai menggeser sofa tempat duduknya ke arah depanku, sehingga terlihat dengan jelas bagaimana expresi wajahku saat menerima kenikmatan dan bagaimana temannya sedang merasakan kenikmatan tubuhku sambil meremas remas buah dadaku, aku mendesah makin bergairah seirama gerakan mengocokku di atasnya.
Berulang kali Joseph mengulum putingku disaat aku mengocoknya, penonton tercekat diam menikmati permainan kami, beberapa mulai meremas remas selangkangannya sendiri, bahkan salah seorang sudah mengeluarkan penis dari celananya sembari mengocok dan menonton kami, aku tertawa puas dalam hati bisa mempermainkan mereka, membuat mereka terbakar api birahinya sendiri.
Melihat kondisi birahi para penonton, aku semakin bergairah mengocoknya, justru membuat Joseph semakin mendesis melayang kenikmatan, diremasnya buah dadaku semakin gemas, akupun terbawa suasana panasnya nafsu disekelilingku.
Gerakanku semakin liar, berputar dan naik turun di atas Joseph, untung dia bisa tahan lebih lama sehingga aku semakin menikmati permainan ini, bukannya menikmati kocokan Joseph tapi menikmati sensasi yang terjadi.
Kami berganti posisi dogie, aku posisikan tubuhku tetap menghadap para penonton meskipun dengan posisi nungging, justru semakin menambah erotisme saat buah dadaku berayun ayun bebas ketika Joseph mengocok dari belakang.
Bersambung . . .