Seni bercinta bersama Dina - 2

Tanganku menyentuh kenyalnya buah dada Dina. Kuremas pelan dan kubuka kancing bajunya perlahan. Ujung jariku menyentuh puting Dina dan jilatan-jilatan lidahku sudah berpindah menelusuri leher, tengkuk dan belahan dada Dina.
"Oghh.. Yoga..!"
Dina merinding, tampak bulu-bulu halusnya berdiri menahan serangan lidahku.
"Ohh.., hmm..," Dina mendesah.
Kusapu belahan dadanya dari leher hingga ke ulu hatinya.
"Sss.., sstt..," Dina mendesis menikmati lembutnya sapuan lidahku.
Kecupan-kecupan ciuman terus merajalela di bagian pinggul dan perut Dina. Kuklitiki lubang pusar Dina dan kugesekkan hidungku di permukaan kulit tubuhnya.

"Aahh.. Yoga.., ouggh.. sstt.."
"Dina.., Aku emut yah nenen Kamu..?"
"Oh please Yog.., Do it for Me..!" katanya sambil membantuku membuka BH-nya yang berukuran 36B.
"Huff.. yess.." kedua dada Dina terlihat jelas dengan 2 puting kecil berwarna coklat muda.
Dina memegang kepalaku dan sedikit meremas rambutku, lalu dia menekankan kepalaku mendekati dadanya.
"Slurpp.. sluurpp..," mulutku meraup dan menghisap dada Dina.
"Oeghh Yog.., aahh.."

Ujung lidahku menekan ujung puting Dina, "Sstt.. shmm.. oh.."
Dina menggelinjang karena kuemut putingnya, lalu ujung lidahku menglitiki dada dia. Turun naik remasan-remasanku dan pilinan kedua jariku, menambah indahnya foreplay yang kuberikan kepadanya. Lalu aku membalikkan tubuhnya. Dengan tubuh tengkurap, kubuka roknya dan tinggalah sebuah CD. Lidahku mengerayangi punggung Dina. Usapan kombinasi antara sapuan ujung lidah dan belaian jemariku membuat Dina semakin merasakan hangatnya tehnik bercinta yang kuciptakan.
"Ohh.. hhmm ahh.." kepala Dina bergoyang dan menengadah menahan geli.
Aku mengekspresikan gerakan cintaku agar Dina mengerti arti sebuah sentuhan.

Lidahku turun menelusuri bongkahan pantatnya. Kugigit karet CD-nya dan kuturunkan dengan menggunakan mulutku.
"Arghh.. Yoga.., Kamu.. ahh.. It's so warm.. and erotic.."
Kupeloroti CD-nya hingga sampai ke betis. Lalu kedua kaki Dina membantu melepaskannya. Tinggal lah tubuh Dina yang putih polos layaknya tubuh seorang wanita Chiness. Kuciumi betis Dina, kutelusuri dengan sentuhan lidahku hingga ke bagian pantatnya.
"Uhh..," lalu kuemut bongkahan pantatnya hingga timbul tanda cupangan dari bibirku kujilat-jilat belahan pantatnya.
Dina mengangkat pantatnya dan mendesah, "Ooh.. hh.." kutelesuri kembali belahan pantatnya dan akhirnya lidahku bermuara pertengahan antara vagina dan lubang anusnya, "Slurp.." lidahku menjulur-julur ke arah lubang itu bergantian dan merasakan lembab dan harumnya vagina Dina.

"Aogh.. hh.." Dina menggelinjang menggerakkan pantatnya naik turun.
"Yog.., buka baju Kamu Say.." katanya.
Lalu dia membalikkan badannya dan bangun, lalu berdiri melucuti pakaianku satu persatu. "Ahnm.." aku menikmati gerakan jemari Dina, membuka pakaianku sambil kupandangi dan kubelai punggung dan bongkahan pantatnya dan ingin sekali kulumat bibir dan putingnya.
Lalu Dina berlutut dan membuka CD-ku lalu dia terbelalak, "Oh sstt.. besar sekali Yog..?Huff..!"
Dina mengelus dan mengurut-urut lembut kejantananku dengan pandangan nanar bernafsu untuk menghisap.
"Buat Kamu Din..! Ini buat Kamu.. Sayang.." kataku memanjakannya, "You are so beautiful Dina..!" kataku sambil mengangkat Dina dan merebahkannya di atas ranjang.
"Oh Man, She's so preety.." kataku dalam hati.

Aku menjatuhkan serangan di dada, dan mulai menghisap puting kirinya.
"Ooughh.." mendesir sekujur tubuh Dina sampai ke kemaluannya.
Tangan Dina melemas tidak berdaya, apalagi jemari kiriku yang kokoh memilin-milin puting kanan, tangan kananku meremas-remas pantat Dina. Mulutku kemudian berpindah dari puting kiri ke kanan dan sebaliknya.
"Tetemu indah sekali Din, Aku suka.." kataku memujinya.
Tidak tahan Dina menerima permainanku, sangat lain, beda, pintar sekali, berbeda dengan suaminya.
"Oghh Sayang.. uh.. enak Sayang berikan apa yang belum pernah kurasakan.." erangnya.

Payudara Dina langsung mengeras. Kedua putingnya kontan meruncing, tegak. Kukombinasi gerakan antara lembut dan terkadang agak liar, aku menghisap dan membuat Dina merasa nikmat. Birahi Dina yang mulai membesar, tidak terasa tahu-tahu dia telah meninggalkan beberapa cap merah di sekeliling dadaku yang bidang. Jemari tanganku mulai merasuk ke belahan kemaluan Dina. Tanganku satunya meremas-remas pantatnya.
"Ogh..!" Dina menggelinjang disaat aku menggesek-gesek liang kemaluannya dengan jemariku.
"Ooouuwww..," serangan bersamaan di lubang kemaluan dan hisapan puting menyebabkan Dina pra-orgasme.
Tanpa sadar mulut Dina terbuka menahan nikmat dan matanya terpejam sambil melenguh panjang.
"Ahh.. sshh.." lalu mulutku menyumpal mulut Dina, dan lidahku berkesempatan menari-nari mencari lidah dalam rongga mulutnya.

Dina kembali mengeluh dan menggelinjang, "Oouuh, enak sekali.. Yoga.."
Tanpa sadar Dina membalas jilatan-jilatanku, dan mebuat kemaluannya membanjir dengan CD yang telah terlepas. Jari tengahku mulai menusuk-nusuk perlahan ke dalam lubang kemaluan Dina.
"Ouugh," semakin dalam, dalam sekali, Dina tersentak-sentak akibat ditusuk sedalam ini, "Oouugh nikmatnya.." erangnya.
Jariku menekan-nekan di dalam liang vagina Dina, masuk lalu kuputar dan kubengkokkan. Kutarik keluar.
"Yoga, cukup.. Sayang Aku nggak kuat.. oh..," katanya.
Aku tidak mempedulikan erangannya, "Oohh yeah.."
Aku sungguh menikmati foreplay ini dan kuyakin Dina pun sangat menyukainya.

Mulutku kembali menghisap putingnya terus ke pusar, dan serta merta aku menjilati lubang kemaluan Dina dengan irama "SALSA", yaitu gerakan lidah yang erotis di relung vagiannya. Wooww, nikmat. Seolah Dina tahu dan menemukan permainan cinta baru. Dia hanya bisa mendesah, mendesis, melenguh.
"Uuueehhgg.. Oh! Oh! Oh! Oouughh.." desahnya.
Selagi asyik begitu, aku langsung berhenti dan mendekap Dina, seraya berbisik di telinga, "Enak tidak Sayang..?" Dina mengangguk sambil menatapku sayu.
"Mau lagi?" kataku.
Dina mengangguk, "Ooh.. Sayang.. teruskan..!" katanya.
"Cukup nggak foreplay-nya..?" kataku sambil membelai rambut dan pipinya.
Dina hanya tersenyum dan melingkarkan kakinya di pinggangku. Pelan, hangat dan penuh arti foreplay yang kuberikan kepada Dina.

Aku kembali melakukan serangan dengan menjilati kemaluan Dina, kemudian menghisap putingnya.
"Ouuggh," desahnya sambil tanganku merenggangkan selangkangannya.
Lidah kami saling mencari, saling membutuhkan, dan kemaluanku yang keras, besar, panjang menempel di atas paha Dina.
"Yoga, Aku sudah tidak tahan.." desah Dina, "Oh.. Yoga, please "fuck Me Dear..!" pinta Dina.
Ah, aku berlutut di hadapan Dina yang sudah telentang dan memperhatikan batang kejantananku.
"Woow, besar sekali dan panjang. Coklat, kokoh, Glek..glek.." Dina tercekat melihat pemandangan itu.
Aku mengarahkan tangannya untuk memegangnya, saking besarnya tidak cukup satu genggaman.
"Gede mana sama punya suamimu..?" tanyaku, "Ayo dikulum dulu..! Sayang.." pintaku.

Dina tak menjawab dan langsung mengocok kemaluanku dan mebuka lebar-lebar pahanya. Aku tidak ingin egois, lalu kuputarkan dan naikkan badannya hingga posisi "69" agar kebersamaan bercinta kami tetap terjaga. Kusapu perlahan liang vaginanya.
Kutusukkan ujung hidungku, kutekan dan kuhirup aroma semerbak vagina wanita keturunan ini, "Arrgghh.. hhmm.. hh.. Yog.. aa.."
Dina menekan pinggulnya, bibir vagina Dina kupagut, serasa aku memangut bibir atasnya.

Oh.., aku paling suka seperti ini, membuat wanita menjadi dihargai dengan memanjakan vaginanya oleh sentuhan-sentuhan. Kupagut bergantian kedua bibir vaginanya. Kulumat, hisap dan mengemut-emut lembut. Lalu ujung lidahku menerobos masuk ke dalam liang senggamanya. Kugoyang-goyangkan ujung lidahku serasa menari-nari di lantai dansa. Lekukan-lekukan lidahku dikombinasikan dengan tusukan-tusukan di vagina Dina, membuat Dina mengejan dan orgasme.
"Aahh.. hh.. ah uhh.. hh.. Yoga.." desahnya.
Aku menampung keluarnya cairan vagina Dina dengan lidahku, dan kutelan. Lalu kuresapi rasanya.Oh nikmat sekali.

Kini klitoris Dina menjadi sasaranku. Kuguncang-guncang dengan ujung lidahku, "Ohh oh.. yes.. uhh.."
Tanganku menari dan menjepit di sekitar putingnya, membuat serangan belaianku menjadi terkombinasi dengan baik. Kontraksi otot vagina Dina terlihat dengan jelas disaat kuberi serangan "3 penjuru", yaitu pilinan di puting, mengguncangkan klitoris dengan jemari dan jilatan serta tusukan di vaginanya menggunakan lidah.
"Argg.. hh.. ahh.. hh." nafas Dina semakin tidak beraturan dan orgasme foreplay kedua siap dinikmatinya.
"Oh Sayang.. ough.. Yoga.. Kamu.. oh.." Dina meracau, menahan nikmat.

"Ughh.." aku merasakan nikmat kuluman dan hisapan Dina di batang penisku.
Aku tak menghiraukannya karena aku berkonsentrasi dengan memanjakan vagina Dina.
"Oghh.. Yoga.. Ayo Sayang..! Ughh.., masukkan.. Sayang.. ugh.." Dina meracau sambil menjilati batang dan menghisap buah zakarku.
Aku bangkit dan menelentangkan tubuh Dina dengan bertumpu pada kedua lututku. Kulebarkan paha Dina, satu kakinya kusangkutkan di pundakku.
"Ayo Yoga.., beri nikmatnya bercinta Kamu..!" katanya.
"Cepat.. Yoga.. please.. masukkan..!" desahnya lagi tak beraturan.

Kepala burungku yang besar dan berurat, kokoh, kekar sudah menempel pelan di bibir kemaluan Dina.
"Rasakan penisku Sayang.. rasakan denyutnya, Dina." kataku sambil membelai perut dan pahanya.
"Ya, masukkan sedalam-dalamnya, Aku tak tahan lagi Yoga, please..! Setubuhi aku..!" katanya.
"Sabar Sayang.. pelan-pelan yah..!" kataku mesra dan tak ingin terburu-buru.
"Come on Dear.. please..!" kata Dina yang sudah melayang tidak tahan.
Dan, "Bleessh..!" kepala batang kejantananku susah payah dan akhirnya masuk ke dalam liang senggamanya.
"Wooww arggh.., saakk.. Yoga.. nikmaat.." erang Dina.
"Sabar Sayang pelan-pelan ya..?" kataku terus menggenjot pelan.
"Ooougghh yess.. yess.. Dear.. ahh..!" Dina, benar-benar merasa nikmat.
"Enak Sayang..?" tanyaku.

Dina terdiam merasakan nikmat, hanya bola mata sayu dan gigitan bibir yang terekspresi yang terlihat. Aku mendorong perlahan sampai kira-kira 1/3 batang penisku. Maju mundur, oh mulai agak nikmat rasanya.
"Yoga, Aku suka penismu.. Oh berdenyut Sayang nikmat Yoga." katanya.
"Iya.. Ooouuww huff.. aku full menekan.."
"Ahh.. Yoga.. Oh.." desahnya.
Kuterus memperdalam sodokan dengan cara menarik sekitar 3-5 cm dan memasukkan kembali 7-9 cm, sampai kira-kira mencapai 50 persen panjangnya, itulah metode "234"-ku.

Sekarang aku mulai mengocok agak keras dan cepat, sehingga, "Oougghh, Oh.. Oh.. Oh. Oh.."
Penisku mengisi liang senggama Dina yang tidak tersentuh dengan metode seperti ini. Sangat terasa sekali batang kokoh, kuat, bertenaga, serta jantan itu. Hampir semua batang penisku yang panjang itu tertelan dalam vaginanya. Dan disini lah aku menunjukkan keahlianku dalam bercinta.

Peluh memulai menitik dan membasahi perut Dina. Sudah hampir 2 jam aku bercinta dengan Dina dan aku benar-benar menikmatinya. Demikian pula Dina sebaliknya. Dina mendapatkan kenikmatan yang amat sangat, Dina mencoba menyambut setiap hantaman penisku dengan cara mengangkat pinggul dan pantat setinggi mungkin. Pada saat aku menekan, menusuk, Dina menyambut dengan mengangkat pinggul, dan sekali-kali menjambak rambutku, sehingga hantamanku yang keras semakin keras cepat, dan nikmat. Tubuh Dina terguncang-guncang naik turun seirama hentakan pinggulku dan tampak pancaran wajah Dina penuh birahi.

Sambil menikmati kocokanku, aku merasakan banjirnya vagina Dina.
"Ayo Yog..! lebih kuat.., Oh!" desahnya.
Aku mempercepat kocokanku, goyang-goyang sodok, goyang-goyang sodok, itulah metode yang kugunakan.
"Yogaa.. Ouugghh.. Haa..!" aku menahan untuk kemudian menghentak dengan satu dorongan kuat.
"Yoga.. ouwww.." aku menusuk dengan perlahan sampai masuk semuanya.
"Yogaa.. Hoh.. Hohh.. Aw..! Nikmatth.. enakh.., terussh Sayang.. teruszhh.. oouugghh mmhh.."

"Dina, Aku mau keluar, di dalam nggak apa-apa..?" tanyaku.
"Arghh.. uhh.., jangan dicabut, keluarin di dalam saja Sayang..!"
"Enak ini.. hh.. Yoga.. uhh.." Dina mengejang dan menjepitkan belahan pahanya di pinggulku.
"Ooouughh.., Seerr.." semprotan cairan vagina Dina kencang sekali, diikuti dengan semburan cairan vagina Dina.
Kenikmatan yang diberi olehku membuatnya terhempas di dunia kenikmatan. Aku masih terus mengocok pelan-pelan dan kuat, setelah agak lama baru kusodok dan terdengar bunyi, "Plok.. cplok.. clep..!" saat kejantananku berguncang dan menari di dalam vagina Dina.
"Oh.., Sayang.. uhh keluarkan sperma Kamu Sayang.. oh..!" desahnya lagi.

Pijitan-pijitan di ujung batang kejantananku menandakan aku akan menyusul Dina mengalami orgasme.
"Aagh.. uhh.." kuterus mengocok kemaluanku dan Dina hanya memejamkan mata, menahan nikmat dengan menggigit bibirnya.
"Yogaa.. ahh.. ooh.."
Tidak lama setelah itu, "Crutt.. crutt.. ser.. crett.." penisku mengejang diikuti semburan spermaku yang memenuhi liang senggama Dina.
"Arggh.." aku mengejan dan mengerang, "Oeghh Dina.., Uhh.., Sayang.. ahh..!"
Dina menjepit serasa menerima utuh spermaku. Oh, sekitar 5 kali semprotan kulakukan. Benar-benar menghempas kenikmatan bersama Dina.

"Oh yess Yoga.. trus Sayang.. keluarin Sayang.. uhh hangat.. Yog ahh.. uh.."
Kupendamkan seluruh batang penisku agar Dina mendapatkan betul-betul hangatnya sperma dan denyut penisku secara utuh.
"Oh.." desahku.
Dina tersenyum dan aku mengecup pipi serta keningnya tanpa melepaskan batang penisku yang akhirnya keluar dengan sendirinya.
"Oh Dina.. hmm Aku suka.." kataku.
"Yoga.. Aku belum pernah seperti ini.. terima kasih..!" katanya sAmbil melumat dan mengecup keningku dan kami menyelesaikannya dengan saling mendekap dan bibir kami berpagutan.
Serasa indah sekali jika bercinta penuh dengan kebersamaan.

Begitulah, sebagian dari petualangan "SENI BERCINTA"-ku. Bagi para wanita ingin merasakan hangatnya cinta, silakan hubungi aku melalui email. Mungkin aku bisa sedikit membantu, bagaimana cara menghidupkan seni bercinta.

TAMAT