Tukar Pasangan
Saturday, 22 November 2008
Pertukaran di Puncak - another story - 6
"AAauugghh.. sshh..yess..enak Mass", desahnya sambil bergoyang pinggul dan turun naik di atasku sambil melepas kaos dan bra-nya. Kuraih dan kuremas buah dadanya yang bergoyang goyang. Aku tak berani melihat ke arah Mas Surya, ada rasa kasihan dan perasaan bersalah mempermainkan dia seperti ini.
Istriku beralih ke kepalaku, aku menolak ketika dia mau mengangkangiku karena masih ada sisa sperma Mas Surya di vaginanya. Kutarik tubuh Mbak Eliz dalam pelukanku dan kudekap erat tubuh telanjangnya di depan suaminya, dia mengimbangi dengan menggoyangkan pantatnya ketika aku mulai mengocoknya dari bawah, desahan demi desahan nikmat keluar dari mulutnya, kami saling melumat bibir, istriku mengelus kantong bolaku membuat aku makin bergairah mengocok.
Kami berganti posisi, dogie style menghadap ke Mas Surya sesuai permintaan istrinya, istriku memelukku dari belakang, ternyata dia sudah ikutan telanjang, bauh dadanya di gesek gesekkan ke punggungku sementara tangannya memegang penisku, yang sedang keluar masuk vagina Mbak Eliz. Sungguh nikmat dan ada sensasi yang tak terlukiskan bercinta dengan wanita di depan suaminya yang tak berdaya.
Aku mengocok dan menjamah seluruh badan Mbak Eliz, tapi masih tetap tak berani memandang ke arah Mas Surya, pandanganku justru aku fokuskan ke tubuh mulus Mbak Eliz.
"Ouuhh..yess..yaa..fuck me harder..yess..trus mas..ya..enak mass" desahnya demonstratif dan kuturuti dengan kocokan yang makin cepat dan keras, terkadang kuhentakkan penisku ke vaginanya membuat dia menjerit dalam kenikmatan yang tinggi.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Mbak Eliz menegang, dia lalu menjerit keras bersamaan denyutan dan remasan vaginanya pada penisku. Mbak Eliz mencapai orgasme yang tertunda dari tadi, kudiamkan sejenak menikmati remasan vaginanya lalu kuteruskan lagi, dia menggeliat, kutarik rambutnya kebelakang hingga kepalanya terdongak dan kukocok dengan keras. Aku tak mau menghentikan meskipun dia sudah orgasme, puncak kenikmatan sudah di depan mata, desahan Mbak Eliz tak kuhiraukan lagi, kocokanku makin cepat dan tidak beraturan, hingga akhirnya menyemprotlah spermaku di vaginanya.
Aku dan Mbak Eliz teriak hampir bersamaan, semburan spermaku membuat Mbak Eliz menggelinjang nikmat menerimanya, dia menoleh ke arahku dengan senyuman puas, lalu dicabutnya penisku dari vaginanya.
Tangannya meraih penisku, dipegangnya dan menoleh ke arah suaminya lalu dimasukkan ke mulutnya, dia mengulum penisku yang masih banyak spermanya, dikulum dan dijilatinya seperti membersihkan sperma dari penisku, aku kembali mendesis tak menyangka mendapatkan kenikmatan ini. Kuraih buah dada Mbak Eliz dan kuremas remas saat dia menjilati dan mengulum. Kami sama sama telentang dalam kelelahan yang nikmat.
Istriku yang masih telanjang turun dari ranjang dan mendekati Mas Surya.
"sekarang giliran kita" katanya sembari meremas remas di selangkangannya yang disambut dengan remasan di dada.
"jangan di sini, kurang aman, kita keluar saja, cari hotel yang lebih enak" usulku sembari turun dari ranjang mengambil pakaian, kulemparkan kaos dan rok Mbak Eliz tanpa pakaian dalam. Dia mengenakannya kembali sambil tersenyum ketika mengetahui tidak ada bra dan celana dalam di situ.
Pasangan Surya-Eliz sudah masuk perangkap kami.
*********
Berempat kami meninggalkan Villa, tentu saja tak ada yang curiga akan kepergian kami berempat, tak lama kemudian Carnival kami sudah berada dalam antrian kemacetan jalanan di puncak. Aku dan Mbak Eliz di depan sementara Mas Surya dengan istriku duduk di jok paling di belakang karena jok tengah memang di lepas, membuat ruangan menjadi lebih lapang, kaca film yang gelap ditambah tirai tertutup rapat sungguh cocok dengan keadaan kami yang sama sama dibakar birahi, dari kaca spion dalam bisa kulihat Mas Surya berciuman dengan istriku, tangannya meremas remas kedua buah dadanya. Melihat suaminya berciuman di belakang, Mbak Eliz menggapai penisku dan meremasnya, jalanan macet tidak memerlukan konsentrasi penuh, aku bisa menikmati remasan Mbak Eliz sambil memandang istriku dan Mas Surya di belakang. Remasan Mas Sur berganti dengan kuluman di puting istriku, dia mulai mendesah menikmati kuluman suami Mbak Eliz, tangannya meraih penis dan meremasnya.
Kubelokkan Carnival menuju salah satu warung sate, kudengar suara protes dari belakang ketika mengetahui mobil sudah parkir di depan warung itu, kami keluar saling bergandengan, tentu orang tidak menyangka kalau yang digandeng itu bukan pasangan resminya, sama sama mesra, buah dada Mbak Eliz yang montok tanpa bra terlihat jelas bagiku, entah orang lain. Selama makan Mbak Eliz memperlakukanku layaknya suaminya begitu juga istriku terhadap Mas Surya, Mas Surya sepertinya sudah menikmati permainan ini.
Sungguh sulit mendapatkan hotel atau villa yang masih kosong saat liburan seperti ini, dari hotel, cottage maupun orang sekitar yang biasa menyewakan villa, semuanya penuh, fully occupied. Setelah melewati Puncak Pass akhirnya kami mendapatkan kamar yang masih kosong, dengan terpaksa kami ambil kamar yang suite dengan 3 kamar yang harganya minta ampun mahalnya, apalagi hanya untuk dipakai dalam waktu yang tidak lama, sekedar pelampiasan nafsu liar kami, tapi uang bukanlah masalah kalau hati lagi senang, kami hanya ingin segera mencapai tempat dan melampiaskan hasrat masing masing. Kutinggalkan Mas Surya dan istriku yang sedang menyelesaikan administrasinya, aku langsung menggandeng Mbak Eliz menuju kamar mengikuti Room Boy.
Kami duduk di sofa menunggu kedatangan mereka, Mbak Eliz duduk di pangkuanku lalu merosot bersimpuh di depanku sambil melepas celana pendekku, dia meraih kejantananku dan mengusap usapkan di wajah sambil menciuminya dengan gemas.
"Ini penis kok segede ini, enak deh, sungguh beruntung Mbak Lily tiap hari bisa merasakannya" komentarnya sambil mulai menjilati kepala penisku.
"Kamu juga beruntung telah merasakannya" jawabku
Dia tidak menjawab karena mulutnya sudah penuh terisi penisku, meski hanya setengahnya yang bisa dia kulum, tapi dia berusaha dengan mempermainkan lidahnya di dalam rongga mulutnya. Mbak Eliz sedang asyik mengocokku ketika suaminya datang menggandeng istriku.
"Wah sudah mulai duluan nih, udah nggak tahan ya" goda istriku.
Tanpa menunggu jawaban kami, istriku menghampiriku, kami berciuman, Mas Surya memeluknya dari belakang, menyelipkan tangannya ke dalam kaos istriku dan meremas remas kedua buah dadanya sambil mencium tengkuknya membuat istriku menggeliat.
Mbak Eliz hanya tersenyum sambil tetap mengulum penisku melihatnya, Mas Surya melepas kaos istriku, buah dadanya yang padat menantang langsung kukulum, tak kupedulikan tangan Mas Surya yang sedang meremasnya. Istriku menggeliat dan mendesah mendapat kuluman dan ciuman di tengkuk. Dia duduk di sampingku dan Mas Surya duduk di antara kedua kakinya, bersebelahan dengan istrinya. Kedua suami istri itu memainkan mulut dan lidahnya di daerah kenikmatan kami dengan cara yang berbeda, istriku melumat bibirku, sambil menikmati permainan lidah Mas Surya yang sedang lincah bergerak liar di vaginanya, kepala Mas Surya seolah tertancap di selangkangan istriku, begitu juga Mbak Eliz yang kepalanya terjepit di antara kakiku..
Tak lama Mas Surya dalam jepitan selangkangan istriku, dia lalu berlutut, melepas pakaian dan menyapukan penisnya ke vagina Lily, dengan sekali dorong masuklah penisnya mengisi liang kenikmatannya dan langsung mengocok cepat, membuat istriku mulai mendesah. Melihat suaminya sudah duluan menikmati istriku, Mbak Eliz berdiri melepas semua pakaiannya hingga telanjang, lalu ke pangkuanku, menyodorkan kedua buah dadanya ke mukaku yang langsung kusambut dengan kuluman penuh gairah, perlahan dia menurunkan tubuhnya, perlahan pula penisku memenuhi vaginanya. Kupeluk tubuh telanjangnya yang sexy ketika semua penisku tertanam ke dalam, dia membalas pelukanku dengan rapat sambil menggoyangkan pantatnya.
"Ouh yaa..yaa..enak mass" desahnya bersautan dengan desahan istriku yang sedang menerima kocokan Mas Surya. Aku diam menerima kocokan Mbak Eliz sambil mengulum kedua bukit montoknya, satu tangan meremas Mbak Eliz sedang tangan lainnya meremas buah dada istriku, sama sama kenyal dan padat meski punya Mbak Eliz lebih besar dan montok.
Mereka berganti posisi meniru kami, kedua wanita bergoyang di pangkuan pasangan masing masing, desah dan jeritannya seolah berpacu dalam birahi, kukulum dan kusedot puting Mbak Eliz, dia menggelinjang dengan jeritan nikmat tanpa menghentikan goyangannya, terkadang kedua wanita saling berpandangan dan tersenyum nikmat, tangannya saling berpegangan.
Mas Surya membenamkan kepalanya di antara kedua bukit di depannya, istriku meremas rambutnya.
Istriku memandang Mbak Eliz lalu mengangguk memberi isyarat, tiba tiba secara bersamaan mereka berdiri, kami tidak sempat protes, ternyata mereka bertukar tempat kembali ke suaminya masing masing. Sementara istriku harus menyesuaikan kembali dengan ukuran penisku pelan pelan melesakkan ke vaginanya, Mbak Eliz langsung melesakkan penis suaminya ke vaginanya dan bergoyang dengan liarnya. Istriku memelukku setelah berhasil memasukkan semua penisku ke vaginanya.
"Gila, sepertinya jauh lebih besar dari biasanya, terasa pennuh" bisiknya sambil mendesah
"Lebih enak kan, dia gimana?" balasku berbisik
"Punya Papa lebih besar tapi dia lebih keras dan tegang lurus, sama sama enak sih"
Kuraih dan kuremas buah dada Mbak Eliz yang bergoyang goyang di depan muka suaminya, kupermainkan putingnya membuat dia menggeliat dan mendesah sambil pantatnya turun naik di pangkuan sang suami. Kubiarkan istriku turun naik di pangkuanku sambil memandangi wajah Mbak Eliz yang makin cantik menggairahkan terbakar nafsu.
"Aku mau ngerjain Mbak Eliz, biar dia merasakan two in one dengan suaminya" bisikku pada istriku tak lama kemudian, dia memandangku dan turun dari pangkuan.
Bersambung ...