Pesta Seks
Tuesday, 6 January 2009
Berkat tagihan listrik
Suatu hari saya menjawab telepon genggam saya karena saya sedang ditelepon seseorang dan saya mengira bahwa itu berasal dari orang tua saya yang berada di Jakarta tetapi berhubung nomor telepon asing yang tercetak di layar HP membuat saya sadar bahwa orang tersebut juga berada di Singapore. Ternyata, itu adalah ibu kost saya yang menelpon saya untuk mengomel-ngomel dengan alasan tagihan listrik dan airnya naik drastis sehingga saya menjadi merasa bersalah. Saya memutuskan pergi ke rumahnya yang lumayan jauh dari tempat tinggal saya untuk diskusi mengenai jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Setelah menggunakan MRT dan bis, akhirnya sampailah di sebuah rumah yang sangat mewah. Saya akhirnya masuk ke rumah besar itu dan saya dipersilakan duduk dan ibu kost yang bernama Helen itu menyuruh pembantunya yang bernama Sutini untuk membuat orange juice untukku. Tak beberapa lama kemudian, dia memberikan saya beberapa lembar kertas yang berisi tagihan listrik dan airnya dan dia kembali sedih ketika melihat jumlah tagihan tersebut. Saya juga tidak tahu apakah saya sedang sadar ataupun tidak, saya langsung memeluk Tante Helen yang sudah saya anggap sebagai tante saya sendiri dan secara refleks, saya mulai mengelus-elus rambut pendeknya. Rupanya tindakan tidak sadar saya membuat respon yang saya tidak saya duga sama sekali. Dia mencium bibir saya dengan mesra dan mengajak saya pergi ke ruangan tidurnya yang tidak jauh dari tempat kami berciuman barusan.
Setelah saya sudah berada di dalam kamarnya, dia langsung menyerang saya dan menciumi saya. Dia akhirnya bercerita mengapa dia begitu terangsang pada saya. Sesudah dia meneleponku beberapa menit yang lalu, sebenarnya dia sedang masturbasi dan kedatangan saya menganggunya sehingga dia menghukum saya untuk memuaskannya. Saya sangat senang sekali sehingga tanpa menghilangkan kesempatan seumur hidup, apalagi saya belum pernah bercinta dengan wanita setengah baya. Saya langsung membuka seluruh busananya berhubung hawa nafsu saya sudah berada di ubun-ubun, apalagi sebelum saya ke rumahnya, saya melihat cewek cewek seksi di MRT dan bis yang membangkitkan gairah seksual saya.
Setelah dia telanjang bulat, saya langsung mengulum payudaranya dengan penuh nafsu sementara tangan saya menggerayangi daerah sekitar liang kenikmatannya sehingga makin lama liang itu makin basah dan suara mendesahnya semakin keras. Sambil menyebut namaku dan mengelus-elus rambutku, dia membuka mulutnya dan seakan-akan dia menikmati sekali permainan jari-jariku di dalam liang senggamanya. "Joee, you are so great", katanya di dalam desahan yang membuat saya menjadi semakin terangsang.
Setelah saya mengulum payudaranya, saya mulai mendekati liang senggamanya dan dengan gilanya, saya mulai menjilati cairan wanita di sekitar kelaminnya sehingga dia mendesah-desah tidak karuan. Sambil terus menekan kepala saya sehingga kepala saya menjadi tenggelam di dalam selangkangannya sehingga saya menjadi kesulitan bernafas untuk sementara waktu, dia terus mengucapkan kata-kata vulgar yang membuat saya semakin terangsang.
Akhirnya permainan oral kami hentikan dan saya mulai menyiapkan kejantanan saya yang sudah tegak menantang dan tanpa aba-aba dari siapapun, saya langsung menancapkan batang kemaluan saya ke dalam liang sorganya yang sudah basah dengan cairan kewanitaannya. "Bless.." masuknya kejantananku membuat dia menjadi mendesah dan saya sungguh kaget karena liangnya mengeluarkan darah perawannya dan di dalam hati, saya sungguh tidak percaya bahwa wanita berusia 37 tahun masih perawan. Saya kemudian menggenjot tubuhnya sehingga dia makin hot saja berteriak dan mendesah dan sesekali dia menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan karena menerima hujaman senjataku yang tentunya sangat dia idam-idamkan.
Dengan ganasnya, dia menarik saya yang masih meliuk-liuk karena saya sendiri sedang merasakan kenikmatan bersenggama dengan wanita berusia 37 tahun. Dia langsung menciumi bibir saya dengan ganasnya dan memeluk saya dan tak lama kemudian, dia bergetar hebat karena ternyata dia sudah mencapai klimaksnya yang maha dahsyat karena dia bergetar hebat selama dua menit sehingga batang kemaluan saya menjadi sangat nikmat dan seperti dipijit-pijit oleh sesuatu yang maha enak. Klimaksnya dia membuat tubuhnya lelah tetapi bagaimana dengan saya? Saya berpikir bahwa ini cewek pasti egois sekali sehingga tidak ada laki-laki yang mengawininya. Akhirnya saya mencari pelampiasan sendiri. Sambil melihat liang kewanitaannya yang dipenuhi oleh cairan nikmatnya, saya mengocok batang kemaluan saya sendiri untuk mencapai target kepuasan.
Disaat saya sedang masturbasi, tiba-tiba masuklah Sutini ke dalam kamarnya dan dia sungguh kaget ketika melihat nyonyanya dalam keadaan tertidur dengan tubuh telanjang bulat. Melihat itu, dia merasa malu dan ia ingin keluar kamar dan dengan penuh kecepatan, saya langsung menutup pintu kamar sehingga dia tidak bisa keluar dan dia berkata kepadaku, "Tuan, apa yang Tuan lakukan kepada saya.. jangan, Tuan.." Saya tidak peduli dengan apa yang dia teriakkan. Saya langsung menyerbunya sehingga akhirnya kami sama-sama terjatuh ke ranjang yang tidak jauh dari pintu. Saya menciumnya dan kata-kata jangannya telah berubah menjadi kata-kata memohon karena dia menceritakan bahwa dia mengintip segala aktifitas yang sedang kami lakukan tadi sehingga dia ingin sekali menikmati batang kemaluan saya. Tanpa disuruh, dia langsung mendekati batang kemaluan saya yang masih tegang dan dia langsung menjilatinya dengan penuh nafsu sementara saya dengan nafsunya memasukkan jari-jari saya ke dalam celana pendeknya dan memainkan jari-jari saya di sekitar kelaminnya sehingga dia semakin mendesah-desah seperti cacing yang kepanasan.
Nampaknya permainan ini disaksikan kembali oleh Tante Helen dan dia kemudian memanggil kami berdua dengan penuh amarah. Mendengar teriakan nyonyanya, Sutini menjadi sangat malu dan langsung berdiri dan menundukkan kepalanya. Melihat Sutini ketakutan, Tante Helen langsung mendekati Sutini dan langsung menciumnya dan dibalas oleh Sutini dengan penuh birahi. Kemudian, Tante Helen menyuruh saya berbaring dan selanjutnya dia menyuruh Sutini untuk duduk di atas tubuh saya. Sutini makin tidak mengerti apa yang akan terjadi tetapi dia tetap saja menuruti perintah nyonyanya. Dia duduk di atas tubuh saya dan Tante Helen menyuruh saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam liang kelamin pembantunya. Saya menurutinya dengan penuh kesenangan, saya langsung kembali menancapkan batang kemaluan saya sehingga membuat Sutini menjadi kesakitan tetapi Tante Helen menyuruhnya untuk ditahan. Sutini menuruti perintah nyonyanya dan sekarang dia dengan refleks menggoyang-goyangkan tubuhnya sehingga kami berdua menjadi terhanyut dalam kenikmatan tiada tara itu.
Tante Helen hanya tersenyum melihat saya menyetubuhi pembantunya yang sangat montok dan dia sekarang mulai mendekati Sutini dan menyuruh Sutini untuk menjilati liang kewanitaannya yang berada di depan dirinya. Dengan gilanya, dia menjilati liang kewanitaan Tante Helen sehingga Tante Helen kembali mendesah dengan gilanya.
Melihat adegan yang begitu erotis tersebut, saya menjadi sangat terangsang dan mempercepat gerakan saya sehingga sepertinya batang kemaluan saya yang berada di dalam liang kewanitaan Sutini sedang mengaduk-aduk liangnya dan menyodok-nyodok rahimnya. Kami menjadi terhanyut oleh adegan yang sedang kami nikmati bersama dan hal itu berlangsung selama 15 menit karena tak lama kemudian, Tante Helen berteriak dengan penuh gila karena dia merasakan kenikmatan kedua disaat liang kewanitaannya dijilati oleh lidah kecil Sutini sementara Sutini disaat yang bersamaan dengan klimaksnya Tante Helen juga bergetar hebat karena dia sedang mengalami puncak kenikmatan yang baru saja dia rasakan dan tentunya ini merupakan pengalaman pertamanya karena batang kemaluan saya dialiri oleh cairan kewanitaannya dan darah perawannya. Saya melihat Sutini nampaknya lelah sekali setelah merasakan kenikmatan maha dahsyat itu tetapi saya tidak mengijinkan untuk menghentikan permainannya karena saya masih belum klimaks.
Saya kemudian menyuruh Sutini untuk gantian berbaring menggantikan posisi saya dan ketika dia sudah berbaring, saya langsung menancapkan batang kemaluan saya ke dalam liang kenikmatannya dan diiringi oleh teriakan yang bercampur dengan desahan. Saya terus menggenjot tubuhnya selama sepuluh menit dan saya merasakan bahwa saya ingin mengeluarkan kenikmatan saya. Saya berkata kepadanya bahwa cairan laki-laki sangat nikmat jika menyemprot ke dalam liang kewanitaannya sehingga dia memohon pada saya untuk menyemprotkan cairan laki-laki saya ke dalam liang senggamanya. "Ouchh.. ahh.." aku berteriak dengan penuh kenikmatan dan bergetar selama tiga menit dan disaat yang bersamaan, saya melihat Sutini sepertinya merasakan kenikmatan kedua dan kami rupanya klimaks secara bersamaan.
Akhirnya saya roboh karena kecapaian dan saya memeluk kedua wanita itu dan sebelumnya memberikan ciuman kepada mereka dengan mesranya. Setelah kejadian itu, Tante Helen kemudian berkata kepada saya, "Next time if you make abuse of my electricity or water, I am gonna punish you with this way.." katanya dengan manja. Di dalam pikiran saya, jika hukumannya begitu nikmat, lain kali saya akan menyalakan listrik 24 jam saja kali ya supaya dia bisa menyetubuhi saya 24 jam, pikirku dengan senyum kepadanya. Disaat dia menjelaskan hukumannya kepadaku, Sutini mohon diri untuk meneruskan pekerjaanya di dapur dan sebelum dia keluar, saya mencium pipinya dengan mesra sebagai tanda terima kasih.
Setelah saya menciumnya, saya berkata kepada Tante Helen bagaimana jika Sutini hamil karena sperma saya yang masuk ke dalam tubuhnya dan dia dengan senangnya menjawab, "I'll take care of her, honey.. do you know that I am expecting child" mendengar pernyataan itu, leganya hatiku dan aku meninggalkan rumahnya dengan penuh kepuasan.
TAMAT