Pesta Seks
Tuesday, 6 January 2009
Boss wedding - 4
Kami berubah posisi, dia duduk sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya, karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar vaginanya yang sudah basah.
Lagi kudorongkan pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Diana menggigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di dalam vagina Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah menjerit. "Aaahh shit, soo.. big, aahh ss.." desahnya. Tak kusangka vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam, mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti posisi, Pak Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Erwin menggantikan posisi Papanya to fuck her mouth.
Setelah tarik-dorong tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina Diana, kudiamkan sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. "Gila vaginaku terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini," katanya lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras, kuhentak hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.
"Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god yess.." desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh Diana menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
"Kamu suka?" bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
"Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra.." desahnya.
Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
"Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh.." Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas.
Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
"Apa yang dilakukan suamimu pada istriku?" bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
"Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma," katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
"Lebih detail!" kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
"Aaauuwww.." dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
"Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it," desahnya terus.
Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.
Sekarang istriku ambil kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara penis Pak Gun sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
"Sepertinya bapak-anak begitu kompak," kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir vagina Diana.
"Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww.." katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
"Terus?" tanyaku.
"Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh.." jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.
"Percayalah, mereka tak akan membiarkan istrimu beristirahat, apalagi Mas Erwin, kamu sudah ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss.." lagi pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik dengan keras sampai kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
"Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess.. truss.. lebih kerass.." desahnya mulai menikmati permainanku.
Melihat istri atau menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Gun maupun Erwin mulai berlaku keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Diana benar adanya, mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah siap menggantikan posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara istriku selama Erwin mengambil alih posisinya. Erwin melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung bantal, entah sudah berapa kali mereka bertukar bergantian.
Kemudian mereka membalik tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali Erwin mengambil peran pertama sementara Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.
Melihat istriku diperlakukan seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya, dengan sedikit membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok vaginanya dengan penisku.
"Ouugghh.. yess.. fuck me harder!" bisiknya.
"Yang keras!" kataku.
"Fuck me harder.. harder.. pleaasse.." teriaknya.
Tanpa menunggu lebih lanjut, kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki tetap di lantai, tangannya memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
"Ooohh yess, harder.. yess, faster.. ya ehmm, fuck me as you want," desahnya terus, sepertinya sudah lepas kontrol.
Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya untuk menambah gairah, ternyata dia menyukainya.
"Yess yaa teruss.. I like it," kembali dia mendesah liar.
"Now, your turn!" perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku, perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke vaginanya dan langsung menggoyang liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fucked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.
Dengan posisi begini, kami berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Erwin yang mengocoknya dari bawah, sementara Pak Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke payudara istriku, agak susah memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. "Shit IĆ¢€™m coming," yang ternyata tetap berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. "Ouuhh bitch!" teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara bersamaan.
Diana sekarang menghadap ke arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi, kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.
Akhirnya kami semua terkulai lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Diana ke ruang tamu untuk bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Erwin dan Papanya di atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak tahu. "Mas Erwin dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya, beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama kalinya, ya kewalahan kan," katanya ketika kami sudah relaks di sofa kamar tamu.
Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, "Tomorrow your wife still mine," dia sempat tidur sesaat, kuajak Diana ke tempat tidur, ternyata istriku sudah tertidur dipelukan Erwin masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin dipelukanku dan kami pun tertidur.
TAMAT