Seks Umum
Tuesday, 19 April 2011
Lily Panther - Gantengnya tamuku - 2
"Ooouughh..eegh..eegh..oogh..oogh" desahku setiap kali sodokan kerasnya menghantam vaginaku, kombinasi remasannya membikin aku makin melambung dan benar saja tak lama kemudian kugapai orgasme yang ketiga kalinya dengan Jimmy, padahal dia belum orgasme sekalipun, sebenarnya aku agak malu dengan hal ini, tapi sungguh tak bisa kucegah nikmatnya kocokan Jimmy, untuk kesekian kalinya aku menjerit nikmat hingga tubuhku terkulai tengkurap di ranjang.
Jimmy mencabut penisnya, membelaiku mesra, melihat expresi kelelahan di wajahku dia tersenyum.
"Kalau begini siapa memuaskan siapa, jadi siapa yang harus bayar" katanya bergurau sambil tersenyum, aku tak menjawab hanya tersenyum meski dalam hati membenarkan ucapannya, bahkan tak dibayarpun aku mau melakukannya lagi.
"OK, istirahat dulu, nanti kita lanjutin lagi yang lebih asik" lanjutnya sambil menyalakan Marlboro-nya
"Kamu memang luar biasa Jim, pasti habis minum obat kuat deh, KO aku, habis enak sih" candaku sambil mengatur napas.
Akhirnya kami berdua masih dalam keadaan telanjang duduk di sofa, sofa yang entah sudah berapa kali kupakai bercinta entah dengan siapa saja aku sudah tak bisa mengingatnya. Sambil ngobrol dan bercanda, selalu kupegangi kejantanan Jimmy yang masih keras tegang. Setelah beberapa lama aku mulai memberikan rangsangan padanya, mulanya kami berciuman lalu kujilati puting dadanya, dia mendesis, jilatanku segera berpindah ke penisnya, kujilati dan kukulum dengan penuh gairah, gairah yang sesungguhnya bukan dibuat buat seperti biasanya.
Tak lama setelah memberikan kuluman pada penisnya, aku mengatur posisi untuk duduk di pangkuannya, perlahan kuturunkan tubuhku dan melesaklah penis Jimmy ke vaginaku, aku diam sesaat menikmati kenyamanan penisnya di vaginaku, Jimmy menyambut dengan kuluman dan remasan di buah dada membuatku menggeliat dan mulai bergoyang pinggul, penis Jimmy serasa mengaduk aduk vaginaku, kupeluk dia dengan erat, aku mendesah di dekat telinganya,
Dia ikutan mengocokku dari bawah membuatku semakin bergairah, kudekap dia makin erat, wajahnya terbenam diantara kedua buah dadaku, entah dia bisa bernapas atau tidak. Kami saling menggoyang dan mengocok dengan gairahnya, desahan demi desahan saling bersautan, saling melumat bibir, sungguh permainan sex yang paling indah yang aku alami.
Beruntunglah aku hari ini mendapatkan Jimmy, kami berganti posisi, aku duduk dan Jimmy didepanku berlutut, saling berhadapan. Dengan posisi seperti ini aku lebih puas menatap wajah gantengnya saat dilanda kenikmatan, saling tatap dan saling cium disela sela bercinta, kakiku ku naikkan di pundaknya, penisnya lebih dalam masuk ke vaginaku, aku makin suka dengan irama kocokannya yang bervariasi antara pelan mesra dan cepat nakal, mata kami saling bertaut ketika dia menyodokku keras, seolah saling mengukur seberapa nikmat yang dirasakan, bagiku kenikmatan ini sungguh berlebihan dan tak lama kemudian untuk kesekian kalinya aku mendapatkan orgasme dari Jimmy, kembali aku menjerit nikmat sambil meremas lengannya, kali ini Jimmy tidak menghentikan gerakannya tapi justru mempercepat kocokannya, aku makin menjerit nikmat, cengkeramanku dilengannya makin kuat.
Tiba tiba tanpa mempedulikan aku yang sedang dilanda kenikmatan yang hebat, Jimmy menarik keluar penisnya dan langsung berdiri di depanku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya, aku tak tahu apa maksudnya, sebelum aku sempat tersadar, menyemprotlah sperma dari penisnya, mengenai dada, muka dan rambutku, begitu banyak semprotan sperma itu hingga kurasakan wajahku basah karenanya. Aku tak tahu harus berbuat apa, dan kembali sebelum aku tersadar harus berbuat apa Jimmy sudah mengusap usapkan penisnya yang basah ke wajahku. Aneh, tak ada rasa jijik merasakan sperma di wajahku, biasanya memegang sperma saja masih ragu dan kini sperma sudah belepotan di wajahku, sambil tersenyum kupegang penis itu dan kuusapkan ke dadaku.
Sebenarnya aku kecewa karena tidak bisa merasakan nikmatnya orgasme Jimmy di vaginaku, tapi tetap berusaha tersenyum meski ada rasa jengkel bercampur marah, aku merasa terhina, tapi dengan senyumnya yang menawan lagi lagi meruntuhkan pertahananku, bahkan ketika dia memintaku mengulumnya setelah itu, akupun seperti orang yang linglung yang hanya menurut saja, kujilat dan kukulum penis Jimmy yang basah kena sperma, inilah pertama kali aku merasakan sperma di mulutku, ternyata rasanya lumayan, gurih. Kembali Jimmy mengocokkan penisnya yang mulai lemas ke mulutku. Mengingat kenikmatan yang telah aku dapatkan darinya, kupikir tidak ada salahnya kalau aku memberikan pelayanan hingga batas kemampuanku ini, dari keterpaksaan lama lama aku menyukai aroma dan rasa sperma dari Jimmy. Kulihat senyum puas di wajahnya, aku ikut senang melihat kepuasannya, meski agak kecewa karena belum merasakan denyut orgasmenya di vaginaku.
Setelah kami beristirahat di sofa, kutinggalkan Jimmy sendirian, aku kekamar mandi membersihkan sisa spermanya dari tubuh, wajah dan rambutku, ketika aku keluar kamar mandi, kulihat dia sudah berpakaian bersiap untuk pulang, tentu saja ini membuatku kecewa berat, aku masih ingin merasakan kenikmatan lagi darinya, masih kurang apa yang kudapatkan barusan, aku harus mendapatkannya lagi darinya, tapi bagaimana caranya untuk menahan kepergiannya lebih lama? aku belum tahu, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kenikmatan darinya lagi.
"Mau kemana Jim?, kok buru buru sih" tanyaku dengan nada manja
"Pulang dong, emang boleh nginap?" candanya
"Kan bukan berarti harus nginap, lagian masih sore" kataku sambil menggelayutkan tanganku di lehernya dan mencium bibirnya.
Dia balas memelukku yang masih telanjang, kuremas kejantanannya, kubuka kembali celananya dan kulorotkan turun, sebelum dia protes aku langsung berlutut didepannya, meski aku yakin dia belum recovery sepenuhnya tapi kupaksakan juga, kujilati kepala penisnya terus turun ke batang dan kantong bola lalu naik lagi ke kepala penisnya terus kukulum, masih terasa sisa sisa sperma yang menempel karena tidak dicuci, tapi tak kupedulikan.
Jimmy mulai mendesis, penisnya yang lemas perlahan mulai mengeras meski tidak sekeras tadi, dengan sabar aku berusaha membangkitkan kembali birahi-nya, Jimmy memegang kepalaku dan mengocoknya, kuelus elus kantong bolanya sambil tetap membiarkan penisnya keluar masuk mulutku.
Jimmy menarikku berdiri, tubuhku dibalikkan hingga aku membelakanginya, dipeluknya aku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku, tengkuk dan telingaku diciuminya, aku merinding dan menggeliat sambil meremas penisnya. Kubungkukkan tubuhku berpegang pada pinggiran meja, tanpa menunggu lebih lama kusapukan penisnya kembali di vaginaku, kudorong tubuhku ke belakang hingga melesaklah penis itu memasuki liang vaginaku, Jimmy tetap diam tidak menggerakkan tubuhnya, hanya mengelus punggungku, maka kuambil inisiatif dengan menggoyangkan pantatku dan menggerakkannya maju mundur.
Diluar dugaanku, ketika pantatku bergerak mundur dia menghentakkan tubuhnya ke arah tubuhku, aku kaget dan menjerit karena penisnya begitu dalam terasa mengenai rahimku, lalu dia langsung mengocok atau lebih tepatnya menghentakkan ke tubuhku, vaginaku terasa seperti di sodok benda keras, kurasakan lebih dari nikmat penisnya memenuhi dan keluar masuk liang vaginaku, aku makin menjerit dalam kenikmatan yang hebat.
Ini bukan pertama kali aku bercinta sambil berdiri seperti ini, tapi dengan Jimmy semuanya terasa lain, baik irama kocokannya maupun kenikmatannya. Kubiarkan hentakan demi hentakan menghantam rahimku, sambil mendesah sesekali kuberikan goyangan perlawanan, tubuhku sudah telungkup di atas meja, tanpa mempedulikanku lagi dia tetap menyodokku, malah makin keras.
Jimmy menarik tanganku kebelakang, kini posisiku menggantung tertahan lengannya, kocokan Jimmy makin menghebat, aku tidak bisa berbuat apa apa dengan posisi ini, hanya mendesah dan mendesah. Kemudian pegangannya beralih ke buah dadaku, kocokannya tetap keras dan cepat, penisnya makin dalam mengisi vaginaku. Kunikmati kocokannya, kemudian dia membalikkan tubuhku, kini kami berdiri berhadapan, diangkatnya kaki kananku dan ditahan dengan lengannya, tubuhku disandarkan di dinding, kuatur penisnya di vaginaku, dengan sekali dorongan keras kembali penisnya melesak dalam di celah vaginaku. Dengan punggung tertahan dinding, terasa kocokannya makin keras menghantam dinding dinding vaginaku, desah dan jeritanku makin berisik, Jimmy dengan dinginnya menatapku yang lagi mendesah.
"Yess..I love it..truss..egh..eh..eh" desahku setiap kali kurasakan rahimku tersentuh penisnya. Tak bisa menahan lebih lama kenikmatan ini, akhirnya akupun mencapai puncak kenikmatan, jeritan kenikmatan terlepas begitu saja dari mulutku.
Lututku langsung lemas tapi Jimmy tetap saja mengocokku, aku sudah tak bisa berdiri lebih lama lagi, kudorong tubuh Jimmy menjauh hingga terlepas penisnya dari vaginaku, dia tidak marah tapi memintaku berlutut di depannya, kuturuti kemauannya ketika dia kembali memintaku mengulum penis itu, kurasakan cairan vaginaku yang ada di batang kejantanannya dan dia kembali mengocok mulutku, tak lama kemudian kurasakan penis itu mulai menegang pertanda segera orgasme, aku berusaha mengeluarkannya dari mulutku tapi tangan Jimmy menahannya, aku tak bisa mengeluarkan penisnya dari mulutku, dan menyemprotlah sperma Jimmy di mulutku, rasanya mau muntah ketika cairan sperma itu memasuki rongga mulutku, terasa aneh, semprotan itu cukup kencang hingga beberapa bagian langsung meluncur masuk ke tenggorokanku tanpa bisa kutahan. Jimmy masih tetap menahan kepalaku, dengan bebasnya penisnya menyemprotkan sperma membasahi mulutku, aku berusaha mengeluarkan spermanya dari celah celah mulutku, beberapa berhasil tapi beberapa tak dapat kuhindari tertelan masuk.
Setelah puas "memperhinakan"-ku, Jimmy melepaskan tangannya dari kepalaku, aku segera meludahkan sisa sperma yang ada di mulutku ke karpet lantai, kuusap sisa sperma yang ada di bibirku, kutatap dia dengan pandangan protes tapi disambutnya dengan senyum kepuasan.
Aku marah tertahan, segera aku berdiri dan kucium bibirnya, supaya dia juga ikutan merasakan spermanya, tapi dia memalingkan muka menghindari ciumanku, didorongnya tubuhku menjauh dan dia berkelit langsung memelukku dari belakang, dengan begini aku tak bisa lagi menciumnya. Akhirnya kami berdua tertawa bahagia, sudah kulupakan bagaimana dia "menghina" ku tadi.
Kami sempat sekali lagi bercinta di kamar mandi, tapi lagi lagi dia mengeluarkan spermanya di luar vaginaku, terakhir kali dia keluarkan di pantatku ketika posisi doggie style. Hingga dia pulang aku tidak mendapatkan orgasmenya di vaginaku, tapi aku tetap puas, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sungguh tipe tamu yang paling aku idamkan.
Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi baik ketika aku masih di hotel maupun setelah freelance, tapi dengan dia pertama kali aku merasakan sperma dan menelannya. Sejak saat itu aku berani menelan sperma tamuku, baik dia yang minta maupun aku yang minta, tapi sangat selektif tergantung tipe tamu yang aku suka, tentu saja dengan imbalan tip yang lumayan gede untuk servis yang satu ini.
Tamat