Lily Panther - Berbagi pelangi - 2

"Guys, please" pintaku disela desahan melihat mereka belum juga mau mengalah.

Tak sabar menunggu mereka, akhirnya aku turun dari ranjang dan jongkok diantara tubuh telanjang mereka, kugenggam kedua penis yang mulai melemas.
"Kamu lanjutkan rundingannya," kataku seraya memasukkan salah satu penis ke mulutku, mereka terdiam dan berganti dengan desahan nikmat.
"Yang keluar duluan, kalah," kataku melanjutkan kulumanku. Bergantian dua penis itu keluar masuk ke mulut, aku semakin mempercepat kocokanku. Bersamaan mereka mendesah semakin keras menikmati permainan lidahku yang menyusuri batang batang menegang secara bergantian.

Bisa ditebak, David yang sedari tadi nafsunya sedang meluap luap tanpa pelampiasan, segera memenuhi mulutku dengan spermanya, diiringi teriakan kenikmatan. Kenikmatan yang sudah dia tunggu dan harapkan sedari tadi.

Robi segera menggandengku ke ranjang, meninggalkan David yang duduk terengah engah setelah merasakan orgasme di mulutku. Aku telentang menanti cumbuan lanjutan dari Robi yang sudah bersiap di atas tubuh telanjangku.
Seperti kebanyakan tamuku lainnya, dia tidak langsung menyetubuhiku tapi menikmati setiap bagian dari tubuhku dengan bibir dan lidahnya. Tanpa mempedulikan aroma sperma dari mulutku, dilumatnya bibirku hingga lidah kami bertaut menyatu, disusul dengan sapuan bibir menyusuri leher dan berhenti pada kedua bukit di dada. Aku menggelinjang saat kuluman dan sedotan lembut menerpa putingku, disela remasan dan jilatannya, akupun mendesah geli bercampur nikmat.

Kurasakan ranjang bergoyang, ternyata David tak mau berdiam diri melihat temannya telah membuatku menggelinjang penuh nafsu, dia duduk disampingku, meraba raba dan meremas remas buah dadaku, berbagi dengan temannya. Setelah mengusap sisa ludah Robi, David mendaratkan bibir dan lidahnya pada putingku. kini dua mulut dan lidah menari nari pada putingku, akupun semakin menggeliat tak karuan mendapatakan kenikmatan ganda seperti ini, suatu kenikmatan yang tak bisa digambarkan, apalagi gerakan mereka tidak sama antara menjilat dan menyedot, sungguh pengalaman yang luar biasa.

Desahanku semakin tak terkontrol ketika bersamaan jari jari tangan mereka menyeruak masuk ke liang kenikmatanku, akupun kembali menggeliat hebat, empat stimulus berjalan bersamaan, dua di puting lainnya di klitoris dan vagina, tak terbayangkan kenikmatan yang kudapatkan.
Kuraih kedua penis mereka yang mulai menegang, kuremas dan kukocok dengan cepat, hanya itulah yang bisa kulakukan selain mendesah.
Robi sudah mengambil posisi diselangkanganku selagi David masih asik melumat bibir dan lidahku, dan.. bless, tanpa kesulitan penis Robi menerobos memasuki vaginaku yang sudah basah, aku terhenyak sejanak merasakan penisnya memenuhi liang kenikmatanku, namun hanya beberapa detik kembali saling kulum dengan David disaat Robi mulai bergerak keluar masuk. Agak susah aku membagi konsentrasi antara kocokan di bawah dan kuluman di atas, apalagi ketika David bergerak mengulum putingku bergantian.
Kedua laki laki itu menikmati tubuhku dengan caranya masing masing sesuai porsi yang ada. Beberapa menit mereka mengocok dan mengulum, baru kusadari kalau Robi tidak memakai kondom tapi aku diam saja, toh ini bukan pertama kali laki laki menyetubuhiku tanpa kondom meskipun kebanyakan lebih menyukai memakainya, demi kesehatan, katanya.

David beranjak ke atas, menyodorkan penisnya ke mulutku, kesempatan ini tak disia siakan Robi, segera dia telungkup menindihku sambil menciumi leher dan telinga, tubuh kami menyatu terpatri birahi. Sejenak aku terlupa penis David yang sudah sudah menegang di samping wajahku. David menyodorkan penisnya ke mulutku yang tengah menengadah merasakan nikmatnya kocokan Robi, aku baru tersadar kalau masih ada satu penis lagi yang harus aku handle, segera kuraih dan dengan agak susah karena posisi tubuh Robi yang di atasku, akupun mengulum penis David sembari menerima kocokan Robi yang semakin keras dan liar. David tak mau hanya menerima kulumanku saja, diapun ikutan mengocokku, kini aku mendapat 2 kocokan sekaligus di atas dan di bawah.

Sebenarnya kenikmatan yang kudapat biasa biasa saja, namun sensasi yang ditimbulkan membuat kenikmatan yang biasa biasa saja menjadi luar biasa, akupun dengan mudahnya terhanyut dalam irama permainan birahi yang penuh nafsu, melambung tinggi ke awan kenikmatan.

Tanpa mempedulikan sobatya yang tengah asik mengocok mulutku, Robi membalik tubuhku hingga nungging, David menyesuaikan dengan posisi baru, dia duduk di depanku disaat Robi mengocokku dengan posisi dogie.
Kembali aku menerima dua kocokan sekaligus, kali ini aku lebih bebas bergerak baik untuk mengimbangi kocokan Robi di vagina maupun gerakan kepalaku pada penis David.
Gerakan Robi semakin bebas dan liar, akupun mengimbangi keliarannya dengan goyangan pantat dan kepala, bersamaan kami mendesah nikmat membentuk suatu simfoni penuh nafsu.

"Rob, tukar," pinta David beberapa menit kemudian.

Tanpa menunggu jawaban mereka, aku segera memutar balik tubuhku, pantat ke arah David dan kepala pada selangkangan Robi. Robi lebih dulu memasukkan penisnya yang basah cairan vagina ke mulutku, disusul David pada vaginaku sedetik kemudian. Tak ada perbedaan rasa antara penis Robi dan David saat memasuki vaginaku, tak ada yang istimewa pada mereka, seperti penis pada umumnya dengan ukuran rata rata, hanya permainan David lebih halus dibandingkan temannya, justru itu yang membuatku seperti nggak sabar melihat dia mengocokku dengan pelan sementara kocokan mulutku bergerak liar hingga mulutku kewalahan menerima kocokannya.

"Vid, jangan dikeluarin di dalam," kata Robi beberapa menit kemudian setelah dia tahu temannya itu tak mengenakan kondom. Tapi terlambat, hanya beberapa detik setelah Robi mengingatkan, David menjerit dalam orgasme, kurasakan denyutan kuat menerpa dinding vaginaku. Sesaat kuhentikan kulumanku pada Robi untuk menikmati gempuran demi gempuran yang kuterima begitu nikmat.

"Ya kamu gimana sih, sudah dibilang keluarin diluar," protes Robi melihat sobatnya telah mendahului menumpahkan spermanya di vaginaku, meskipun tak sebanyak saat oral tadi.

"Sorry Rob, tanggung, habis enak banget sih," jawabnya sembari mengusap usapkan sisa sisa spermanya di pantat.

"Sialan kamu ini, masa nggak bisa nahan sih," gerutunya, rupanya dia mulai drop, perlahan penisnya yang masih dalam genggamanku melemas.

"Ya udah nggak usah ngambek gitu sama teman, aku bersiin dulu," kataku lalu turun dari ranjang menuju kamar mandi, namun sebelumnya kukulum dulu penis David yang masih basah dengan spermanya.

Selagi aku jongkok di bathtub membersihkan vaginaku, Robi menyusul ke kamar mandi masih menggerutu.

"Tahu gitu kusuruh pake kondom dari tadi," omelnya.

Aku hanya tersenyum melihat dia masih uring uringan, kuraih kejantanannya yang lemas dan kubelai sambil menciumi, perlahan menegang dan meluncur masuk ke mulutku. Sambil membersihkan vagina, aku melakukan oral pada Robi, dengan bebasnya dia mengocok mulut tanpa pegangan tanganku yang masih sibuk di vagina.

"Sudah bersih nih kalau mau lanjut," kataku disela sela kulumanku.

Tanpa banyak bicara Robi ikutan masuk ke bathtub, dibaliknya tubuhku nungging membelakanginya, meski agak susah karena tempatnya sempit, kubuka kakiku saat Robi mulai menyapukan kepala penisnya ke vagina.

Cukup satu dorongan keras untuk melesakkan penisnya ke dalam, hanya dengan satu sodokan telah membawaku kembali melayang mengarungi bahtera birahi, aku terdongak sesaat terkaget mendapati kekasaran dia, namun kurasakan kenikmatan dibalik kekasaran sodokan itu.
Meskipun bercinta di bathtub yang cukup sempit untuk tubuh kami berdua, namun terasa justru semakin erotis, apalagi ketika tanpa sengaja tanganku memegangi kran air hingga menyemburlah air dari shower di atas. Kami terkaget sejenak saat air itu membasahi tubuh kami yang tengah mendayung nikmat, tapi Robi mencegah ketika akan kumatikan pancuran itu.

"Biar lebih asik," katanya tanpa memperlambat kocokannya.

Tubuh kami basah kuyub, antara keringat nafsu dan dinginnya siraman shower, kami justru semakin bergairah.

Tak lama kemudian, akupun sudah berganti bergoyang pantat di pangkuan Robi, penisnya serasa semakin mengaduk aduk isi rahimku, masih dengan iringan siraman air shower yang kini sudah diatur hangat, sungguh sensasi yang luar biasa.
Desahan kami saling bersahutan diiringi gemericik air yang membasahi tubuh kami, tak bisa dipungkiri aku sungguh menikmati permainannya. Tak terasa sudah 2 kali kugapai orgasme saat dia menyetubuhiku di bathtub.

"Rob, gantian dong," suara David mengagetkanku, rupanya aku terlalu terhanyut dalam alunan birahi hingga tak memperhatikan David yang berdiri di pintu kamar mandi, tengah mengamati kami sambil meremas remas penisnya yang telah tegang.

Sambil tetap bergoyang pinggul, kubantu David meremas dan mengocok penisnya, ingin kukulum dan kulumat penis itu tapi posisiku tak memungkinkan melakukannya, kecuali Robi mau penis David menempel di kepalanya.

Satu penis mengaduk aduk vagina, satu mulut bergantian mengulum dan menggigit ringan putingku dan satu penis berada dalam genggamanku, semua terjadi secara bersamaan. Akan lebih nikmat lagi bila penis digenggamanku itu bisa mengisi mulutku.

Kami mengatur posisi supaya David bisa ikutan bergabung, dan itu tidaklah terlalu sulit meski bathtub yang kecil menghalangi gerakan kami, dan tak lama kemudian dua penis sudah mengocok kedua lubang tubuhku bersamaan, diiringi siraman hangatnya air shower, sungguh pengalaman yang lain daripada sebelumnya. Aku yang sudah diatas awang awang kenikmatan semakin cepat mendaki menuju puncak, hanya beberapa menis setelah penis David mengocok mulut, akupun orgasme untuk kesekian kalinya dipangkuan Robi.

Walaupun lututku serasa semakin melemas, aku berusaha tetap bergairah dan menggoyang di atasnya, beruntunglah Robi menyusulku tak lama kemudian menggapai puncaknya. Tapi episode ini ternyata belum berakhir, David segera mengganti posisi temannya sesaat setelah Robi mengeluarkan penisnya. Lututku serasa benar benar copot, kupaksakan untuk bertahan beberapa saat lagi. Siraman air shower masih deras membasahi tubuhku saat aku mengambil posisi merangkak di bathtub, bersiap menerima sodokan David dari belakang.

Untuk kesekian kalinya penis itu kembali mengisi dan menyodok keluar masuk vaginaku, kali ini aku benar benar tak mampu mengimbangi gerakannya, hanya pasrah menerima sodokan demi sodokan dari belakang, bahkan ketika David menyemprotkan sisa sisa spermanya di vagina, aku sudah tak bisa merasakan lagi kenikmatan denyutannya, terlalu capek untuk menikmatinya.

Setelah beristirahat cukup lama dan memberiku kesempatan recovery, kami mainkan satu babak lagi dengan permainan satu satu dan diakhiri dengan bermain bertiga lagi.

Sebelum tengah malam mereka meninggalkan kamar hotel, meninggalkanku sendirian di kamar, ternyata mereka masih anak mama yang takut untuk menginap di luar rumah tapi sudah berani untuk booking.

Tamat