Kenapa aku jadi begini, Roy?

Di salah satu sudut Jakarta Utara, di pojokan jalan sekitar Pasar Ular, di satu rumah yang agak lumayan besar, Reni sedang asyik tiduran di kursi sambil membaca majalah. Ibu rumah tangga tanpa anak ini sengaja memakai pakaian minim untuk mengurangi gerahnya Tanjung Priuk saat itu. Perempuan 34 tahun itu hanya mengenakan BH dan celana hawaii saja sebagai pembungkus tubuh sintal putih mulusnya.

"Yanti! Bawakan minuman dingin kesini!" teriak Reni kepada pembantu rumah tangganya.
"Iya, nyonya!" terdengar jawaban Yanti.

Tak lama Yanti datang dengan membawa minuman dingin di atas baki.

"Ini, nyonya," katanya sambil meletakkan minuman tersebut di atas meja sambil berjongkok di lantai.
"Ya, terima kasih," ujar Reni sambil melirik Yanti.

Pembantu rumah tangga berusia 41 tahun itu berpenampilan biasa saja. Dengan status janda, wajahnya bisa dibilang standar wajah orang kebanyakan, tidak jelek tidak cantik. Hanya saja tubuhnya yang berperawakan sedang dihiasi oleh sepasang buah dada yang sedang mekar ranum, serta pantat yang bulat padat.

"Ada yang lainnya lagi, nyonya?" tanya Yanti sambil matanya melirik pada tubuh mulus majikannya.
"Tidak ada.." jawab Reni pendek.
"Mungkin nyonya pegal-pegal.. Bisa saya pijitin," kata Yanti menawarkan jasanya.
"Apa pekerjaan dapur sudah kamu selesaikan?" tanya Reni sambil menatap Yanti.
"Sudah dari tadi, nyonya.." jawab Yanti.
"Ya baiklah.. Pijitin aku deh," kata Reni.
"Di tengah rumah saja deh, sambil lihat TV.." kata Reni sambil bangkit lalu menuju tengah rumah.

Lalu Reni berbaring di atas karpet di depan TV.

"Saya bawakan bantal dan hand body dulu, nyonya," kata Yanti.

Tak lama Yanti sudah datang membawa bantal dan hand body.

"Pakai bantal, nyonya.. Biar nyaman.." kata Yanti sambil menyerahkan bantal kepada reni.
"Boleh saya buka tali BH-nya, nyonya?" tanya Yanti.
"Ya bukalah kalau mengganggu," kata Reni sambil tengkurap dan memejamkan matanya.

Dengan segera Yanti melepas pengait BH Reni. Setelah diolesi hand body, tangan Yanti mulai memijat dan menelusuri punggung mulus Reni.

"Mm.. Enak sekali.. Pinter juga mijat ya?" kata Reni sambil terpejam.
"Tidak juga, nyonya.." kata Yanti.
"Boleh saya naik ke atas tubuh nyonya? Biar saya gampang mijitnya.." tanya Yanti.
"Terserah kamulah.." kata Reni ringan.

Yanti segera menaiki tubuh Reni. Selangkangannya tepat agak menduduki pantat Reni yang bulat padat. Sementara tangannya memijat punggung Reni, Yanti dengan hati-hati sering menyentuh dan mendesakkan selangkangannya ke pantat Reni. Ada kenikmatan tersendiri yang dirasakan Yanti saat itu. Dengan sengaja, sambil memijat, jari-jari tangan Yanti disentuhkan dan diusapkan ke buah dada Reni dari samping badannya. Yanti semakin bergairah karenanya. Apalagi Reni diam saja diperlakukan demikian karena Reni pikir itu adalah bagian dari cara pemijatan.

"Maaf nyonya.." kata Yanti sambil turun dari pantat Reni.
"Apa..?" kata Reni sambil tetap memejamkan matanya.
"Apakah nyonya ingin dipijat seluruh badan atau hanya punggung dan kaki saja?" tanya Yanti sambil menatap sebagian buah dada Reni yang menyembul dari samping badannya.
"Kalau kamu tidak merasa capek, ya seluruh badanlah.." kata Reni sambil membuka matanya dan melirik ke Yanti.
"Kalau begitu, maaf nyonya.." kata Yanti seperti ragu.
"Sebaiknya nyonya melepas celana pendeknya agar saya mudah memijat seluruh badan nyonya.." lanjut Yanti.
"Maaf nyonya.." kata Yanti lagi.
"Ya terserah apa kata kamu deh.. Lagian kita sama-sama wanita, kenapa harus malu.." kata Reni sambil bangkit lalu melepas celana hawaiinya.

Saat itulah darah Yanti berdesir hebat ketika melihat buah dada Reni yang padat menantang. Apalagi ketika reni sudah melepas celana hawaiinya, celana dalama mini yang dipakai Reni tidak bisa menutupi semua bulu kemaluan yang agak lebat. Jantung Yanti berdebar disertai gairah sex yang makin meninggi. Reni lalu tengkurap lagi tanpa berpikir macam-macam.. Tangan Yanti mulai menyusuri dan memijat betis Reni. Lama-lama naik ke paha. Yanti sangat menikmati rabaan dan pijatannya pada kaki Reni tersebut. Nafasnya menjadi agak memburu dan berat karena desakan gairahnya melihat tubuh mulus majikannya terbaring hanya memakai celana dalam mini saja. Mendekati pangkal paha, tangan Yanti dengan pura-pura tidak disengaja disentuhkan ke selangkangan dan memek Reni yang agak menggembung.

"Geli, ihh.." kata Reni sambil menggerakkan pantatnya.

Yanti tersenyum. Melihat Reni tidak marah, tangannya mulai memijat pantat Reni. Sebetulnya tidak cocok kalau disebut memijat, labih pantas kalau disebut meremas. Melihat Reni masih diam, secara perlahan tangannya disusupkan ke celana dalam Reni, lalu dengan perlahan diremasnya pantat Reni. Reni sebenarnya tahu kalau tangan Yanti masuk ke celana dalam dan meremas pantatnya. Tapi rasa berdesirnya nikmat yang dirasakan ketika tangan Yanti meremas pantatnya membuat Reni diam menikmatinya.

"Mmhh.. Geli.. Mmhh," kata Reni dengan mata tetap terpejam sambil menggoyangkan pantatnya ketika jari tangan Yanti mengusap belahan pantatnya berulang kali. Melihat Reni tetap tidak bereaksi, Yanti makin berani. Jarinya dengan sengaja turun agak di tekan sedikit ke lubang pantat Reni lalu turun ke lubang memek Reni bergantian.

"Mmhh.. Kamu ngapain? Mmhh.." kata Reni sambil membuka matanya lalu melirik ke Yanti.
"Setelah dipijat, paling enak dibeginikan, nyonya.." kata Yanti dengan nafas memburu sambil jarinya sekarang mulai menggosok-gosok belahan memek Reni yang mulai basah.
"Mmhh.." hanya itu suara yang keluar dari mulut Reni sambil merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa.

Tampak Reni agak menggoyangkan pantatnya seiring rasa nikmat yang dirasakannya.

"Kamu ngapainnhh.. Mmhh.." desah Reni sambil membalikkan badannya.

Ada rasa berontak di dalam hati Reni, tapi rasa nikmat dan gairah aneh telah menguasai badannya. Yanti yang melihat Reni membalikkan badannya dengan segera mengelus dan meremas buah dada Reni, sementara lidahnya segera menjilati puting susunya yang satu.

"Mmhh.. Mmhh.." desah Reni sambil mengusap punggung Yanti yang berada diatas tubuhnya.

Setelah beberapa lama lidah dan tangannya memainkan buah dada Reni, Yanti berhenti sesaat. Diperosotkannya celana dalam mini Reni. Reni dengan diam saja diperlakukan demikian oleh pembantunya itu. Yanti bangkit lalu melepas semua pakaiannya. Sementara Reni menatap Yanti dengan mata penuh nafsu.

"Sudah lama saya memimpikan hal seperti ini, nyonya," bisik Yanti sambil melumat bibir Reni.
"Mmhh.." desah Reni menikamti lumatan bibir Yanti, sementara tangan Yanti mengusap-ngusap bulu kemaluan Reni yang lebat lalu dengan segera jarinya keluar masuk lubang memek Reni yang sudah sangat licin.

"Mmhh.." desah Reni.

Ciuman Yanti lalu turun ke pipi kemudian ke leher Reni. Ciuman dan jilatan lidah Yanti benar-benar membuat Reni merasakan darahnya berdesir disertai rasa nikmat karena jari Yanti keluar masuk memeknya.

"Ohh.. Yantiihh.. Enakk.." bisik Reni sambil terpejam, sementara pinggulnya bergoyang karena nikmat. Tak lama lidah Yanti turun ke buah dada. Kembali lidah Yanti dengan ganas melalap habis buah dada dan puting susu Reni.

"Yantiihh.." desah Reni sambil terpejam.

Lidah Yanti makin turun ke perut lalu turun lagi ke bulu-bulu kemaluan Reni. Sementara jari tangannya tetap keluar masuk memek Reni, lidah Yanti mulai merayapi selangkangan Reni. Reni makin menggeliat tubuhnya karena sensasi kenikmatan yang tiada tara.

"Oww.. Ohh.. Ohh.." jerit lirih Reni sambil meremas rambut Yanti ketika lidah Yanti menjilati klitorisnya.

Tubuh Reni mengeliat-geliat disertai desahan-desahan kenikmatan.. Sementara Yanti terus menijlati memek Reni sambil tangan yang satunya mengusap-ngusap memeknya sendiri sambil sesekali jarinya keluar masuk lubangnya.

"Yantiihh!! Ohh!!" jerit tertahan Reni agak keras keluar dari mulut Reni ketika ada semburan hangat terasa di dalam memeknya seiring dengan rasa nikmat luar biasa yang mengiringinya. Serr.. Serr.. Kembali memek Reni menyemburkan air mani ketika dengan ganas Yanti menjilati memeknya. Tubuh Reni menggeliat dan melengkung merasakan nikmat.. Yanti menghentikan jilatannya setelah tubuh Reni lemas. Dinaiki tubuh majikannya lalu mulut yang masih basah oleh cairan memek mengecup bibir Reni. Reni membalas kecupan Yanti.

"Bagaimana rasanya, nyonya?" tanya Yanti sambil meraih tangan Reni dan menyentuhkan ke buah dadanya.
"Mm.. Belum pernah aku merasakan seperti ini.." kata Reni tersenyum sambil mengelus buah dada Yanti.
"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Reni.

Tangannya mulai meremas buah dada Yanti sambil jarinya memainkan puting susunya.

"Karena saya suka nyonya.. Mmhh," kata Yanti sambil mendesah.

Yanti menggesek-gesekan memeknya ke paha Reni.

"Sudah lama saya ingin bisa seperti ini, tapi selalu takut.." kata Yanti sambil meraih tangan Reni yang sedang meremas buah dadanya lalu mengarahkan memeknya.

Reni yang sudah mulai mengerti dan menyukai hal ini langsung menggosok memek Yanti. Belahan memek Yanti ditelusuri dengan jarinya.

"Ohh.." desah Yanti sambil terpejam.
"Saya mau, nyonya.." bisik Yanti meremas tangan Reni yang sedang memainkan memeknya.
"Mau diapain?" tanya Reni sambil menatap Yanti.

Yanti tidak menjawab. Yanti segera bangkit dari atas tubuh Reni, lalu dikangkanginya wajah Reni. Didekatkan memeknya ke mulut Reni. Reni yang belum terbisa menjilat sesama memek wanita kelihatan agak rikuh. Tercium oleh Reni aroma khas memek. Bau asem merangsang.. Dengan ragu Reni menjulurkan lidahnya menyentuh belahan memek Yanti. Mata Yanti terpejam. Lama kelamaan setelah beberapa jilatan, Reni mulai merasakan ada semacam perasaan tersendiri ketika menjilati memek Yanti. Apalagi ketika terdengar desahan i disertai gerakan memek Yanti ketika lidah Reni menjilati kelentitnya.

"Ohh.. Mmhh," desah Yanti sambil agak mendesakkan memeknya ke mulut Reni.
"Enakk.. Nyonyaa.." desah Yanti sambil jarinya mengusap lubang anusnya berkali-kali.

Setelah menjilat jarinya, sambil memknya dijilat Reni, Yanti mengusap lubang anusnya agak tekan sampai ujung jarinya sebatas kuku masuk ke anus. Sambil menggoyang memeknya, Yanti semakin menekan jarinya dalam-dalam ke anusnya.

"Nikmaatt," jerit lirih Yanti sambil menusuk-nusukan jari ke anusnya sementara pinggulnya terus bergoyang.

Sampai akhirnya Yanti menghentikan gerakan pinggulnya. Didesakan memeknya agak lebih keras ke mulut Reni.. Serr.. Serr.. Yanti orgasme sambil jarinya tetap menusuk-nusuk anusnya.

"Ohh.. Ohh," jerit lirih Yanti. Kemudian tubuhnya lemas berbaring disamping Reni.
"Enak sekali nyonya.." bisik Yanti sambil tersenyum menatap reni.
"Aku baru tahu kalau bercinta sesama wanita ternyata sangat nikmat," kata Reni sambil memakai pakaiannya.

Yanti juga demikian.

"Nyonya marah tidak?" tanya Yanti sambil menatap Reni.
"Aku tidak marah kok. Malah aku jadi suka.." kata Reni sambil tersenyum.
"Aku mau tahu sejak kapan kamu begini?" kata Reni sambil duduk di karpet.

Tangannya menggenggam tangan Yanti mesra.

"Sejak saya bercerai dengan suami saya, nyonya.." jawab Yanti sambil menatap mata Reni.
"Pertama kali saya diperlakukan sama seperti sekarang oleh majikan perempuan saya dulu, nyonya.." kata Yanti lagi.
"Saya terus berhubungan dengan majikan saya sampai saya pindah ke sini karena majikan laki-laki mulai curiga, nyonya.." kata Yanti sambil tertunduk.
"Sejak itulah saya menahan hasrat saya," kata Yanti lagi.
"Mulai sekarang ada aku.." kata Reni sambil tersenyum lalu mengecup bibir Yanti.

Sejak itulah selama beberapa bulan sampai sekarang Reni dan Yanti, majikan dan pembantu, melakukan hubungan sesama jenis tanpa diketahui suaminya. Pada suatu hari Reni dengan niat tertentu mencoba menghubungi salah satu sahabat baik yang sangat dipercayainya.

"Hallo," kata Reni setelah tersambung dengan telepon sahabatnya itu.
"Ya, hallo.. Dengan siapa ya?" tanya suara di telepon.
"Aku Reni, Roy.." kata Reni.
"Oh, kamu.. Ada apa nih telepon aku di kantor gini hari? Tumben.." kata Roy Takeshi, sahabatnya.
"Iya nih, Roy.. Aku tak sabar ingin menceritakan sesuatu tentang aku," kata Reni sambil tersenyum.
"Apa? "Tanya Roy Takeshi.
"Begini Roy.." kata Reni sambil menceritakan kisah hubungan sesama jenisnya agak panjang lebar kepada sahabatnya itu.
"Aku heran.. Kenapa aku jadi begini, Roy?" ujar Reni.
"Aku minta kamu buat cerita tentang aku, Roy.." kata Reni.
"Baru cerita begini saja aku sudah horny, nih.. Apalagi kalau sudah jadi cerita," kata Reni sambil tertawa.

Roy Takeshipun ikut tertawa.

"Ya sudah, kamu email aku saja tentang cerita kamu garis besarnya," kata Roy.
"Nanti aku buat jadi cerita," sambung Roy Takeshi lagi.
"Baiklah.. Sampai nanti ya, Roy. Bye.." kata Reni sambil menutup telepon.

Tamat