Rendezvous

Karena adanya tanggapan yang baik serta dorongan dari beberapa pembaca ceritaku sebelumnya, "Aku dan Pakaian Dalam Cewek", maka aku kembali memberanikan diri untuk mengisahkan kembali pengalamanku yang lain dengan pakaian dalam cewek.

Kejadian ini terjadi sewaktu liburan kuliah semester pertama. Waktu itu aku tidak kembali ke Jakarta karena berusaha untuk menghemat uang. Tapi alasanku yang paling utama karena aku menikmati keadaanku yang bebas untuk memakai pakaian dalam dan baju wanita yang kubawa. Waktu itu, sepupuku meneleponku dan mengatakan hendak berlibur dan bersenang-senang bersamaku. Dengan rasa gembira, aku menyambut kedatangannya pada hari H.

Setelah sampai di rumahku, aku menunjukkan kamar tempat dia untuk tidur, lalu aku tinggalkan dia di kamar itu dan pergi mandi. Sehabis mandi, aku mengambil g-string bibiku yang kubawa dari Jakarta dan set baju tidurnya. Kupakai g-stringnya, lalu baju tidurnya yang sexy itu. Setelah itu, jubah baju tidurnya aku pakai dan kuikat pita pengikat pinggangnya. Dari dadaku terlihat renda bagian atas baju tidur itu mencuat dengan sexynya.

Setelah berpakaian, aku ke ruang keluarga dan menyalakan TV, lalu menontonnya. Tak lama kemudian sepupuku keluar dari kamarnya. Dia memakai baju tidur wanita pula dengan potongan leher yang agak rendah dan terbuka, panjangnya sampai mata kaki dan berlengan pendek. Bahannya dari satin dan berwarna putih. Dari bagian dada yang agak rendah dan terbuka itu, tersembul renda dan sebagian bra bagian atas dan tali bra sebelah kiri. Warna bra itu adalah krem. Tangannya membawa sebuah bungkusan.

Melihatku memakai baju tidur Mamanya, dia lalu berkata, "Kamu ternyata membawanya ke sini"
"Tentu saja, aku sangat menyukainya", kataku.
"Lalu semua yang pernah kamu ambil?", tanyanya.
"Semua ada di sini", kataku.
Dia tersenyum penuh arti sambil memberikan bungkusan yang dibawanya itu.
"Itu untuk kamu", katanya, "Bukalah".
"Tidak perlu", kataku basa-basi.
"Jangan demikian, aku menumpang di rumahmu, masa aku tidak membawa apa-apa".
"Baiklah, terima kasih, ya".

Setelah itu aku merobek bungkusan itu, ternyata isinya adalah sebuah bra berwarna krem, berbahan satin dengan kawat penahan pada cupnya dan tali bahunya bisa di lepas. Kulihat ukurannya, 34 B. Selain itu, aku masih memperoleh sebuah celana dalam wanita berbahan satin pula dengan warna yang sama. Pada tepi bagian untuk memasukan kaki, terdapat renda yang kecil namun indah, sedangkan pada tepi atas bagian perut ada renda yang agak lebar serta indah. Di bagian depannya ada renda-renda yang indah dan transparan. Sepertinya celana dalam ini adalah pasangan dari bra itu.

"Kamu suka?", tanyanya.
"Suka sekali. Kamu dapat dari mana?", tanyaku.
"Ini punya Mamaku yang aku ambil untuk kamu", katanya.
"Sebetulnya sejak dia kehilangan banyak pakaian dalam karena diambil kamu, dia nggak pernah beli lagi yang bagus, tapi sekitar setengah tahun yang lalu, dia beli yang ini"
"Jadi dia udah tahu?"
"Belum, dia cuma heran, soalnya banyak yang hilang. Tapi sampai sekarang dia masih mengira kalau dia aja yang lupa simpan di mana"
"Terus, kamu ambil ini nggak bakal ketahuan?"
"Nggaklah, soalnya sudah empat bulan, set ini nggak keluar di jemuran, jadi aku tahu kalau dia udah nggak pakai ini. Cuma alasannya nggak tahu kenapa"

Aku tersenyum senang. Ini berarti aku dapat tambahan lagi. Setelah itu, aku bertanya kepada dia,
"Baju tidur ini punya siapa? Mamamu juga?".
"Iya, ini miliknya.. tapi ada yang surprise.."
Setelah itu dia mengangkat baju tidur itu dan memperlihatkan celana dalamnya padaku. Warna celana itu biru bermotif bunga-bunga kecil dan berbahan katun biasa. Potongannya juga biasa-biasa saja walaupun tergolong mini. Melihat celana dalam itu, aku terkejut.. aku sangat mengenalinya.. itu celana dalam Mamaku.
Lalu aku bertanya, "Lho, ini kan punya Mamaku.."
"Benar, aku mengambilnya dari lemari Mamamu waktu aku ke rumahmu untuk tahun baru waktu itu.."
"Jadi waktu itu kamu bersedia mengantar Mamamu bukan hanya karena Papamu berhalangan, tapi kamu mengincar pakaian dalam Mamaku? Wah.. kamu ini memang berotak licin", kataku.
"Hehehe.. semua usaha kan harus ada imbalannya", katanya sambil tertawa.
"Tapi pakaian dalam Mamamu kok nggak terlalu seksi ya.. konvensional banget sampai aku susah memilihnya".
"Memang.. kalau nggak gitu, pakaian dalam Mamaku udah lama jadi korbanku juga. Terus apa saja yang kamu dapat?", tanyaku.
"Celana dalam ini, terus.."
Dia menurunkan lengan baju tidurnya sebelah kiri sampai siku. Bra yang dikenakannya tersingkap. Bra berwarna krem dengan renda pada bagian atas cupnya itu juga punya Mamaku.
"Ini.."

Tanpa membetulkan baju tidurnya, dia terus berkata, "Sebuah baju renang one pieces punya Mamamu, kayaknya dia udah lama nggak pakai, habis ditumpuk paling dalam dan bawah.."
"Baju renang warna apa?", tanyaku.
"Warna biru dengan strip kuning.."
"Oh.. yang itu memang sudah lama nggak dipakai. Sekarang Mamaku pakai yang warna merah muda dengan jahitan bentuk rok pada pinggangnya. Kamu nggak bakal ketahuan, deh..", kataku.
Setelah itu, kami berdua tertawa cekikikan. Geli rasanya membayangkan kami berdua menikmati pakaian dalam Mama kami. Ada tukar-tukarnya pula. Aku menikmati punya Mamanya, dia menikmati punya Mamaku. Setelah itu, dia bertanya kepadaku,
"Apa yang kamu pakai di balik baju tidur Mamaku itu?"
"Ya.. celana dalam Mamamu.."
"Yang mana?"
"G-string"
"Coba aku lihat.."

Aku berdiri, lalu menyingkap baju tidurku yang hanya sepaha panjangnya. G-stringku terlihat olehnya.
Dia berkata dengan kagum, "Aku nggak menduga kalau kamu pakai bisa bagus dan sexy begini"
"Mamamu nggak beli lagi?"
"Nggak ada lagi.. aku cari-cari di lemarinya sampai ke sudut juga nggak ada"
"Sayang ya.. kamu mau ambil kembali yang ini?"
"Nggak usahlah.. itu kamu yang ambil, jadi itu punyamu"

Setelah itu, aku menutup kembali baju tidurku dan duduk kembali ke sofa sedangkan dia membetulkan lengan kiri bajunya yang diturunkan tadi lalu duduk juga. Kami kemudian menonton TV sama-sama sampai sore. Setelah sore, kami merasa lapar. Sebetulnya aku ingin memasak sendiri di rumah, karena ini sudah biasa bagiku, tetapi sepupuku punya ide lain. Dia mengajakku makan di luar, tapi aku harus mengenakan bra dan celana dalam wanita, begitu pula dia.

Walaupun aku senang memakai pakaian dalam wanita, selama ini aku belum pernah mencoba untuk memakainya di luar rumah. Jadi, mula-mula aku merasa keberatan dengan idenya, tetapi dia meyakinkan aku untuk melakukannya. Dengan sedikit rasa malu aku akhirnya mengiyakannya.

Kami kemudian kembali ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian. Bra dan celana dalam pemberian sepupuku tadi ku taruh di lemari, lalu aku mengambil celana dalam hitam transparan dari bibiku itu. Kulepaskan g-stringku dan kulipat lalu aku mengenakan celana dalam hitam itu. Setelah itu aku melepas semua baju tidurku dan kulipat pula. Kujadikan satu dengan celana dalam tadi lalu kutaruh di ujung tempat tidur. Aku kembali menuju ke lemari. Kuambil bra tanpa tali bahu yang berwarna hitam, lalu kupakai. Setelah itu, aku memakai jeans dan kaos putih Joger yang biasanya kupakai ke kuliah.

Sewaktu di cermin, aku melihat dari balik baju aku bisa melihat braku, begitu pula bagian belakangnya. Ini tidak bagus! Aku kemudian memilih kaos warna lain. Kali ini jatuh pada kaos hijau Giordano. Kaos ini berbahan agak tebal. Kemudian kulepas kaos Jogerku dan kupakai yang Giordano. Kali ini sempurna. Karena berbahan tebal, maka braku tidak kelihatan lagi. Hanya dengan memegang dadaku atau punggungku maka seseorang baru mengetahui kalau aku memakai bra. Setelah itu, aku keluar kamar. Ternyata sepupuku sudah selesai. Dia memakai kaos warna ungu dengan bahan yang tebal pula serta jeans hitam.

"Kamu pakai pakaian dalam wanita?", tanyanya.
Aku mengangkat kaosku dan membuka resleting celanaku.
"Ini.. kalau kamu?", tanyaku.
Dia melakukan hal yang sama denganku. Ternyata dia mengenakan celana dalam dan bra yang tadi dipakainya di balik baju tidurnya.
"Ini.. dari tadi ini kan yang aku pakai..", katanya sambil tertawa.
Aku juga ikut tertawa, lalu setelah membetulan pakaian kami berangkat ke Plaza Tunjungan untuk mencari makan. Selama makan dan jalan-jalan di Plaza Tunjungan, sensasi horny, malu dan menantang berbaur menjadi satu. Tetapi semua itu membuat aku menjadi tambah senang dan diam-diam mau melakukannya lagi. Sejak saat itu aku mulai berani memakai pakaian dalam wanita ke mana-mana baik kuliah maupun jalan-jalan.

Malamnya setelah kami kembali ke rumah, kami menuju ke kamar masing-masing untuk ganti baju. Kulepaskan baju kaos dan celana jeansku, lalu kubuka bra dan celana dalam wanitaku. Kulipat pakaian dalam itu dengan rapi lalu kusimpan di dalam lemari. Setelah itu, aku kembali mengambil g-string yang kutaruh di ujung tempat tidur dan kupakai. Setelah itu, aku mengambil set baju tidurku tadi di tempat yang sama lalu kupakai juga. Setelah itu, aku keluar kamar. Sepupuku sudah memakai baju tidur wanitanya dan menungguku di depan TV.
"Nonton, yuk..", katanya.
"Apaan itu?", tanyaku.
"Film porno.."

Aku mengangguk, lalu dia menyetelnya. Aku dan sepupuku mula-mula menonton dengan tenang, tapi lama kelamaan, sepupuku mulai menarik ujung baju tidurnya ke atas, lalu menurunkan celana dalam Mamaku yang dipakainya. Setelah itu, dia mulai mengocok-ngocok penisnya. Aku yang juga terangsang oleh film yang diputar menyingkapkan baju tidurku, melepas g-stringku lalu mengocok-ngocok penisku juga. Erangan kenikmatan kami berdua memenuhi ruangan itu. Tak lama kemudian, dia mengalami ejakulasi dan disusul olehku. Sperma kami tumpah di lantai. Kenikmatan yang luar biasa terasa betul oleh kami sambil memakai baju tidur itu. Rasanya menjadi dua tiga kali lipat dibandingkan masturbasi tanpa menggunakan pakaian dalam wanita.

Setelah diam sejenak, aku mengambil kain dan membersihkan ceceran sperma di lantai lalu kami memakai kembali celana dalam wanita kami masing masing dan kembali menonton film itu. Setelah film itu berakhir, kami saling mengucapkan selamat malam dan kembali ke kamar tidur masing-masing. Di sana kami tidur sampai pagi di dalam pelukan lembut pakaian tidur dan pakaian dalam wanita kami masing-masing.

Sebetulnya masih banyak pengalaman yang kualami selama memakai pakaian dalam wanita dengan sepupuku ini maupun sendirian, tapi karena kesibukanku dalam pekerjaanku yang sekarang, aku akan mencoba menuliskannya kembali jika aku punya waktu senggang dan selama pembaca masih ingin membacanya. Aku sangat berharap dukungan dari pembaca sebab tanpa dorongan dan dukungan pembaca, maka kisahku ini bukanlah apa-apa.

Tamat