Affair antar penulis - 3

Kami masih bercengkerama beberapa saat, memesan sarapan dan makan seadanya sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi. Tak perlu lagi membuka baju. Kami tertidur dengan bertelanjang diri semalam dan menikmati sarapan kami dengan bertelanjang pula. Tak lupa kubersihkan dildo, supaya bersih dan siap pakai kembali. Dio masuk ke dalam shower terlebih dahulu. Setelah suhu air dirasakan pas, diulurnya tangan mengajakku bergabung. Air hangat mengguyur tubuh kami. Di bawah kucuran air Dio tak henti-hentinya mencium bibirku.
Tangannya pun berkeliaran di tubuhku. Aku tahu Dio ingin main saat kami mandi, tapi kubiarkan ia mengharap-harap. Saat menyabuni tubuhku pun, Dio sengaja mengusap agak lama dadaku, perutku, hingga bagian paling sensitif. Usapan-usapannya sempat menghentak halus birahi tapi aku sengaja bertahan, ada keinginan nakal untuk menganggunya. Membiarkan dia berharap. Kusabuni juga tubuhnya. Perlahan seakan ingin meninggalkan jejak sentuhanku di setiap centi tubuhnya. Hingga sampai di penis yang sudah agak bangun, aku berlama-lama. Mengusap halus, perlahan, seakan menyentuh kulit bayi yang paling sensitif. Alhasil semakin membesarlah penisnya.
"You naughty girl", bisiknya tertahan.
Tangannya meremas-remas buah dadaku.
"Suka sayang?", tanyaku ikut berbisik.
Bukannya menjawab, bibirku malah dilumatnya sambil mendorong tubuhku perlahan ke tembok. Badan kami masih penuh dengan sabun sehingga gerakan kami semakin licin. Remasan di buah dadaku semakin kencang, sementara batangnya yg tegang kurasakan di antara pahaku. Aku sempat terbuai, namun teringat kembali keinginanku untuk bertahan. Mengganggunya.
"Enakan main di kamar.., sayang.. ya..?", ucapku setelah berhasil lepas dari lumatan bibirnya.
Kulihat ada keinginan menolak. Kuusap-usap halus batangnya. Berusaha meyakinkan.
"Nanti aku emut deh..", sahutku manja sambil menarik bibir bawahnya dengan bibirku.
Dio menarik tubuhnya perlahan, walaupun masih kutangkap raut kecewa di wajahnya. Kemudian dengan gagang shower Dio mulai mengguyur tubuh kami. Membersihkan busa sabun dari badan. masih kurasakan sentuhan-sentuhan nakalnya, seakan tak jera ingin mengajakku main di shower.
Setelah saling mengeringkan badan, aku ajak Dio duduk di tempat tidur. Aku berdiri di hadapannya, memperhatikan bagian bawahnya yang masih sedikit tegang. Aku berlutut di hadapannya dan mengelus halus mainan baruku itu.
"Bangun lagi, sayang..", perlahan-lahan batangnya bangun kembali.
"Ayo dong, Cleo.., katanya mau ngemut", tangannya mulai mengusap rambutku.
"Hihi.., nggak tahan ya..", aku berikan sedikit ludah di jari dan mengelus halus batangnya.
"Nakal ya..",
Dari elusan halus, aku pegang batangnya. Kujilat perlahan. Tidak terburu-buru seperti kemarin. Aku paling suka mengemut penis yang masih belum bangun. Lebih terasa kepuasannya. Kumasukan perlahan ke mulut. Kuemut halus sambil mengelus perlahan kedua buah zakarnya. Batangnya aku kocok perlahan juga.
"Aagghh.., enak sayang..", Dio merintih keenakan.
Elusannya di kepalaku pun hanya perlahan. Batangnya semakin membesar, kuteruskan menghisap sambil menikmati. Semakin lama semakin membesar dan menegang. Sejalan dengan mulai membasahnya lubangku. Puas dengan hasil emutan, perlahan aku berdiri, mengajak Dio duduk di tempat tidur dan menyandarkan tubuhnya di tembok. Aku duduk di pangkuannya. Kurasakan batangnya di antara paha. Kuteruskan aktifitas mulutku di mulutnya. Lidahku menari-nari di dalam, menggapai-gapai lidahnya yang juga berkeliaran nakal. Lenganku kulingkarkan di lehernya. Sementara tangannya mulai menelusuri tubuhku, diikuti desahan-desahan hangat. Hingga di pantatku, Dio meremas-remas dengan penuh gairah. Diangkatnya tubuhku perlahan, kutahu Dio ingin memasukan batangnya ke lubang vaginaku.
"Aagghh..", bersamaan kami mengerang kenikmatan.
Hanya sesaat karena kemudian kami lanjutkan ciuman penuh gairah yang sempat terputus. Birahiku kembali terbangun. Oohh.., sungguh nikmat. Kuputar-putar pinggang, tanpa melepas ciuman kami. Semakin lama badanku menegang, kupererat pelukan, kadang tanganku mengacak-acak rambutnya. Hingga ciumanku terlepas. Birahi kembali menguasai. Badanku terhempas ke belakang terhentak oleh birahi yang mulai mengambil alih ragaku. Dengan sigap Dio menahan badanku.
"Dioo.., agghh..", Dio membantu gerakanku dengan menekan pinggangku ke arahnya. Kudekatkan lagi tubuh, kuatur kembali gerakan. Naik.. turun.. naik.. turun..
"Dioo.., enak banget sayangg..", terkadang kurasakan jilatan-jilatannya di bahu, di buah dada.
Tak teratur seirama gerakan naik-turun. Gerakan tangannya di pantatku pun mulai tak beraturan. Terkadang kurasakan jarinya bermain di lubang anus. Dimasukkan sedikit demi sedikit. Semakin dalam aku menekan penisnya, semakin dalam juga jarinya masuk ke anusku. Kemudian badanku diangkatnya kembali. Kali ini diarahkannya penis ke lubang anus. Tak sempat aku berpikir, batangnya sudah menembus anusku.
"Aagghh..", lagi-lagi kami berbarengan mengerang.
Kukira bakalan perih karena belum sempat mengoleskan oil, namun gerakan jari Dio sudah membantu membawa 'pelumas' dari vagina.
"Feelss fucking greatt..", kata-kataku mulai tak beraturan, tanda birahi menguasai jiwaku juga.
"Fucckk.. it's so greatt..", di tengah lenguhan beratnya, Dio juga terbawa racauanku.
"Your dick is so greatt.., honeyy.."
"Aagghh.., so tightt.."
Aku pun semakin dalam menekan pantat. Semakin cepat, semakin keras, semakin membuat aku terlepas dari kendali.
"Nikmaatt.., Cleo.., nikmatt.."
Erangannya menambah gairahku. Semakin kacau aku menekan dan mendorong pantat. Semakin sering bahkan semakin menggebu-gebu. Birahipun menyelimuti jiwaku kembali. Jilatan-jilatan kacau pun terhujam ke wajahnya. Aku terbawa kembali ke puncak klimaks. Gedoran pun semakin jelas menghunjam. Aku mau keluar..
"Dioo.., aghh..", tak sempat aku mengisyaratkan. Sudah keburu keluar. Aku terhempas ke belakang. Dio menahan beban tubuhku lagi.
"Aagghh..", nikmaatt.., Kemudian kuangkat perlahan tubuhku mengeluarkan penisnya dari lubang anus.
Basah dari vagina mengalir ke bagian bawahnya. Lemeess.., kubiarkan tubuhku lunglai di pelukannya.
"Makasih Dio..", bisikku sambil memberikan kecupan sayang di pipinya.
Tangan Dio mengelus-elus punggungku perlahan. Sepertinya Dio memberikan kesempatan kepadaku mengambil nafas, menikmati kepuasan yang baru saja kuraih. Penisnya masih kurasakan menegang di depan perutku. Sesaat kemudian aku sadar, Dio masih menungguku.
"Dio.., aku isep lagi ya..", menarik wajahku dan menatap matanya sayu.
"Iya sayang.."
Aku berlari kecil ke kamar mandi, mengambil handuk basah hangat. Kubersihkan batangnya dengan lembut. Aku ajak Dio membaringkan diri melintang di tempat tidur. Perlahan aku isap penisnya yang masih menegang. Kukocok juga perlahan. Saat kulihat bagian bawahnya, timbul pikiran nakal.
"Can I put my finger there..?", sambil jari telunjukku mengelus halus lubang anusnya.
"You want it, honey?, PUT then!", tak kusangka, Dio memperbolehkan.
Aku terkesiap sesaat, namun tak kusia-siakan. Dengan cepat kuraih oil dari meja kecil di samping tempat tidur. Kuusap lubangnya, juga kulumuri jari telunjukku. Perlahan aku putari lubang pintunya.
"Do it! NAUGHTY GIRL", rupanya Dio tak tahan juga ingin tahu.
Kumasukan perlahan. Hingga batas kukuku, kugerak-gerakan perlahan di dalam. Kumasukan lagi lebih dalam, hingga setengah jariku, kugerak-gerakan lagi.
"Aaghh.., yeaa..", Dio mengerang.
Aku semakin antusias dengan gerakan jariku. Kumasukan lagi lebih dalam, kini jari panjangku masuk seluruhnya. Kugerak-gerakan jariku di dalam. Oohh.., sensasi baru. Semakin kugerakkan semakin Dio menjadi beringas, semakin membuatku menggoyang-goyangkan jariku. Kucoba keluar Masuk, kucoba menggerak-gerakan ujung jariku di dalam.
"Yeaa.. yeaa! More.. moree.., suck my Dickk!"
Jari kananku sibuk dengan anus dan mulutku kembali sibuk dengan penisnya. Tak tau lagi mana yang lebih ingin kunikmati. Jariku semakin cepat keluar masuk dan mulutku semakin beringas membasahi penisnya.
"Cleo.., aagghh.., cleo..", Dio semakin menikmati.
Tak kusangka akupun menikmatinya.
"Cleo.., dildo.., cleo.., put into my ass!", racaunya lagi.
Cepat kuraih dildo, kuberikan oil. Tergesa-gesa. Tak kusangka. Tanpa pikir panjang lagi, kuarahkan dildo ke lubang anusnya. Kuputar-putar perlahan di pintu, menyapu oil yang ada. Kudorong perlahan.. sebagian kepala dildo masuk ke anus. Kudorong lebih keras lagi, seluruh kepala dildo masuk lebih dalam. Sedikit tak yakin, apa yang dirasakan Dio, mungkin agak aneh seperti saat aku pertama merasakannya.., kudiamkan sesaat supaya lubang anusnya terbiasa. Kulanjutkan menghisap penisnya, berharap dapat mengurangi rasa aneh yang sedang dialaminya.
"Auughh..! So greatt.. more.. moree!"
Kugerakan dildo perlahan, keluar Masuk, perlahan. Dio terlihat menikmati, kupercepat gerakanku. Keluar Masuk.., keluar Masuk.., ougghh.., begini rasanya..
"Aagghh..", Dio kian mengerang "Fuck mee..! Fuck mee!"
Aku semakin terkesiap, kupercepat lagi gerakanku mendorong dildo.
Semakin dalam, semakin cepat, semakin dalam.
"Oohh..! You're so fuckin' baadd!"
Erangan-erangan Dio semakin membuat gerakanku tak terkendali.
"Fuckk.. fuck you hardd.. ouugghh..", aku pun ikut terbawa birahinya.
"Cleo.. cleo..", kakinya semakin terbuka lebar.
"Eat my dickk!", tangannya mengambil alih dildo dari tanganku.
Erangan-erangannya semakin menjadi-jadi. Kuraih lagi penisnya, kuisap dengan keras sambil kukocok-kocok. Tak beraturan, ludahku mulai membasahi penisnya. Berjatuhan seirama semakin tak terkendalikannya birahi kami.
"Aaghh..", Dio mengerang panjang saat kuisap keras.
Sementara tangannya masih sibuk dengan dildo di anusnya. Entah apa yang merasuki, yang pasti hanya kenikmatan birahi begitu menyelimuti kami.
"Cleo.., aagghh.., you are the realy really BAD GIRLL!"
Isapanku semakin keras dan kacau.
"Cleoo.., i wanna cum inside you.."
Tak kusangka, Dio bangun serentak. Dibuangnya dildo sembarangan. Diterkamnya tubuhku, dibaringkan sambil dibukanya kakiku lebar-lebar. Diangkat kakiku ke pundaknya. Sambil berlutut, diarahkan penis ke lubang vaginaku.
"I wanna fuck you.., fuck you..", Dio mendorong keras penisnya. Bleess.., bless..
"Aagghh..", kepalaku terangkat sesaat.
Ohh.., Dio benar-benar terbawa nafsu birahinya. Gerakannya sangat garang, menghentak-hentak. Tak beraturan.., kerass.., kencang..
"Aagghh.., Cleoo.., fuck you harrdd.., aghh..", sodokannya benar-benar tak karuan.
Tubuhku berguncang-guncang seirama tekanannya. Kepalaku bergoyang-goyang tak terkendali. Kurasakan buah dadaku bergerak kian kemari. Penisnya terasa sangat dalam, menekan keras dan mengoyak-ngoyak rahimku. Mendobrak lagi timbunan magma birahiku.
"Aaghh.., Dioo.. aghh..", tanganku berusaha menahan gerakan dadaku.
Kuremas-remas keras, mengalirkan nafsu birahiku yang ikut naik. Suara benturan kulit kami dan basahnya vaginaku semakin terdengar jelas. Keciplak.., kecipluk.., plok.., plok.., plok..
"Cleoo.., I wanna cumm.., cumm..", gerakannya malah semakin kacau.
Liar semakin liar. Seakan bukan lagi Dio yang kukenal. Wajahnya beringas, ingin menumpahkan gejolak birahinya.
"Oughh.., Dioo.. fuck me.., fuck me hardd.., cum in cum.."
Kini tubuhku pun ikut bergoyang, kudorong sebisaku ke arahnya. Ingin kurasakan lebih dalam lagi penisnya. Ingin ikut pula dalam keberingasannya. Plok.. plok.. plok..
"Dioo.., cumm..", akhirnya magmaku pun bergejolak ingin keluar.
"Dioo..", pecah sudah..
"Cleoo.., shhiitt.., i'm cumming..", disodoknya keras, menumpahkan cairan kenikmatan yang tertahan.
Semprotan-semprotan terasa kembali di lubangku. Dio terjatuh lunglai ke tubuhku. Penisnya masih terasa di dalam.
"Ohh..", desahan nafasnya terdengar panjang. Tubuhnya penuh keringat bercampur dengan keringatku. Perlahan kemudian, dikeluarkan penisnya. Dan bergeser ke sampingku. Tubuhku ditariknya ke dalam pelukan.
"Cleo.. cleo.., you are so great.., thanks honey. I wish you enjoy it like I do"
"Makasih, Dio.., that was the best one i ever had", bisikku puas.
Amat sangat puas, Dio.
T A M A T