Sesama Pria
Saturday, 1 November 2008
Cinta remaja perkenalan - 2
Kejadian yang dialaminya sore tadi diatas sepeda motor Andre, membuat Calvin tiba-tiba rindu untuk curhat pada Desi seperti dulu. Bolak-balik ia memandangi pesawat telpon yang ada di kamarnya. Namun perasaan bersalahnya karena telah menghindari Desi, membuatnya tak punya keberanian untuk mengangkat gagang telpon.
Capek dengan lamunannya, Calvin akhirnya tertidur. Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan hampir pukul empat dini hari.
Saat istirahat sekolah, Andre mendatangi Calvin ke kelasnya. Calvin yang sedang asyik berkutat dengan buku fisikanya kaget ketika Andre menepuk bahunya,
"Jadi kan belajarnya pulang bimbingan nanti Vin?" tanya Andre.
Cowok tampan itu langsung duduk di kursi depan meja Calvin. Lengannya yang kokoh bersandar pada sandaran kursi. Calvin menganggukkan kepalanya, mengiyakan.
"Pak Simangunsong emang enggak salah milihin guru privat buat gue deh," kata Andre lagi sambil cengar-cengir pada Calvin.
"Ndre, jangan terlalu berharap banyak dari gue dong. Banyak hal yang gue juga enggak ngerti. Kita harus sama-sama belajar. kalau enggak, ya percuma aja," jawab Calvin.
"Siap Pak Guru," jawab Andre sambil memberi hormat layaknya prajurit pada komandannya. Tetap dengan cengiran yang membuat wajahnya semakin enak dilihat.
Sorenya sepulang bimbingan sekolah dengan berboncengan diatas sepeda motor Andre dan Calvin meluncur di jalan raya kota Jakarta yang ramai menuju rumah Calvin. Harum tubuh maskulin Andre yang menyebar dari balik jaket kulit hitamnya sungguh menggoda Calvin. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, jantung Calvin berdebar keras. Ia sangat terangsang pada cowok ganteng yang memboncengnya ini. kontolnya membesar lagi seperti kemaren, menempel erat di belahan bokong Andre.
Setiba di rumahnya, Calvin tak mampu memandang wajah Andre saat menyuruhnya masuk. Ia takut
Andre menyadari perbesaran ukuran kontolnya sepanjang perjalanan mereka. Andre sendiri kelihatan sangat cuek. Sepertinya ia tak menyadari apa yang terjadi dengan Calvin sepanjang perjalanan tadi. Seperti juga kemaren sore.
Rumah Calvin terlihat sepi. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 wib. Pada Andre, Calvin mengatakan bahwa kedua orang tuanya belum pulang dan biasanya baru kembali saat ia sudah tertidur lelap nanti.
"Enakan kita makan dulu ya Ndre, supaya belajarnya enggak terganggu," kata Calvin.
"Boleh aja. Tapi gue mau numpang mandi dulu nih Vin. Badan gue rasanya lengket nih," jawab Andre.
"Gitu ya. Gue juga rasanya memang perlu mandi nih Ndre. kalau gitu kita ke kamar aja yuk. Biar elo mandi disana aja," jawab Calvin.
Calvin membawa Andre menuju kamarnya di lantai dua. Kamar Andre luas. Peralatan lengkap tersedia didalamnya. Televisi 29 inchi, plus DVD player dan Play Station. Juga seperangkat komputer model terbaru. Disudut kamar terdapat kamar mandi besar.
"Itu kamar mandinya. Ini handuk bersihnya. Elo mandi duluan, setelah itu gua. Gua mau ngomong ke Mbak Sum, supaya nyiapin makan malam kita," kata Calvin. Ia menyerahkan handuk bersih pada Andre.
"Oke," jawab Andre. Calvin segera meninggalkan Andre. Ia menuju dapur dan kemudian menyuruh Mbak Sum, pembantunya, mempersiapkan makan malam untuknya dan Andre. Kemudian ia segera kembali ke kamarnya di lantai 2.
"Deg!" jantung Calvin berdebar keras saat ia membuka pintu kamarnya. Ia mendengar suara air yang memancar dari shower yang terletak di dalam kamar mandinya. Suara shower hanya bisa terdengar keras memenuhi kamar bila pintu kamar mandi tak ditutup. Perlahan-lahan ia masuk ke dalam kamar. Jantungnya semakin berdebar kencang. Pintu kamar mandi terkuak lebar. Calvin terpaku, matanya menatap lurus tak berkedip ke dalam kamar mandi. Didalam sana Andre yang telanjang sedang asyik melakukan gerakan tangan mengocok batang kontolnya sendiri yang sudah mengacung tegak.
Tiba-tiba Andre menoleh ke arahnya. Calvin kaget. Ia gelagapan, dan langsung mengalihkan pandangannya dan berpura-pura menghidupkan televisi. Duduk bersila diatas karpet, matanya menatap layar televisi tapi ia tak memperhatikan siarannya. Jantungnya berdegup keras.
Degup jantung Calvin semakin bertambah keras saat kemudian ia merasakan jemari tangan yang basah membelai lehernya, kemudian melepaskan kaca mata minusnya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia merasakan telinganya seperti digelitik oleh sebuah daging kenyal hangat yang basah disertai dengusan nafas hangat membelai pipinya.
"Gue tahu, ini yang selalu elo impikan Calvin," parau suara Andre membisik di telinganya.
Selanjutnya telinga Calvin dengan sukses bersarang dalam kuluman bibir dan gelitikan lidah Andre. Calvin membiarkan saja apa yang dilakukan Andre padanya. Ia tak ingin melarang Andre. Jantungnya terus berdegup semakin kencang. Jemari tangan Andre kini melepaskan kemeja sekolah Calvin. Tubuh Calvin bagian atas tak menggenakan apa-apa lagi. Dadanya yang cukup bidang kini telanjang.
"Buka mata elo Vin," bisik Andre.
Perlahan-lahan Calvin membuka matanya. Dan betapa kagetnya ia, saat kedua matanya telah terbuka ia menemukan sebuah kontol besar mengacung tegak dihiasi rimbunan jembut lebat berada tepat di depan wajahnya. Sesaat kemudian kontol besar itu sudah menggesek-gesek mukanya. Dirasakannya geli pada kulit wajahnya akibat gesekan jembut lebat milik Andre. Calvin mengendus-endus batang kontol itu. Wangi sabun, harum menyegarkan.
Tak berlama-lama kontol besar kemerahan itu sudah bersarang dalam mulut Calvin. Calvin menyelomoti batang itu dengan penuh semangat. Meski tak punya pengalamannya sebelumnya, tapi Calvin mengetahui apa yang harus dilakukannya dengan batang kontol besar yang sangat dirindukannya selama ini. Andre menggoyangkan pantatnya maju mudnur dengan gerakan perlahan, penuh kelembutan, mengeluar masukkan batang besar miliknya itu di dalam mulut Calvin.
"Elo menyukainya kan Calvin? Elo suka kontol gue didalam mulut elo kan?" tanya Andre diantara genjotannya.
"Suka banget.. Hmmpp.. Sreuppss.. Mmpp..," jawab Calvin sembari melanjutkan kulumannya pada perkakas Andre dengan penuh semangat. Ludahnya berceceran membasahi batang itu, membuatnya mengkilap indah.
Keduanya kini berbaring di lantai, berlawanan arah. Mulut mereka asyik mengulum batang kontol milik temannya. Calvin memuluti batang Andre. Sedangkan Andre memuluti batang Calvin yang nongol dari resleting celana sekolahnya. Dari mulut keduanya terdengar suara kecapan-kecapan basah yang semakin membangkitkan birahi mereka.
Setelah puas memuluti batang kontol Calvin, Andre melanjutkan dengan melakukan rimming pada lobang pantat perjaka milik temannya itu. Lidahnya menjilati celah sempit penuh bulu itu. Sesekali lidahnya menusuk-nusuk disana, membuat Calvin mengerang-erang keenakan. Sembari memainkan lidah, jari-jari Andre menyibak celah sempit itu. Menguakkannya selebar mungkin, lalu menyusupkan jarinya ke lorong sempit kemerahan milik Calvin. Calvin mengerang keras. Ia merasakan lobang pantatnya terasa hangat dan penuh. Berulang-ulang Andre menyusupkan jarinya kesana. Ia meludahi lobang itu agar lebih licin, sehingga sodokan jarinya tidak terlalu seret.
Andre merasa celah sempit Calvin sudah dapat beradaptasi dengan baik. Buktinya tiga jarinya sudah dapat menyusup dan merojok disana. Kalaupun Calvin mengerang-erang oleh rojokannya itu, menurut Andre itu merupakan hal yang wajar, sebab Calvin baru pertama kali merasakannya. Andre kini ingin melanjutkan aksinya dengan penetrasi di lobang pantat Calvin.
Andre mengarahkan Calvin agar terlentang di atas karpet. Ia meminta temannya itu untuk mengangkang, membuka pahanya yang kokoh itu selebar-lebarnya. Andre menaiki tubuh Calvin. Meletakkan selangkangannya tepat di depan buah pantat Calvin.
"Elo tahan sakitnya ya Vin. Cuman sebentar doang kok," katanya, ia tersenyum manis pada Calvin. Temannya itu membalas senyum Andre sambil menganggukkan kepalanya.
Perlahan-lahan Andre mulai menancapkan batang kontolnya yang besar itu ke celah sempit milik Calvin. Tak ada jerit kesakitan dari mulut Calvin. Sekuat tenaga ditahannya rasa sakit pada lobang pantatnya saat senti demi senti batang besar milik Andre memasuki lorong sempitnya. Matanya dipejamkan, tetesan keringat didahinya merupakan pertanda betapa betapa Calvin sangat kesakitan oleh penetrasi itu.
Andre terus berjuang menjebol benteng keperjakaan Calvin. Matanya merem melek, tangannya mencengkeram erat pinggang ramping Calvin. Pantatnya terus mendorong ke depan menyusupkan batang kontolnya menyusuri lorong sempit milik Calvin. Andre merasakan kontolnya seperti diremas-remas dengan kuat oleh dinding lorong lobang pantat Calvin. Dari mulutnya terdengar deru nafas yang keras.
"Hohh.. Hohh.. Hohh..,"
Akhirnya, perjuangan Andre membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam lobang pantat Calvin berhasil juga. Ujung kepala kontolnya terasa mentok menyentuh daging empuk yang terasa hangat dan basah, berdenyut-denyut membuat kepala kontolnya terasa geli-geli nikmat.
"Hohh..," Andre mendengus keras.
"Sudah masuk semua Ndrehh?" tanya Calvin.
"Sudah Vin. Enak banget men, sempit banget. Lobang pantat elo benar-benar sip. Elo juga benar-benar hebat. Elo sanggup menahan sakitnya," Andre memuji temannya itu. Calvin tersenyum bangga dipuji seperti itu. Selanjutnya mereka berciuman dengan penuh nafsu.
"Sekarang elo tahan lagi ya Vin, gue akan menggenjot lobang pantat elo," kata Andre setelah bibir mereka tuntas saling melumat.
"Oke Ndre," jawab Calvin parau.
Andre meremas buah pantat Calvin yang berkeringat. Kemudian ia menarik buah pantatnya ke belakang, sehingga batang kontolnya tertarik keluar dari lobang pantat Calvin. Belum sampai separuhnya keluar, Andre mendorong pantatnya maju secara perlahan. kontolnya pun kembali terbenam ke lobang pantat Calvin. Ia merasakan betapa seretnya batang kontolnya bergerak ke luar masuk lobang pantat temannya itu. Calvin mengerang tertahan saat batang kontol Andre dirasakan bergerak keluar masuk lobang pantatnya. Andre terus bergerak berulang-ulang. Lobang kencing pada kepala kontolnya terasa mengeluarkan precum yang mengurangi rasa seret gerakan maju mundurnya.
"Heh.. Heh.. Hohh.. Hohh.. Enakhh.. Bangethh.. Hehh.. Hohh..," racau Andre.
Gerakan pantatnya semakin cepat. Tangan kirinya sibuk meremas-remas tubuh atletis temannya yang licin karena basah oleh keringat, terutama pada buah pantat Calvin yang montok. Sementara tangan kanannya sibuk mengocok batang kontol Calvin yang juga tak kalah besarnya dari milik Andre.
Dari cermin besar yang ada di kamarnya, Calvin bisa melihat pantulan bayangan persetubuhan mereka. Pemandangan yang sangat indah. Tubuh yang bertindihan sama-sama bergoyang seirama. Simbahan keringat yang berkilauan oleh cahaya lampu kamar menunjukkan dengan jelas meregangnya otot-otot mereka yang mulai terbentuk itu. Calvin tersenyum bahagia melihat Andre yang mengerang-erang dengan mata merem melek sedang asing menggenjotkan pantatnya menyodomi dirinya yang menungging pasrah dan melakukan gerakan pantat membalas.
Bersambung...