Lain-lain
Thursday, 6 November 2008
Di oral waria
Habis pulang dari pawai ituaku tidak langsung pulang, karena capai aku duduk duduk saja sambil nunggu keringatku kering. Aku kaget banget karena tiba tiba saja aku didatangi tiga mahkluk yang berdandan mirip artis. Mereka langsung duduk di sebelahku. Satu diantara mereka memberiku teh botol. Karena memang haus aku langsung terima saja minuman itu.
Aku sedikit lega karena keadaan waktu itu sepi banget jadi aku nggak terlalu malu. Jujur aku belum pernah duduk sebelahan dengan waria sebelumnya. Setelah ngobrol ngalor ngidul baru aku tahu nama mereka: Linda, Tania dan Silvi. Karena kebelet pipis aku segera mencari toilet ditaman itu. Kebetulan toiletnya berada tak jauh di belakang kami duduk. Aku pun segera minta ijin buat kencing. Mereka cuma mengiyakan aja. Aku segera cabut ke toilet.
Tapi sebelum aku sampai ke toilet mataku benar benar dibuat tak berkedip oleh pemandangan yang secara nyata baru aku lihat saat itu. Seorang cowok sedang di oral oleh seorang waria di deket toilet itu. Ake lihat cowok muda yang kira kira baru umur 25 tahunan itu menggeliat-geliat seperti ular bahkan bokongnya ikut terangkat saat waria itu bergerak bebas diatas selangkangan cowok itu.
Sebenarnya cowok itu melihat aku saat itu tapi dia cuek aja. Akupun masuk toilet biar bagaimanapun air kencing ini harus di keluarkan. Tapi pikiranku masih tertuju ke pemandangan indah diluar tadi. Bahkan kontolku kini sudah setengah tegang jadinya.
"Hayo ngapain?"
Tiba tiba aja linda sudah ada di belakangku, memang pintunya tidak aku tutup tadi. Aku bener bener kaget dan langusng kumasukkan kontolku.
"Kok ditutupi, Linda nggak boleh lihat yah?" katanya sambil mendekat.
Aku hanya gugup campur malu. Tapi Linda malah meraba raba celana depanku.
"Sudah tegang begini kok didiemin. Kasihan kan sayang?" katanya sambil meremas kontolku.
Aku cuma diam aja di perlakukan seperti itu. Jujur aku malah ingin lebih. Linda mendorongku hingga aku bersandar di tembok. Tanpa minta ijin dulu dia langsung membuka celana abu-abu-ku. Di perosotkan sampai kedengkul. Linda tersenyum dan mendongak kewajahku.
"Adi pingin seperti yang diluar kan?" godanya.
Aku malah mengangguk seperti anak kecil. Linda mencimu dan menjilati kontolku yang masih terbungkus CD-ku hingga nampak basah oleh air liurnya.
Aku juga tidak mau tinggal diam segera aku raih susu buatanya itu kuremas-remas. Dan akhirnya aku dengar Linda mensdesah nikmat. Aku menekan kontolku kewajahnya. Dan dia mengerti apa yang aku mau. Linda menarik CD-ku. Kini bagian bawahku sudah tidak terbungkus apa apa lagi. Kontolku pun lagsung mengacung bebas menantang Linda.
Tapi linda tidak langsung menghisap kontolku. Linda malah lebih senang mempermainkan perasaanku dengan menjilati pahaku sampai ke dengkul. Ku pegang sendiri kontolku dan kuarahkan ke mulutnya tapi tetap saja Linda tak mau bergeming. Malah bagian buah zakarku yang di elus elusnya.
"Lin.. Pliss" Aku mendesah nikmat saat Linda menjilat jilat kedua biji kontolku. Aku sengaja menurunkan pantatku agar Linda segera memngenyot kontolku tapi lagi lagi gagal. Linda malah bergerak naik dan membuka baju seragamku.
Aku sudah tanpa busana sedangkan linda masih utuh dengan kostumnya. Aku mencoba membuka atasan Linda dan langsung menggelantung indah dua susu buatannya. Aku ingin sekali mencicipi susu itu dengan mulutku namun Linda malah menyosor puting susuku duluan. Pertyama di pilin halus puting kananku sementara putingku yang kiri di jilat dan di isep isep. Aku hanya bisa memejamkan mata menahan rasa nikmat itu.
Tidak tahan di perlakukan seperti itu aku berniat mengocok sendiri kontolku. Tapi baru tiga empat kali kocokan tangan Linda langsung menahanku. Di pegang erat taganku dan praktis aku nggak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa menerima rangsangannya. Biar bagaimanapun tenaganya lebih kuat dari tenagaku. Jadi dia yang menguasai ritme permainan.
Setelah puas mencucupi putingku Linda bergerak turun dan menjilati pusarku. Kembali aku harus mendesah geli waktu itu. Linda kemudian turun lagi dan kali ini kembali hinggap di pahaku bukan kontolku.
"Uhh.. Lin pliss.." Aku memelas agar linda segra memasukkan kontolku kemulutnya.
Linda tampaknya udah kasihan banget melihatku merintih rintih seperti itu. Linda langsung membuka mulutnya lebar lebar dan.. Bless.. Kontolku langsung bersarang di mulutnya. Sungguh enak banget rasanya. Maklum saat itu pertama kali aku di emut. LInda mulai menggerakkan mulutnya maju mundur, disertai hisapan hisapan kuat pada batang kontolku. Linda masih sempat melirik ke wajahku yang meringis ringis keenakan.
Kini tangannya meraba dadaku dan kembali diremas. Di pilin pilinnya puting susuku sementara tangan yang kiri muengelus ngelus buah zakarku. Aku hanya bisa merem melek meresapi kenikmatan itu.
"Hookkss.. LIn nimat banget.. Teruss.." aku menceracau sekenanya aku pegangi kepala linda dan kutekan agar kontolku lebih dalam lagi masuk kemulutnya. Aku segera mengerak gerakan pantatku maju mundur. Aku semakin cepat bergerak karena aku rasa aku udah pingin ngecret. Linda tahu akan hal itu Dia pun langsung tambah tenaga menghisap kontolku.
"Lin.. Aku keluarr.." Aku takan pantatku dan kutarik kepala linda.
Crot.. Crot.. Crot.. Aku muntahkan maniku kedalam mulutnya Aku lirik kebawah teryata Linda menelan semua maniku.
"Kamu telan Lin?" tanyaku heran.
"Nggak apa. Enak kok" katannya lagi.
Aku hanya nyegir aja dibuatnya. Linda bangkit dan meraih kepalaku di belai halus rambutku. Aku pun ikut terbangun. Linda sendiri memandangiku. Lama kami tak berbicara aku pikir dia meminta uang tapi setelah aku sodorkan sejumlah uang dia malah terbahak melihatnya. Aku jadi bingung tapi pura pura saja sok tenang.
"Linda hanya ingin di perbolehkan menghisap kontol Adi sewaktu waktu" katanya lagi. Aku terbengong.
"Untuk Adi gratis. Dan kalo Adi mau temen Linda tadi juga mau kok menghisap kontol Adi" Linda tersenyum kecil dan mencimu keningku.
Aku segera memakai seragamku lagi. Aku bilang pada Linda kalo aku harus segera pulang.
"Thanks banget Lin" kataku padanya. Linda mengangguk pelan. Dia melambaikan tannganya ke arahku.
Sampai rumah aku benar benar tidak bisa tidur mengingat kejadian sore tadi. Aku hanya berharap tak menemui lagi ketiga orang itu. Aku tidak boleh menjadi bagian dari mereka lagi pula aku sudah ditunangkan dengan Linda asli. Linda yang asli perempuan. Bukan Linda jadi jadian.
Aku tergagap. Saat kulihat ketiga waria tadi sudah berada di kamarku. Aku segera berusaha berteriak tapi sia sia saja. Mereka membungkam mulutku. Sementara satu persatu pakeanku dilucuti hingga sama sekali tubuhku tak tertutupi satu benangpun.
Linda segera menyerang kontolku, kedua temannya memegangiku agar tak bergerak. Aku hannya bisa pasrah saja di perlaukan seperti itu. Linda masih terus mengenyotiku. Silvi dan Tan tambah kencang memegangiku.
"Lin nggak Lin. Aku mohon.. Lin tolong.." kataku memelas, tapi tetap saja kontolku tidak bisa menegang mungkin karena takut. Ketiga waria itu masuh saja memaksaku. Edannya lagi Linda berdiri dan menunjukkan kontolnya.
"Isep donk Adi sayang" katanya memang pelan tapi bagiku itu menakutkan sekali.
Tania memaksaku untuk membuka mulut dan menghisap kontol temannya itu. Tidak ada pilihan lain kecuali menuruti perintah mereka. Aku teraksa membuka mulutku dan masuklah kontol Linda ke mulutku. Aku hampir mual dan muntah, tapi Silvi tetap menekan kepalaku. Linda bergerak liar, pantanya maju mundur memompa mulutku. Aku sampai tersedak sedak karena memang kontolnya itu lebih gede dari kontolku.
Linda masih saja memaju mundurkan pantatnya, saat Tania dan Silvi juga ikut ikutan membuka kontol mereka masing masing dan sengaja memamerkan kebesaran kontolnya padaku. Aku tidak berani menatap kontol kontol itu. Aku hanya pejamkan mataku. Hingga ke dengar Linda mendesah panjang aku tahu Linda hampir keluar aku berusaha melepas kan kontol itu, tapi Tania segera menekan kepalaku.
"Telan donk Adi.." katanya.
Aku mau berontak tapi tak bisa tenagaku jauh lebih kecil jika dibandingkan tiga waria itu. Linda terus saja menceracau. Sampai akhirnya ada yang terasa hangat hangat asin dimulutku. Linda telah ngecret dimulutku. Aku berusaha meludahkan cairan itu tapi tetap tidak bisa. Jadi terpaksa semua cairan itu aku telan dari pada kelamaan dimulut dan membuatku muntah. Mereka bertiga tertawa terbahak. Melihatku menelan sperma Linda.
"Enak kan sayang" kata Silvi.
Aku masih gugup ketakutan. Kali ini Silvi dan Linda membuka semua pakean mereka. Sama seperti Linda mereka ingin aku mengoral kontol kontol itu. Aku benar benar menangis tapi percuma saja kontol kontol itu tetap masuk juga ke mulutku. Bahkan kontol kontol itu terlalu besar untuk ukuran mulutku. Mereka jadikan mulit ku sebagai anus saja layaknya. Mereka membor habis mulutku. Yang aku harap hanya kontol itu cepat keuar spermanya dan cepat selesai kejadian mengerikan itu.
Benar saja beberapa menit kemudia satu persatu keluar air mani mereka. Aku udah berpikiran lega waktu itu. Mereka terduduk di lantai kamarku. Aku berharap mereka cepat keluar dari kamarku. Tapi salah mereka malah semakin ganas. Mereka kembali menerjangku menindihku. Mulut mereka berusaha menciumi seluruh tubuhku. Aku tetap berusaha melawan mereka tapi sia sia juga.
Silvi mencucupi puting susuku sementara Tania berusaha membangunkan kontolku. Linda sendiri menatapku dan tersenyum. Dia mengacungkan jempolnya ke mukaku. Aku alihkan pandanganku dari dia. Aku terus saja meronta. Saat Linda kembali ikut menggerayangiku.
Aku benar benar tidak bisa bernafas saat Silvi memagut bibirku dan meludahi mulutku dengan ludahnya. Kembali aku di kagetkan dengan kuluman di kontolku tapi kali ini Tania yang mengulum bukan Linda. Tapi siapa saja yang melakukan tetap saja kontolku tak bisa berdiri. Justru aku semakin ketakutan.
Dan kali ini aku berteriak keras saat Tania mulai mencocol lubang anusku. Aku takut disodomi. Silvi turun menggerayangi perutku. Sementara Linda tetap membantu Tania menucuk nusuk pantatku. Aku berteriak teriak saat Tania mencoba memasukkan kontolnya ke anusku.
"Tan jangan Tan aku mohon.." Aku memelas agar Tania tidak menyodomiku. Namun dia semakin buas saja. Dan saat kontolnya masuk ke anusku kontan aku berteriak histeris.
"Tolongg.. Hentikann.." kataku kesakitan.
Tapi Tania tetap cuek dan menggerakkan pantatnya maju mundur. Aku semakin keras berteriak dan memohon agar dia berhenti melakukan itu. Tapi hasilnya nl malah Tania semakin liar memompa anusku. Tapi teriakanku juga nggak kalah. Aku juga semakin keras berteriak memmanggil seisi rumah.
"Tolongg.. Pa.. Ma.." Aku berteriak teriak memanggil Papa dan mama. Aku semakin lemas saja di perlakukan Tania seperti itu. Aku hampir kehabisa suara dan lemas. Kemudian aku hanya pasrah saja. Terdiam lemas.
Saat lemas itu justru aku rasa gempuran Tania dan teman temannya mulai mereda. Dan kurasakan ada sentuhan lain. Sentuhan yang sudah aku hafal sentuhan siapa. Terasa lembut.
"Say.. Bangun dong say.. Say kamu kenapa?" Suara lembut itu. Linda. Hanya Linda asli yang punya suara itu. Linda menepuk nepuk pipiku bermaksud menyadarkanku. Aku peluk Lindaku. Dia membelai lembut punggungku.
"Linda maafkan aku" Entah mengapa aku lepas kontrol. Tanpa takut Linda akan meninggalkanku, aku langsung menceritakan semua kejadian yang aku alamin termasuk sore tadi. Dengan lembut Linda mencium keningku.
"Say.. Aku bahagia karena aku akan mempunyai calon suami yang jujur sepertimu. Asal kamu nggak akan pernah melakukan seperti itu lagi aku akan tetap mencintaimu." Katanya begitu halus.
"Makasih Lin.." Aku begitu lega berada di peluknya.
Pelukan sejati dari orang yang benar benar mencintai aku. Dan sampai saat ini pun kami sudah dianugrahi dua orang anak.
TAMAT