Seks Umum
Monday, 6 June 2011
Nani gadisku dari kampung - 5
"Punyamu udah keras, Mas.."
"Tapi aku mesti kembali ke kantor, absen dulu, jam kerja sudah habis.."
"Ah.. jam kerja Nani kan belum habis Mas, masak mau ninggalin Nani sih, Nani lagi tanggungnih."
Buah dada itu menyembul karena terpepet dadaku. Aku terangsang lagi.
"Yangg.. Nani mau lagi dong.. ayo Mas penismu masukkan lagi yaach?"
Langsung saja kuraih buah indah itu. Putingnya sudah keras. Kami berpagutan, dan rasanya aku tidak sampai hati meninggalkan Nani yang sedang naik birahinya. Aku ingin tahu kesiapan Nani siang itu, tanganku ke bawah sana. Sudah basah rupanya. Mengingat waktu, aku ingin segera mulai. Nani pun paham. Kembali aku melakukan pertempuran panjang melawan nafsu birahiNani. Aku mempercepat goyanganku dan terus melumat bibir Nani, mencegah desahnya yang makin keras, aku makin hebat menggoyang dan siang waktu istirahatku yang melelahkan sekaligus penuh kenikmatan.
Menunggu sore tiba sengaja aku tidur-tiduran saja berdua dan tidak ada lain lagi bercumbu dan bercanda yang tidak lepas dari masalah kenikmatan persetubuhan yang pernah kami lakukan selama ini.
"Mas.. kalau nenenku dijilat terus jari Mas main di memek Nani, rasanya enak berlipat-lipat dan biasanya saya semakin terangsang untuk disetubuh lagi.."
"Nani itu semakin hari rasanya semakin enak untuk disetubuhi, makanya ininya dijaga dan dipelihara baik-baik."
"Terus gimana meliharanya Mas?"
"Ya dengan cara begini, Nani sering dielus, digoyang, diremas-remas begini, biar otot buah dadanya sering terangsang, Nah tuh.. tuh, putingnya tegang khan.."
"Ah, Yaang itu boong, dasar memang lagi mau ngeremas nenenku aja.. ahh.. geli pentilku jadibeneran tegang tuh, gede Mas.."
"Kalau udah tegang putingnya gitu, gimana sih rasanya Non?"
"Ya, geli-geli begitulah.."
Lalu kami berdua tertawa.
"Kalau rambutnya dicukur agar semakin kelihatan.. gimana Non? Uuhh.. pasti lebih merangsangkali yah?"
Nampak dia agak kegelian oleh sentuhan tanganku yang sengaja mendarat di permukaannya, dia mengeluh lirih, "Aduh, geli lho, Mas.. iih, begini aja aku kegelian.. emang Mas mau atau kepingin rambutku dicukur?"
"Kapan-kapan boleh yah.. Mas cukur rambutnya?"
"Kayak apa yah memekku tanpa rambut, hi.. hi.. hi, ah lucu.. Mas ada-ada saja.."
"Mau nggak Non dicukur?"
"Iya.. ya lah kapan-kapan, jangan sekarang.." tanda setujunya.
Kembali tanganku mengelus vaginanya di seputar rambut-rambut halusnya yang keriting.
"Eh.. Mas, kalau lagi sendiri, aku sering membayangkan Mas kalau lagi menyingkap dasterku, lalumenggosok-gosokkan telapak tanganmu pada pahaku, kemudian aku merasakan kemaluanku mulai terangsang."
"Terus gimana kalau aku lagi pas nggak ada.."
"Paling buah dadaku perlahan-lahan kuremas sambil puting susuku Nani pijit-pijit. Kemudian akumengurutnya berputar. Nikmat sekali deh Mas.. tiba-tiba saja perasaan nikmat mulai menjalaribadanku.. nikmat, geli campur rasanya.. sangat bernafsu.. sampai terkadang aku telanjang bulat."
Nani sedang menceritakan fantasinya bila sendirian sejak mengenalku dalam arti kusetubuhi.
"Kumainkan jariku diantara selangkanganku yang terbuka. Kemudian kujilati payudaraku.. Oh, nikmat sekali sambil mempermainkan lubang memek.. kalau sudah begitu aku meraih bantal untuk menutup mukaku agar aku dapat lebih menikmati khayalanku sambil berteriak nikmat."
Tangan Nani mempermainkan kemaluanku sementara dia terus mengungkapkan pengalaman khayalan seksualnya.
"Untuk mencapai puncak, jari-jariku masuk ke dalam lubang kemaluanku. Semakin lama usapan jari ini semakin membuatku mengerang.. aahh.. Ah sudahlah tidak bisa ngomong bagaimana nikmatnya..Aahh.. nikmatnya.."
Ia memberikan pengalaman saat terindah mencapai puncak orgasmenya dengan rinci apa yang dia alami untukku. Dia biarkan aku mengelus dan membelai buah dadanya. Aku merasa damai sekali berada di pelukannya. Wajahku sengaja kubenamkan di dadanya yang montok dan hangat itu.
Setelah hening entah berapa lama dan terasa istirahat siang yang melelahkan kulewati, nafsuku kembali terusik melihat kemolekan tubuh Nani yang tergolek lelap di sampingku. Aku beranjak bangun memandangi tubuhnya yang terlentang. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kemaluanku mudah mencapai payudaranya. Kembali kuraih kedua belah payudaramontok itu untuk menjepit kemaluanku yang berdiri. Agar kemaluanku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. Kemudian kemaluanku kukocokkan maju mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu. Cairan dinding vagina yang masih tersisa sengaja kuoleskan untuk membasahi kemaluanku sebagai pelumas yang pas agar memberi kenikmatan luar biasa pada gesekan-gesekan kemaluanku yang sengaja akan kugesekkan diantara kulit buah dada yang mulus itu.
"Non.. luar biasa.. Enak sekali.. Payudaramu indah sekali.. montok mulus.. Oh.. hangatnya..Sssh.. nikmatnya.. Tubuhmu luarr biasa.." aku merintih-rintih keenakan. Sementara di dalam tidurnya Nani mendesis-desis keenakan, "Sssh.. ssh.. ssh.." Aku mempercepat maju mundurnya kemaluanku. Aku memperkuat tekananku pada payudaranya agar kemaluanku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kemaluanku. Rasa hangat menyusup di seluruh kemaluanku. Karena basah oleh cairan vagina ditambah cairan yang keluar dari kemaluanku, kepala kemaluanku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan buah dada Nani. Leher kemaluan yang berwarna coklat tua dan kemaluan yang berwarna pink itu muncul dan tenggelam di antara jepitan payudaranya.
Lama-lama rasa geli yang menyusup ke segenap penjuru kemaluanku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kemaluanku pada payudara Nani. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakinluar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kemaluanku di payudara montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kemaluanku hampirmencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocok kemaluan di kempitan payudara indah Nani dengan sangat cepatnya. Rasa geli, hangat dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung.
"Nani..!" pekikku dengan tidak tertahankan.
"Ahh, kenceng sekali Mas semprotannya.. ahh.. ahh.. ahh.." demikian teriak Nani setiap menerima semprotanku.
Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh kemaluanku saat menyemburkan cairan dengan derasnya ke dagu Nani. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, dan kelihatan sangat kental. Sperma yang banyak sekali itu mengalir turun ke arah leher Nani yang putih dan jenjang, jatuh di antara belahan payudaranya. Sejenak aku terdiam menikmati akhir-akhir kenikmatan ini.
"Sungguh.. luar biasa.. Non, nikmat sekali jepitan buah dadamu.." aku bergumam lirih. Baru kali ini aku mengalami kenikmatan seks yang indah luar biasa, masturbasi dengan menjepitkan batang kejantanan diantara payudara gadisku yang seksi.
"Yaang biar aku menjilati batang penismu yang basah itu.."
Nani mulai terangsang dengan tingkahku yang baru aku lakukan dijepitan payudara montoknya.Setelah menjilati permukaan penisku yang licin, Nani memasukkan seluruh kantong testisku ke dalam mulutnya.
Setelah itu kukeluarkan kantong testis itu dari mulutnya. Kumasukkan kepala penis itu ke dalammulutnya dan kutekan kepala ini hingga kepala penisku menyentuh tenggorokannya. Dengan perlahan kugerakkan mulut ini maju mundur. Nani tetap menjaga agar penisku tidak bergesekan dengan giginya.
Sekitar lima menit lamanya Nani menghisap-hisap kemaluanku sampai dia menghentikan oral seks ini. "Non gantian aku mau jilat permukaan buah dadamu yang masih basah.." dia merapatkan kedua daging payudaranya agar dijilati sementara mulutku menghampiri gundukan daging yang basah oleh spermaku. Nani kemudian berdiri lalu duduk tepat di atas penisku yang tegak berdiri. Kupegang penisku lalu kuarahkan hingga menempel di ujung mulut vaginanya. Dengan satu dorongan, penis itu telah menusuk vaginanya.
Perlahan-lahan Nani menggerakkan tubuhnya naik turun.
"Mas Nani mulai terangsang lagi.. aahh.. Nikmat sekali.. Makin lama aku menjadi makinbernafsu.." Gerakannya cepat sekali hingga dinding vaginanya terasa sangat licin dan buah dadanya tergoncang-goncang. Nani menjerit kenikmatan tapi berirama sesuai irama gerakan naik turun vaginanya menjepit kemaluanku. " Hahh.. hahh.. hhaah.. hahh.. ahh.. haah.. hhmm.. sshh.. hhah.." demikian ritmis desah nafasnya. Bagaimanapun juga dia telah memberikan kenikmatan padaku. Jadi biarlah dia memperoleh kenikmatan dengan caranya sendiri.
"Aduuhh.. Mas.. Auww enak Mas.. aku udah enggak tahan.. ampun Yaang! Nani keluuaarr.."Aku merasakan jepitan kewanitaannya sungguh luar biasa, setiap gesekan makin membuatnya melayang-layang hingga akhirnya benar-benar hanya kepuasan tergambar di wajah manisnya di siang yang menyebabkan waktu istirahatku yang jadi kebablasan. Kuputuskan siang itu aku tidak kembali lagi ke kantor, meneruskan waktu istirahat hingga sore ditemani Nani berbagi kenikmatanhubungan suami-istri yang penuh keindahan birahi.
Kelanjutan cerita berikutnya adalah ungkapanku dalam keintimanku disuatu sore hari pada keindahan bagian tubuhnya yang semakin melambungkan hubunganku dengan Nani.
Bersambung . . . .