Seks Umum
Monday, 6 June 2011
Pacar manisku - 3
Sementara lidahku beraksi di dalam mulutnya. Aku melepaskan ciumanku, dan kemudian membuka bajunya. Seiring dengan itu, kedua payudaranya yang kencang dan memenuhi BH putihnya (bahkan sangat penuh) berguncang. Aku lalu meremas gumpalan daging miliknya yang kiri, yang masih tertutup BH. Selanjutnya aku membaringkannya dan membuka celananya, dan dia memakai celana dalam putih tipis. Dapat kulihat bayangan bulu kemaluannya. Aku sangat bernafsu, maka aku pun melepaskan celana dalamnya. Liza merapatkan kedua kakinya, untuk menutupi lubang rahasianya. Semakin penasaran akan keindahan tubuhnya, aku terakhir kali membuka BH-nya. Kedua daging kembar yang kenyal tersebut seperti melompat ketika BH-nya benar-benar terlepas. Besar dan indah sekali. Akan sangat nikmat bila tanganku meremas, mencengkram dan menggenggam gumpalan daging itu.
Sebelum aku beraksi lebih jauh, Liza memotong,
"Mas juga buka dong,! Masa aku saja nih.."
Aku turuti permintaannya. Dalam sekejap aku pun bertelanjang bulat di hadapannya. Batang penisku sudah menegang keras sejak tadi. Aku tak bertanya lebih lanjut. Langsung saja kuraih Liza dalam pelukanku, dan kuelus sebelah payudaranya dengan tangan kananku. Oh.. Nikmat sekali. Kenyal, padat dan aku bisa merasakan dagingnya yang begitu empuk! Sementara Liza mengeluarkan suara desahan pelan. Aku mengambil posisi duduk, sementara ku pangku Liza berhadapan denganku. Tangan kananku masih mengelus-elus sebelah payudaranya, sementara mulutku meraih puting yang menonjol dari payudara lainnya. Putingnya berwarna merah, sedikit tua. Kusedot dengan sangat kuat sehingga Liza terpekik kecil.
"Uhh.. Mas, kamu nyusunya ganas banget sihh.." komentar Liza sambil meringis.
Di bawah, penisku bersentuhan dengan bibir vaginanya. Hangat dan basah di sana. Aku bisa merasakan pula bulu kemaluannya pada penisku. Sedikit demi sedikit kugerakkan tubuhku agar alat sanggama kami saling bergesek.
"Ah.. enak sekali rasanya.."
Selang kemudian Liza lepas kontrol, sehingga dia berbisik di telingaku,
"Uh.. Mas, jangan dielus saja dong, remes payudaraku..Liza nggak tahan kalo cuma digituin saja!"
"Ah, hisap dulu penisku Liz. Mau kan?"
Liza mengangguk dan kepalanya menunduk di antara selangkanganku. Kemudian tak lama kurasakan hangat, basah dan geli luar biasa pada penisku. Liza telah mengulum penisku. Rasanya luar biasa. Aku hanya bisa memegang rambutnya dan merasakan sejuta nikmat pada penisku. Terkadang Liza menjilat atau menggigit dengan lembut batang penisku sehingga tubuhku bergetar keenakan. Sementara tangannya memijat halus kedua biji penisku. Tak hanya itu, bahkan Liza juga mengulum kedua biji penisku itu. Dia menyedot dan memainkan lidahnya, membuatku seperti terbang.
Akhirnya merasakan penisku berdenyut-denyut aku menghentikan Liza dan membaringkannya. Aku di atas dan dia dibawah. Tanganku memegang tangannya. Kugesek-gesekkan batang penisku dengan bibir vagina dan klirotisnya sehingga Liza mengerang merasakan nikmat. Kedua payudaranya berguncang-guncang pelan seirama dengan gerakanku. Gerakanku semakin cepat, dan kurasakan vagina Liza sangat basah serta mengeluarkan banyak cairan. Liza bahkan menjerit pelan.
"Liz, aku masukin ya?"
Liza diam saja. Maka aku pun siap tancap, aku mengambil posisi kesukaanku. Aku duduk di bawah sementara dia ku pangku, kubuka liang vaginanya dengan kedua jariku, dan kududukkan dia di atasku. Perlahan penisku masuk ke dalam vaginanya. Sebelum selesai, kupaksa dia turun sehingga Liza mengerang. Penisku seluruhnya berada dalam kehangatan genggaman vaginanya. Ohh.. enak luar biasa di dalamnya. Panas, sempit, dan berdenyut!
Liza mulai bergerak naik turun di hadapanku. Akh.. penisku geli luar biasa. Liza pun merintih-rintih sambil bergerak. Kedua tangannya bertopang pada bahuku, sementara kedua payudaranya tepat berada di depan wajahku. Bayangkan, kedua daging kenikmatan tersebut melonjak-lonjak di hadapanku. Aku tidak dapat menahan diri, kemudian tangan kananku meraup miliknya yang kiri, kucubit dan kupuntir puting susunya dengan telunjuk dan jempolku. Sementara lidahku menjilati puting susu dan permukaan payudaranya yang lain. Cairan dari vagina Liza menimbulkan bunyi berkecipak pada persenggamaan kami. Sekali lagi aku mengulum puting susunya dan menyedot sekuat yang kubisa. Kali ini membuat puting susu Liza tertarik kencang karena gerakan Liza yang naik turun sementara aku menarik puting susunya.
Saat itu terlintas di kepalaku untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Aku tiba-tiba saja mengambil kendali persenggamaan tersebut. Kugenggam, kuremas dan kutarik kedua payudara Liza ke arahku sehingga posisiku terlentang dan Liza menindihku! Sekali lagi Liza mengaduh-aduh dengan kekasaranku tadi. Selanjutnya, dengan masih menggunakan kedua payudaranya sebagai peganganku, aku mendorong Liza sehingga dia terlentang dengan keras. Kali ini aku yang menindihnya. Pinggangku kugerakkan naik turun dengan kasar dan keras sehingga seakan-akan penisku berusaha mendobrak jebol vaginanya. Kali ini Liza menjerit cukup keras! Tak sampai disitu, kuraih tubuh Liza dan kupeluk dengan tangan kiriku. Tangan kananku menggenggam dan memeras payudara kirinya dengan kuat, seperti memeras santan. Aku bisa merasakan isi dari payudaranya digenggamanku.
"Adduhh, Mas! kamu bisa hancurin payudaraku.. aduh..aduh.. lepasin dong!"
Aku tidak mempedulikannya. Yang ada dalam pikiranku bahwa kami tidak akan melakukan ini lagi dalam waktu dekat, sebab besok pagi aku sudah harus berangkat. Bahkan aku menggigit bagian bawah payudaranya yang sebelah lagi. Aku berusaha menggigit setiap inci dari payudara tersebut. Tangan kananku pun semakin buas. Bukan hanya memeras, tapi juga menarik dan seakan berusaha mencabut daging kenyal tersebut dari tubuh Liza. Aku semakin kasar sehingga Liza menjerit-jerit, dan akhirnya pingsan. Hanya beberapa saat setelah Liza pingsan, penisku berdenyut-denyut dan memuntahkan cairan nikmat ke dalam rahim Liza. Aku terkulai lemas dan menindih tubuh Liza yang telah pingsan. Pinggangku terasa amat pegal dan selangkanganku sedikit ngilu. Tapi aku merasa puas karena tanganku terasa enak. Tanganku telah beroperasi sebebasnya dan sepuasnya pada payudara Liza. Penisku masih berada di dalam rahimnya, terasa panas.
Kemudian kucabut penisku dan aku memakai bajuku. Kutinggalkan Liza yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Sebelum pergi, aku menyentil puting susunya. Besok pagi aku akan berangkat ke lain pulau. Hanya saja aku akan terus mengingat kenikmatan yang kuperoleh saat itu.
Bersambung . . . .