Pengalamanku dengan Ita - 2

Liang vaginaku sudah basah sekali, demikian pula liang vagina Ita saat jari-jari tanganku menyusup di celah belahan vaginanya. Kami melakukan semua itu di bawah siraman shower, hingga beberapa saat kemudian Ita memutuskan untuk melanjutkannya di tempat tidur saja.

Selesai mengeringkan tubuh kami dengan apa adanya, kami pun bergumul di tempat tidur. Ita langsung melumat bibirku, dan aku pasrah saja saat bibir Ita melumat bibirku. Herannya aku tidak merasa jijik saat bibirku dikulum oleh sesama jenisku, bahkan aku sangat menikmatinya.

Ciumannya memang berbeda dengan cowok, beda yang paling menyolok adalah adanya kelembutan pada ciuman bibir Ita, kami sudah sama-sama diselimuti hawa nafsu hingga kami pun bergumul layaknya sepasang kasih yang sedang dilanda asmara, Ita bertindak lebih agresif dengan menjilat bagian leherku, sesekali bibirnya memberi kecupan di tubuhku.

Mulut Ita terus beraksi di sekujur tubuhku, payudaraku tak luput dari lumatannya, puting susuku dimainkan dengan ujung lidahnya. Aku jadi benar-benar horny, liang vaginaku kembali basah karena luapan birahiku, aku hanya dapat mengelus selangkangan Ita yang ternyata juga sudah mulai dibasahi oleh cairan yang mengalir keluar dari dalam rahimnya.

Kumainkan ujung jariku di atas klitoris Ita hingga membuat cairan bening yang membasahi liang vaginanya lebih deras mengalir keluar, kuselipkan ujung jariku dan kugesekkan naik turun dari atas ke bawah di sela lipatan bibir vaginanya. Ita jadi lebih bernafsu sekali tampaknya, jilatan lidahnya terus mengarah ke bagian bawah tubuhku.

Tangan Ita meremas-remas payudaraku sambil mulutnya tetap menjilat menjalari bagian perutku, ujung lidah Ita sengaja dikorekkannya di pusarku, sesekali bibirnya mengecup pusarku hingga aku merasa geli bercampur nikmat, kemudian Ita mengawali menjilat vaginaku, aku pun melakukan hal yang sama padanya dalam posisi 69.

Aku terus terang sangat terangsang saat menjilati vagina Ita yang mulus tanpa bulu kemaluan itu, kukecup klitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku. Cairan sedikit kental yang membasahi vagina Ita kujilat dan kutelan bersama ludah yang membasahi rongga mulutku.

Dapat kurasakan Ita sangat menikmati sekali jilatanku, dia pun tak kalah piawainya melumat habis bibir vaginaku, ujung lidahnya dijulurkan dan ditancapkannya ke dalam liang vaginaku, dapat kurasakan ujung lidahnya menyentuh bagian dalam dinding vaginaku yang juga sudah sangat basah oleh cairan yang mengalir deras dari dalam rahimku. Mulut Ita mengulum klitorisku, sambil ujung lidahnya sengaja dimainkannya di situ.

Entah dari mana diambilnya, tiba-tiba tangannya sudah menggenggam sebuah alat yang berbentuk seperti batang kemaluan pria yang terdiri dari dua sisi bertolak belakang. Panjang dan besar sekali batang kemaluan mainan itu, bila dibandingkan dengan aslinya yang selama ini pernah kulihat, terbuat dari bahan semacam silikon atau mungkin sejenis plastik elastis.

Ita langsung memasukkan ujung batang kemaluan mainan itu ke dalam liang vaginaku sambil diputar dan dikocoknya, aku mengalami kenikmatan yang luar biasa. Liang vaginaku jadi tersumbat penuh oleh benda yang mirip sekali dengan batang kemaluan asli itu, ujungnya menyentuh-nyentuh benjolan daging sebesar ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku.

Aku hanya dapat mengeluh panjang sambil menghentikan jilatanku pada vagina Ita, aku tidak mempu melakukan sesuatu kecuali merintih dan menggeliat sambil menikmati batang kemaluan mainan yang keluar masuk memompa liang vaginaku. Punggungku terangkat dan kugoyangkan mengikuti irama kocokan batang kemaluan mainan yang besar dan panjang itu.

Ita rupanya mengetahui bahwa aku sudah akan mencapai puncak hingga tangannya mengocokkan batang kemaluan mainan tadi lebih cepat lagi. Rasanya luar biasa sekali, lebih heboh daripada aslinya, dan aku baru pertama kali merasakan hal seperti ini, sebelumnya memang aku juga pernah melihatnya saat menonton BF, namun tidak pernah terbayang sebelumnya kalau aku ternyata akhirnya juga dapat menikmati memakai alat tersebut.

Tubuhku menggigil dan terguncang hebat, akhirnya aku mencapai puncaknya, kurasakan semburan cairan dari dalam rahimku muncrat keluar membasahi liang vaginaku. Mengetahui bahwa aku sudah mengalami orgasme, Ita langsung menjilati klitorisku sambil tetap mengocokkan batang kemaluan mainan tadi.

"Aa.. Aacch! Ayoo.. Itt..! Teruu.. Uuss..!" rrangku sambil terus melepaskan semburan lendir dari dalam liang vaginaku.

Vaginaku berkedut-kedut saat melepaskan hasratku sementara bibir Ita tetap menempel ketat di klitorisku sambil ujung lidahnya sengaja menggelitiknya. Kemudian Ita juga memasukkan ujung batang kemaluan mainan yang sisi satunya ke liang vaginanya sendiri sehingga posisi vagina kami saling berhadapan dan masing-masing tersumpal oleh ujung mainan yang berbentuk batang kemaluan itu.

Tangan Ita memegang dan mengocok-ngocok batang kemaluan mainan tersebut, saat ujung yang satu masuk lebih dalam ke liang vaginaku, di bagian ujung lain yang berada di dalam liang vagina Ita jadi sedikit tercabut. Demikian pula sebaliknya, bila di bagian ujung yang terbenam di dalam liang vagina Ita tertancap lebih dalam lagi, maka di bagian yang terbenam dalam liang vaginaku jadi sedikit tercabut, demikian terus menerus saat dikocok oleh Ita. Posisiku tetap telentang sementara Ita sedikit berjongkok di atas tubuhku.

Nikmat sekali, aku terus terang baru pertama kali melakukan hal seperti ini. Tangan Ita terus membantu memegang dan mengocok batang kemaluan mainan tersebut. Ita memainkannya dengan piawai sekali sehingga kami akhirnya mengalami orgasme secara hampir bersamaan. Pada saat selesai orgasme, Ita langsung mencabut alat itu dan kembali melumat vaginaku.

Dengan tanpa merasa jijik sama sekali Ita menjilat habis dan menelan semua cairan yang membasahi liang vaginaku. Aku pun tidak mau kalah dengannya, kujilat pula vaginanya hingga kami akhirnya kembali melakukan posisi 69. Ita rupanya mempunyai kesamaan denganku, sangat suka saat klitorisnya dijilat, apa lagi saat ujung klitorisnya dimainkan dengan ujung lidah.

Ini adalah sungguh suatu pengalaman yang luar biasa bersama Ita yang pasti juga membaca kisahku ini. Selesai melampiaskan segala bentuk kepuasan bersama, kami tertidur tanpa mengenakan sehelai benang pun yang menutupi tubuh montok kami, dan kami baru terbangun saat udara dingin di Trawas mulai menghembus dan merayapi tubuh dan menyusup ke dalam tulang.

Ita memberikan sebuah kimono untuk kupakai, sedang Ita sendiri hanya memakai hem yang longgar dan agak panjang, sehingga lebih mirip dengan rok mini yang berbentuk hem. Gila betul Ita ini, pikirku, karena selain itu ia sudah tidak mengenakan apa-apa lagi, sehingga bagian selangkangannya dapat terlihat dengan jelas saat dia berjalan, karena ujung hem yang ia kenakan ujungnya hanya menutupi tepat di bagian selangkangannya.

Mungkin ini juga dikarenakan Ita sudah terbiasa dan tidak terusik dengan keberadaan Pak Djo, yang memang sejak Ita masih kecil sudah ikut mengasuh Ita hingga dia terbiasa cuek saja dengan penampilannya seperti itu saat ada Pak Djo, dan kulihat Pak Djo juga biasa-biasa saja saat kami berada dalam satu ruangan, ketika Pak Djo harus mengantarkan minuman untuk kami.

Untuk makan malam, Ita meminta Pak Djo membelikan ayam goreng di sebuah restoran. Pak Djo pergi cukup lama dengan mengendarai ojek, karena tempatnya cukup jauh dari villa yang kami tempati. Pada saat menunggu kedatangan Pak Djo kami berdua menonton BF koleksi Ita.

Rupanya Ita banyak menyimpan BF di villanya, ada tempat tersembunyi yang hanya dia yang mengetahui tempatnya untuk menyimpan BF, dan berbagai peralatan masturbasi. Ita punya berbagai macam dan bentuk mainan yang berbentuk alat kelamin pria, ada pula vibrator, memakai baterai yang bisa berputar meliuk-liuk sambil bergetar.

Ita mengambil salah satu yang bisa bergetar dan meliuk-liuk, bentuknya transparan, di dalamnya ada banyak semacam bola-bola yang akan bergeser saat berputar melingkar bagaikan mata bor. Di bagian atasnya ada tonjolan panjang dan lunak sekali, bisa bergetar hebat saat vibrator dinyalakan, fungsinya ternyata untuk mengorek-ngorek klitoris kita (kaum wanita tentunya) saat batang kemaluan mainan tersebut ditancapkan ke dalam liang vagina. Gila!, pikirku dalam hati, bagaimana Ita bisa mendapatkan benda-benda seperti itu?

Ita menyalakan TV-nya, sementara dia menyuruhku telentang di sofa yang panjang, aku seperti terhipnotis saja layaknya dan menuruti semua perintah Ita. Lalu dia berjongkok di samping sofa dekat selangkanganku. Kimonoku disingkapnya sedikit ke atas sehingga bagian bawah tubuhku terpampang jelas, karena aku tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam kimono yang kukenakan.

Ita membuka pahaku lebar-lebar, kakiku yang kiri diletakkan di atas sandaran sofa, sementara kaki kananku diarahkan ke bawah sofa sehingga selangkanganku terbuka lebar dan vaginaku terpampang jelas di hadapannya. Ita mulai menyalakan vibrator di tangannya, dan kulihat batang kemaluan mainan yang dipegangnya sejak tadi itu mulai menggeliat berputar melingkar dengan tempo tetap.

Butiran yang ada di dalamnya ikur terputar, ujungnya digesekkan ke belahan bibir vaginaku, dapat kurasakan ujung batang kemaluan mainan itu bergetar dan berputar di belahan bibir baginaku. Ita menggesek-gesekkan ujungnya naik turun di sela-sela lipatan bibir vaginaku, sesekali berhenti di ujung klitorisku dan ditekankan sedikit.

Bisa dibayangkan bagaimana rasa yang menyelimuti bagian luar vaginaku yang langsung seketika itu juga menjadi basah. Hal ini memudahkan Ita untuk mulai menyusupkan batang kemaluan mainan itu masuk ke dalam lipatan bibir vaginaku, dapat kurasakan ujungnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku.

Bagaikan mata bor yang besar berputar pelan sambil bergetar memasuki liang vaginaku lebih dalam lagi, aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, kuremas-remas payudaraku sendiri sambil memilin-milin puting susuku. Batang kemaluan mainan itu akhirnya benar-benar masuk membenam di dalam liang vaginaku, kurasakan ujungnya menempel, menekan dan berputar di tonjolan daging kecil sebesar ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku. Ita menarik dan membenamkannya kembali, mengocok terus makin lama makin cepat.

Ujung tipis yang bergetar di bagian luar vaginaku menyentuh ujung klitorisku, aku merasakan setiap inci dinding vaginaku mendapat rangsangan hebat, liukan batang kemaluan mainan itu membuat dinding bagian dalam vaginaku bergetar, cairan yang membasahi liang vaginaku makin lama makin banyak.

Aku hampir pingsan rasanya karena merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tidak memerlukan waktu yang lama hingga aku mengalami orgasme yang hebat sekali. Ita tampak tersenyum puas setelah berhasil mengerjaiku dengan alat koleksinya.

"Kamu mau alat ini?" tanya Ita padaku sambil menawarkan alat yang baru digunakannya untuk memuaskanku.
"Ini untuk kamu saja. Kalau kamu mau, besok boleh kamu bawa pulang" imbuh Ita sambil menyodorkan batang kemaluan mainannya yang baru saja membuatku orgasme.

Demikianlah kisah petualanganku dengan sesama wanita.

TAMAT