Teman kantorku

Semenjak SMA, aku memimpikan untuk dapat bercinta dengan perempuan yang lebih tua, sekitar 3-4 tahun lebih tua. Namun kesempatan itu tidak pernah aku dapatkan sampai aku berumur 24 tahun yaitu dua tahun lalu.

Pada waktu itu aku baru lulus dari program S1 Ekonomi Akuntansi di salah satu universitas di daerah grogol Jakarta dan aku juga baru masuk kerja di sebuah perusahaan konsultan 6 bulan sebelumnya. Di perusahaan itu aku harus keluar setiap hari untuk bertemu dengan klien dan mengerjakan tugas-tugas yang sudah seharusnya aku kerjakan. Pada waktu itu aku ditugaskan untuk menggantikan seorang kawan yang akan mundur dari perusahaan tersebut. Maka mulailah aku berkenalan dengan klien-klien yang akan menjadi tanggung jawabku.

Pada saat aku pertama aku masuk kerja aku segera di ajak kenalan dengan klien yang alamatnya paling dekat yaitu di daerah Slipi, Jakarta kemudian dengan yang jauh-jauh, yaitu di daerah cikini, tanjung priok, tangerang, jatinegara. Pengalaman di perusahaan ini membuat aku lebih memahami tentang jalan-jalan protokol di daerah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan sedikit daerah Jakarta Selatan. Perkenalan pertama berlangsung dengan biasa-biasa saja karena aku belum bertugas penuh, hanya memperhatikan dan membantu temanku disamping itu juga saat bulan-bulan pertama aku masih jarang disuruh bepergian ke klien. Sampai akhirnya kawanku itu keluar dari perusahaan dan aku diberikan tugas dan tanggung jawab penuh atas klien-klien yang menjadi tanggung jawab temanku itu.

Setelah beberapa lama bertugas akhirnya aku baru perhatikan bahwa salah satu karyawati yang bekerja di salah satu klienku itu lumayan cantik dan aku lebih sering menetap di klien yang satu ini karena bos klienku ini selalu meminta macam-macam hal yang merepotkan sehingga aku perlu untuk standby selalu di situ. Aku melakukannya dengan senang hati karena suasana kerja disitu lebih menyenangkan daripada di kantorku, karyawan-karyawan di situ lebih humoris dan lebih ramah-ramah.

Akhirnya jadilah aku menetap di klienku itu, maksudnya menetap ialah aku menumpang peralatan kantor klien untuk bekerja sambil juga aku mengerjakan tugas-tugas dari klienku yang lain.

Dikantor itu ada seorang karyawati yang lumayan cantik, orangnya cukup manis dan bodynya.. wow! Bagus banget! Tidak terlalu tinggi tapi benar-benar body biola. Rambutnya panjang sebahu. Meskipun kulit perempuan itu coklat muda namun aku suka tipe mukanya. Imelda, namanya. Umurnya saat itu adalah 28 tahun. Orangnya juga tipe perempuan yang suka bergaul, maksudnya adalah suka ngobrol tentang apa aja dan pasti nyambung, dan anehnya kalau aku ngobrol dengan dia terasa menyenangkan sekali. Kalau boleh dibilang, kantor itu akan sepi kalau tidak ada Imelda dan akupun juga senang disitu karena ada dia.

Sebenarnya sejak pertama kali dekat dengan dia, aku sudah merasa suka padanya dan ingin menjadikannya pacarku tapi aku urungkan niatku itu karena aku menyadari bahwa sifatnya dan sifatku tidak cocok dan banyak lagi perbedaan yang prinsip, apalagi berpikir untuk bercinta dengannya aku buang jauh-jauh. Meskipun kami akrab tapi aku merasa ada yang tidak cocok di antara kami jika kami berpacaran. Namun apa mau dikata, ternyata angan-anganku sejak waktu SMA dulu terwujud!

Suatu hari aku diundang oleh Imelda untuk datang ke rumahnya bersama 3 orang teman sekantor untuk menemani dia karena dia sedang sendirian di rumah. Pada hari yang ditentukan akupun datang ke rumahnya dengan mengendarai sepeda motor. Rumahnya lumayan jauh letaknya, sekitar daerah Ciputat, Jakarta, tapi karena diundang, maka aku relakan untuk datang karena aku pikir temen-temen kantor yang lain juga akan datang. Aku tiba di rumahnya sekitar pukul 2 siang. Ternyata ketika aku sampai ke rumahnya, Imelda mengatakan bahwa ketiga temanku itu tidak datang dengan berbagai macam sebab yang mendesak.

Rumah Imelda memang cukup besar dan memiliki halaman yang luas. Di dalam ruang tamunya terdapat kolam kecil tempat memelihara ikan dan kura-kura. Halaman rumahnya ada taman dengan sebuah pohon ditengah-tengah dan ada batu-batu tempat berpijak. Taman itu tampak cukup terawat. Disamping rumahnya juga terdapat garasi. Rumah Imelda dikelilingi oleh pagar dan tembok yang cukup tinggi. Itu merupakan sekilas gambaran rumah Imelda dari luar. Ketika aku di ajak ke dalam, aku cukup terpesona dengan tata letak rumahnya yang begitu mengagumkan. Perabotannya tidak mewah tapi mampu memberikan suasana yang elegan. Di dekat kolam ikan terdapat 2 tiang penyangga dan ruang tamunya menghadap ke kolam tersebut. Agak masuk ke dalam adalah ruangan makan dan keluarga kemudian bagian paling dalam adalah dapur serta kamar mandi. Ada 4 kamar tidur di bagian kanan rumah dan sebuah pintu tembus ke garasi di bagian kirinya.

Aku tidak henti-hentinya mengagumi rumahnya karena terlihat indah sekali, apalagi dengan adanya kolam ikan memberikan suasana alam di rumah lebih sejuk. Aku di ajak berkeliling rumahnya sambil berbincang-bincang dengan santai. Ternyata orang tua Imelda sedang pergi ke luar kota karena tugas dan adik-adiknya sedang menginap di rumah kawannya, jadi dia sendiri di rumah. Sedangkan pembantu sedang pulang kampung.

Kami mengobrol tentang apa saja dari A sampai Z sambil kadang-kadang tertawa sampai akhirnya kamipun berbicara mengenai pengalaman sex kami masing-masing. Ternyata dari pembicaraan tersebut dapat kami ketahui masing-masing bahwa kita berdua ternyata memang orang-orang yang memiliki napsu sex yang amat besar dan bersikap bebas dalam hal itu. Dari pembicaraan-pembicaraan tersebut kemudian kami sepakat untuk melakukan hubungan sex saat itu juga dengan perjanjian bahwa itu hanya merupakan hubungan sex semata.

Lalu di sofa tempat kami mengobrol itu aku mulai mendekati Imelda. Aku menciumi pipinya dengan lembut dan juga menciumi telinganya sambil mengeluarkan lidahku untuk menjilati telinga Imelda. Saat itu Imelda pasti mulai merasakan panas yang pelan-pelan hinggap di badannya apalagi tanganku mulai mengelus-elus tangannya dengan lembut terus bergerilya ke daerah payudaranya. Aku seperti sudah kehilangan kendali saat itu, aku menjamah payudara Imelda dengan berbagai macam cara, aku meremas-remasnya dengan liar dari luar bajunya itu. Dengan satu gerakan aku sudah mengelus-elus perutnya dan membuka baju kaos dan BH-nya, kemudian akupun membuka kaos yang masih aku pakai.

Dengan keadaan yang setengah bugil itu, aku menciumi leher Imelda, aku jilat, aku berikan ciuman yang mungkin akan meninggalkan bekas merah di lehernya. Mungkin rangsangan yang kuberikan sudah benar-benar dinikmati oleh Imelda sehingga saat itu badannya bergerak-gerak di bawah tindihan tubuhku dan tangannya memeluk tubuhku erat-erat sambil sesekali tangannya meremas-remas pantatku. Aku merasakan payudara Imelda menekan di dadaku begitu empuk dan menggairahkan. Tubuh kami sudah seperti menyatu saat itu kami berpelukan dengan eratnya dan bibir kami saling bersentuhan untuk mencoba menikmati sensasi yang dapat diberikan oleh bibir masing-masing. Lidah kamipun berpagutan, berusaha untuk masuk ke dalam mulut kami masing-masing.

Tidak puas hanya bermain lidah, akupun mulai beranjak turun. Aku menjilati lehernya, mencium bagian atas dada Imelda dan kemudian menciumi payudaranya. Ketika lidahku bermain di puting payudaranya, Imelda makin mengeluarkan desahan yang amat sangat membangkitkan gairahku. Akupun semakin asik tenggelam dalam kenikmatan menciumi puting susunya. Aku mempermainkan putingnya dengan jari-jariku, aku isap puting itu, aku jilat dengan lidahku. Secara bergantian aku menikmati payudara Imelda, terkadang aku menggigit kecil putingnya dan sekitar payudaranya itu. Imelda hanya bisa mendesah, berteriak tertahan, menggeliat-geliat di bawah tubuhku. Aku merasakan tangannya menekan kepalaku dengan kencang sehingga kepalaku terbenam ke belahan payudaranya, dan aku juga merasakan perut Imelda bergerak-gerak tegang.

Tidak cukup sampai disitu, akupun memainkan tanganku di belahan pahanya, aku mengelus-elus selangkangannya dengan lembut. Dan dengan perlahan namun pasti akupun membuka celananya dan celana dalamnya Imelda sambil terus meraba memeknya. Aku merasakan bahwa memeknya sudah mulai basah ketika jari tengahku masuk menyentuh klitorisnya, dan dia lebih terangsang lagi ketika aku menggerakkan jariku pada klitorisnya, ini terbukti dari teriakannya yang merangsang dan gerakan tubuhnya yang makin tidak terkendali lagi.

Aku sendiri mulai merambat turun ke selangkangannya dan memainkan lidahku di belahan memeknya. Aku makin semangat dalam melakukan aktivitasku itu karena menyadari bahwa Imelda menyukainya dan terus mendesah dan menekan-nekan kepalaku yang sedang berada di selangkangannya. Sambil melakukan kegiatan tersebut aku juga membuka celanaku yang sudah terasa tidak nyaman sebab kontolku ini ingin tegak berdiri bebas tanpa ada yang menghalangi. Setelah itu, akupun melanjutkan kegiatanku menciumi, menjilati memek Imelda dengan lebih bernapsu. Sampai akhirnya tubuh Imelda menggelinjang dengan hebat dan pinggulnya terangkat tinggi serta tangannya menekan kepalaku dengan lebih keras sambil dia berteriak sejadi-jadinya. Rupanya dia sudah mencapai klimaksnya yang pertama.

Lama sekali ia merasakan sensasi yang luar biasa itu dan aku menunggunya sampai dia kembali tenang dan aku pergi ke dapur untuk mencari minuman. Tidak berapa lama kemudian aku merasa ada yang memelukku dari belakang, ternyata Imelda, dia sepertinya sudah normal kembali dan ingin melanjutkan permainan tersebut. Sambil tersenyum ia pelan-pelan berjongkok di hadapanku dan ia mulai meraba-raba kontolku. Ohh.. perasaan itu benar-benar nikmat sekali, alat kejantananku makin kokoh saja setelah diraba seperti itu, apalagi kemudian dia mulai memasukkan ke dalam mulutnya. WAH.. begitu hangatnya.. nikmat sekali. Ini baru di mulutnya saja, apalagi di memeknya nanti, begitulah pikiranku saat itu.

Dapur Imelda terletak di bagian belakang rumah. Seperti kebanyakan dapur, berisi rak-rak tempat piring, lemari, dan wasbak yang terbuat dari tegel yang memanjang di tembok sisi kiri dapur, tegel tersebut ditempatkan disitu sebagai meja untuk menaruh barang-barang keperluan dapur. Aku bersandar di tegel itu dengan bertopang dengan kedua tanganku dibelakang ketika Imelda mengulum kontolku. Aku hanya bisa mengusap rambut Imelda dan merem menikmati sensasi yang diberikan oleh mulutnya Imelda. Mulutnya bermain-main dengan lincah di sekitar kontolku, dari biji pangkal sampai keujungnya tidak lepas dari jilatan lidahnya itu, hal ini membuat aku merasakan nikmat yang luar biasa.

Setelah dia puas memainkan kontolku, maka Imelda pun kembali berdiri dan menciumi leher dan telingaku sambil tangannya tetap memegangi kontolku. Aku sendiri menyambut ciuman tersebut dengan mendekapnya erat-erat dan menggesek-gesekkan dadaku dengan dadanya. Tidak lama kemudian aku merasakan bahwa kontolku di arahkan ke selangkangannya dan kepala kontolku di usap-usapkan di bibir memeknya kemudian pelan-pelan dia mengarahkan kontolku untuk masuk kedalam memeknya. Imelda mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya pelan-pelan dan ketika aku melihat wajahnya yang begitu pasrah membuatku tambah bernapsu, sehingga ketika kontolku baru masuk pada bagian kepalanya, dengan segera saja aku mendorong pantatku kuat-kuat sehingga kontolku amblas masuk ke dalam memeknya. Hal ini membuat dia mendesah kuat dan mencengkeram bahuku erat-erat.

Gerakanku sengaja aku diamkan untuk memberikan waktu untuk pengenalan terhadap situasi yang baru terjadi. Baru kemudian aku mulai menggerak-gerakkan pantatku untuk mendapatkan hasrat yang diinginkan. Pelan-pelan aku memutar pantatku sehingga aku bisa merasakan dengan pasti dinding-dinding memeknya, putaran itu aku gerakkan pelan-pelan searah jarum jam dan kemudian dilakukan sebaliknya. Sensasi yang ditimbulkan oleh gerakan ini membuat Imelda mendesah pasrah sambil memegang pinggiran wasbak.

Wajah Imelda mendongak tegang ketika aku mulai memompa kontolku di dalam memeknya. Imelda menyenderkan pantatnya pada wasbak sambil memeluk tubuhku erat-erat. Aku perhatikan wajahnya ketika itu benar-benar membangkitkan gairahku, wajah yang pasrah, memelas, yang penuh dengan napsu birahi. Akupun kembali menciumi bibirnya, melumat dengan penuh napsu, yang disambut pula oleh lidah Imelda. Tangannya bergerak-gerak liar diseluruh punggung dan menjambak rambutku. Badannya terus bergoyang mengikuti irama goyangan pantatku. Kadang-kadang aku menggoyang dengan berirama namun kadang-kadang tidak, kadang-kadang pelan namun dilain menit aku menggoyang dengan cepat sekali. Setiap kali kontolku tusukkan dalam-dalam ke dalam liang kewanitaannya, Imelda mendesah dengan keras dan mempererat pelukannya.

Setelah sekian lama kami bergoyang, akhirnya Imelda mulai menggoyangkan badannya dengan tidak beraturan sambil mengatakan bahwa ia sudah tidak tahan dan sudah hampir mencapai klimaksnya. Akupun tambah mempercepat goyanganku sampai kemudian aku dan dia merasakan sesuatu yang keluar dari dalam tubuh kami masing-masing. Kamipun berdiri bersandar di wasbak sambil berpelukan dan saling tersenyum, saat itu kami sama-sama merasa lemas namun dengan perasaan puas.

Setelah itu Imelda mengenakan pakaiannya kembali dan mandi, disusul kemudian dengan aku membersihkan diri. Kamipun kembali duduk dan mengobrol sampai sekitar jam 9 malam kemudian aku pulang. Kami masing-masing berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada siapapun juga.

Keesokannya kami pun bersikap seperti biasa satu sama lain. Dalam hati sebenarnya aku ingin melakukannya lagi dengannya karena keinginanku untuk bercinta dengan wanita yang lebih tua tidak dapat aku pendam. Aku hanya bisa berharap bahwa dia ingin melakukannya lagi denganku atau aku bertemu dengan wanita lain yang lebih tua, yang ingin melakukannya denganku, seperti Imelda.

Tamat