Tika istri gelapku - 3

Mungkin pengaruh capek habis naik mobil dari jauh barusan, sehingga aku betul-betul kecapean dan sulit lagi mempertahankan gejolak sperma yang memaksa ingin keluar. Tanpa seizin Tika, spermaku kutumpahkan dalam vaginanya meskipun aku masih terus memompa memek Tika dari bawah dan mengikuti gerakan Tika hingga betul-betul kontolku keluar dengan sendirinya karena kehabisan cairan dan tenaga.

"Istirahat aja dulu Kak kalau capek, saya ngerti kok Kakak ini terlalu capek habis naik kendaraan hampir seharian" kata Tika dengan bijaksana sambil turun dari atasku lalu berbaring di sampingku.

Ia nampaknya tidak kecewa dan cukup mengerti atas keadaanku, sebab masih banyak kesempatan untuk mengulangi permainan kami sebentar. Apalagi sebelum kami melakukan semua itu, ia pernah berjanji akan memuaskanku dan ia tidak bakal kecewa atas keterbatasanku serta tidak terlalu menuntut untuk dipuaskan jika aku tidak mampu.

Mendengar kata-kata Tika itu, aku merasa malu dan tidak tau harus berbuat apa, sebab janji yang pernah kuucapkan pada emailku untuk memuaskannya, ternyata tidak mudah aku jadikan kenyataan. Entah, apa aku yang terlalu lemah dan loyo atau Tika yang terlalu kuat dan tidak mudah mencapai puncak kenikmatan seperti yang pernah disampaikanku lewat email bahwa sudah beberapa kali ia bersetubuh dengan pacarnya tapi ia tidak pernah merasakan puncak kenikmatan sex. Apalagi usiaku jauh lebih tua di atas 10 tahun dari usianya, sehingga seharusnya aku perlu obat penambah kekuatan dan daya tahan untuk mengimbanginya. Namun aku terlalu ceroboh dan kurang memperhitungkannya, sehingga aku terpaksa KO lebih awal sebelum ia ada tanda-tanda akan puas. Aku terlalu mengandalkan pengalamanku yang mempunyai jam terbang lebih banyak dari dia, apalagi selama ini hampir semua wanita yang kusetubuhi merasa KO lebih dulu karena kemampuanku dalam merangsang.

"Maaf yah sayang, aku terlalu capek dari daerah, seharusnya istirahat lebih dulu sebelum kita berperang di atas kasur ini" kata saya untuk memberi alasan agar ia tidak putus harapan.
"Nga apa-apa kok Kak, saya khan tidak terlalu berharap dari Kak untuk dipuaskan, sebab saya hanya mau melihat Kakak puas dan bahagia bersamaku apalagi saya memang tidak mudah mencapai kepuasan sex Kak" jawabnya dengan sedikit tersenyum tanpa ada rasa kecewa sedikitpun diwajahnya.
"Kakak janji, ronde kedua nanti, akan kuusahakan agar Adik bisa juga merasakan nikmatnya sex. Saya malu dan tidak mau dikatakan hanya mementingkan diri sendiri, apalagi pasti akan membuat kenangan buruh dihati adik sepanjang masa, kita istirahat sejenak aja dulu Dik" begitulah ucapan saya pada Tika mencoba memberi harapan yang besar.

Setelah aku ke kamar mandi membersihkan kemaluanku, saya kembali berbaring disamping Tika dan berusaha merayu, memeluk dan mencium bibir dan keningnya serta mengelus-elus puting susunya. Tiba-tiba aku teringat pada vitamin yang sengaja kubawa dari daerah sebagai obat yang dapat mengembalikan kondisi tubuh, khususnya bagi yang berusia lanjut. Aku bangkit dari tempat tidurku, lalu menelannya 2 biji, lalu kembali berpelukan dengan Tika di atas kasur empuk itu. Ternyata tidak sia-sia, hanya dalam beberapa menit saja, kontol saya mulai terasa mengeras kembali, apalagi setelah dipegang-pegang oleh Tika.

"Yuk, kita mulai lagi" kataku sambil tersenyum pada Tika.
"Apa Kakak sudah siap lagi? Istirahat aja dulu sebentar Kak, waktu kita masih ada beberapa jam lagi di wisma ini" katanya seolah tidak mau memaksa kemampuanku.

Sambil berkata begitu, Tika mulai meremas-remas kontolku dan nampaknya ia juga sangat menginginkan hal itu. Tika segera bangun dan kembali mengangkangi tubuhku lalu mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang masih basah karena belum dicuci. Ia sengaja saya minta agar lebih aktif dari aku, karena aku masih agak kecapean. Kontolku yang sudah mengeras kembali itu tidak terlalu sulit dimasukkan sampai seluruhnya amblas ke dalam lubang memeknya. Tikapun mulai menggenjot terus dan kembali menimbulkan bunyi khas, bahkan kali ini ia berbalik membelakangi wajahku sehingga ia tertawa kecil melihat gerakannya pada cermin di sudut kamar itu. Setelah ia puas memandangi posisi kami, Tika lalu turun dan mencoba nungging di depan saya. Sayapun mengerti maksudnya. Berkali-kali aku arahkan ujung penisku pada memeknya yang agak sedikit menganga dari belakang, tapi selalu saja mengenai lubang duburnya, sehingga ia menegurku karena merasa kesakitan.

Mungkin Tika atau saya yang kurang cocok dengan posisi itu, sehingga kami tidak jadi menerapkan posisi nungging itu, melainkan Tika kuminta berbaring terlentang lalu aku kembali menindihnya dan memasukkan kontolku dengan mudah lalu menggenjotnya dengan lebih keras dan cepat. Kali ini berlangsung agak lama daripada ronde pertama tadi.

"Ngomong ya Kak jika kau mau muncrat supaya aku tahu" katanya berbisik.
"Yah sayang, tapi masih jauh rasanya" jawabku singkat.

Peluh kami mulai bercucuran dan basah sekali sekujur tubuh kami. Walaupun aku telah berusaha menahan spermaku untuk tidak terlalu cepat keluarnya, namun tetap saja Tika belum ada tanda-tanda akan mencapai puncaknya.

"Auh.. iihh.. eehh.. aahh.. uuhh.." itulah suara-suara yang menyertai gerakan pinggul Tika ketika aku semakin mempercepat gerakan pantatku menekan pnisku masuk lebih dalam lagi. Sementara aku tetap berusaha untuk tidak mengeluarkan suara meskipun aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa dibanding aku bersetubuh dengan istriku.
"Bagaimana sayang, masih jauh? Aku sudah mulai mau keluar nih, nga apa-apa khan saya keluarkan di dalam saja?" kataku berterus terang.
"Silakan Kak, aku sudah makan obat pengaman, ngga bakalan hamil kok, ibuku khan bidan, jadi mudah kudapatkan obat seperti itu" katanya meyakinkanku.

Tidak seberapa lama kemudian, akupun muncrat dalam vaginanya dan kali ini Tika merasakannya dengan denyutan kontolku. Aku tetap berusaha menahan kontolku dalam memeknya, sehingga ia merasa hampir mencapai puncaknya.

"Kak, kayaknya aku sudah mau keluar nihh, auhh, mm.. hh" Katanya sambil terengah-engah dan bersuara agak keras.
"Bagaimana, sudah hampir sayang? Saya capek sekali nih" kataku terus terang mengalah, sebab kontolku sudah mulai loyo dan kehabisan tenaga sehingga sulit sekali bertahan di dalam.

Kontolku dengan sendirinya keluar dari dalam memek Tika, sehingga kamipun berhenti bergoyang, nampun Tika tetap tidak menunjukkan kekecewaan dan putus asa di wajahnya.

"Aku telah merasa sedikit lebih puas dari ronde pertama tadi atau mungkin tadi aku udah muncrat tapi aku ngga mengetahuinya" demikian katanya seolah bahagia dan senang atas pertarungan kami di ronde ke-2.
"Kita masih punya waktu sekitar 3 jam lagi di kamar ini sayang, mudah-mudahan kita masih bisa lanjutkan ke ronde yang ke 3, kita habiskan saja semua sisa-sisa kemampuan kita di tempat ini, sebab kapan lagi kita dapat kesempatan seperti ini" kataku penuh harap.
"Kalau sudah capek dan nga mampu lagi Kak, ngga usah diteruskan dan dipaksakan, khan sudah sama-sama kita merasakan suatu kenikmatan yang cukup, nanti lain kali aja kita bisa lakukan, saya selalu siap kok kapan aja Kakak mau asal beritahu lebih dulu" kata Tika dengan santun dan penuh penghormatan serta kasih sayang padaku, sehingga aku merasa tidak enak dan berat padanya.

Kali ini, aku kembali ke kamar mandi membersihkan penis saya yang berlepotan dengan sperma, dan Tikapun menyusul, lalu kami sama-sama mengenakan CD kemudian berbaring sambil berpelukan, bermesraan, bahkan aku berusaha terus merangsangnya, terutama di bagian payudaranya dengan mengisap-isap putingnya dan meremas-remasnya serta mengecup pipinya. Kami saling bercanda dan bersenda gurau layaknya suami istri yang seolah tidak ada beban dan ketakutan sama-sekali. Cukup lama kami bermain-main di atas tempat tidur itu tanpa pakaian kecuali CD. Sesekali Tika menyentuh penisku dan meremas-remasnya dari luar CD, sedang aku juga menyentuh dan mengelus-elus vaginanya.

"Kak, istirahat saja dan tidurlah, biar lebih segar perasaannya, aku rasanya ngga capek dan nga ngantuk" katanya merayuku berkali-kali agar aku berusaha tidur. Tapi aku selalu takut kalau-kalau ia meninggalkan aku sendirian dalam kamar itu, sehingga mataku juga tidak mau tertidur apalagi sulit lagi kami dapatkan kesempatan emas seperti ini.

Entah pengaruh dari mana, tapi yang jelas tiba-tiba kontolku kembali tegang dan bergerak-gerak dalam CD-ku, sehingga dirasakan pula oleh Tika yang sedang berbaring di bagian bawah perutku. Mungkin akibat vitamin yang kutelan tadi atau karena senda gurau kami yang terlalu asyik. Tika tiba-tiba bangkit dan duduk di sampingku sambil tertawa.

"Wah, ternyata bangun lagi Kak, apa Kakak masih siap melanjutkannya untuk ronde yang terakhir sebelum kita keluar dari wisma ini kak?" tanyanya dengan tersenyum dan nampak ia gembira melihat reaksi itu.
"Boleh saja, tapi isap dulu donk biar lebih keras dan membesar lagi agar dapat bertahan lebih lama" jawabku dan meminta ia lebih aktif.
"Ayolah, mari kita coba mulai" katanya terburu-buru sambil membuka CD-ku dalam keadaan aku tetap terlentang. Hangat dan nikmat sekali.
"Ahh.. usst.. oohh.. aduhh.. eenakk sekali sayang.." begitulah eranganku berkali-kali ketika Tika meraih dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya lalu menggocok-gocoknya dengan mulut.

Setelah aku merasa kontolku cukup keras dan membesar lagi dalam mulut Tika, aku dengan segera bangkit dari tidurku lalu menarik celana dalam Tika hingga keluar semuanya. Kali ini aku tarik Tika berbarik sambil miring sehingga kami berhadap-hadapan, lalu aku coba mengangkat satu pahanya ke atas dan memasukkan pahaku ke dalam selangkangannya, lalu menusukkan kontolku ke lubang memeknya hingga amblas seluruhnya.

Beberapa menit kami dalam posisi seperti ini sambil kami menggerak- gerakkan pantat maju mundur, akupun mengangkat Tika ke atasku sehingga ia menindihku tanpa melepaskan kontolku dari kemaluannya. Kali ini Tika dengan keras dan cepatnya menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan kiri kanan, bahkan ia menarik kepalaku ke atas sehingga kami setengah duduk lalu duduk dengan meletakkan kedua pahanya di atas kedua pahaku, lalu pinggul kami bergerak seirama seolah kami saling mendorong dan menarik. Kami tidak mengubah lagi posisi hingga kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan, meskipun aku yakin jika Tika belum mencapai kenikmatan sex 100%, tapi ia mengaku telah merasa puas merasakan kenikmatan sex yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Selesai membersihkan badan dan berpakaian lengkap, kami saling mengecup dan ciuman sebagai tanda terima kasih sekaligus perpisahan sementara karena aku mau pulang ke daerah asalku. Kami berjanji akan mengulangi lagi setiap ada kesempatan.

Tamat