Setengah Baya
Monday, 22 March 2010
Nenekku sayang - 2
Sialan nanggung banget! Persetan dengan segala norma. Kutarik tangan nenek ke lantai atas, ke kamarku.
"Nggak enak Ndy, nanti ketahauan Imah," nenek coba menolak, namun kuseret mengikuti langkahku.
"Pasti Bi Imah nggak curiga, lagian dia pasti mikirnya nggak ada apa -apa, wong nenek sama cucunya," kataku menggoda.
Pinggulku dicubitnya, "Awas kamu ya.. kamu emang bandel ya Ndy.. masak nenekmu sendiri kamu perlakukan seperti ini," katanya.
"Tapi Elsa suka kan?" jawabku.
"Ohh.. suka banget soalnya terus terang aku sudah dua tahun ini tidak berhubungan badan, tidak pernah disentuh lagi sama kakekmu," nenek menjelaskan.
"Sebelumnya aku pernah berhubungan dengan teman kakekmu, tapi nggak enak karena sudah loyo. Itupun cuma sekali dan aku nggak pernah mau lagi," kata nenek lirih.
Sesampai di kamarku, kukunci pintu dan langsung memeluk nenek.
"Jangan berisik ya Ndy," ujar nenek.
Aku menjawabnya dengan meloloskan kaos nenek. Tubuhnya yang putih mulus dengan buah dada semangkuk yang menantang. Aku bener-bener nafsu melihat nenekku yang sexi ini. Tanpa menunggu kucopot juga rok pendeknya. Karena sudah nggak bercelana dalam, pemandangan indah langsung terhampar didepanku. O ya, sebetulnya aku bisa dikategorikan udipus complex karena lebih tertarik dengan wanita yang usianya melebihi aku, apalagi kalo sudah beristri. Klop deh! Nenekku ini terlalu cantik untuk kunikmati.
Tubuh padat dari wanita beusia 40 tahun ini bener-bener sempurna. Idamanku. Tinggi sekitar 165 cm dengan punggung yang bersih, pinggul padat, paha berisi, betis bunting padi dan kaki yang rapi terurus. Wajahnya jangan ditanya, sempurna sebagai seorang wanita. Dengan rambut yang di cat agak pirang dan sedikit melewati bahu bener-bener indah dipandang. Nenekku ini emang masih ada darah Jermannya. Perlahan nenek Elsa melangkah ke arah cermin besar disebelah tempat tidurku. Dia berlenggak lenggok seperti peragawati.
"Aku masih cantik nggak sih Ndy?" tanyanya sedikit berbisik.
Tanpa menjawabnya kupeluk dia dari belakang. Aku yang juga sudah polos tanpa pakaian langusng bersentuhan kulit. Uhh.. Mr Happyku yang tadi nanggung langsung tegak menempel pinggul bahenol. Nenek kemudian berbalik dan kami berciuman lagi. Lama dan erat. Perlahan kudorong dia ke tempat tidurku. Kami melanjutkan posisi 69 yang tadi terganggu.
"Ndy, kamu jilatnya enak banget deh," seruak nenek disela kegiatannya mengisap punyaku.
"Elsa juga enak banget ngisapnya," sahutku.
Kurasakan nenek bergetar setiap kuseruput klitorisnya.
Tiba-tiba nenek menghiba, "Ndy..please masukin punyamu ya? Aku nggak tahan nih pengen ngerasain, dah lama nggak dimasukin, paling-paling aku gesek sendiri pake jari," pintanya.
Akupun mengambil posisi diatas tubuh sintal ini dan kembali mencium bibir indah. Tangan nenek memegang punyaku dan menuntun ke bibir vaginanya. Basah kalau tidak dibilang banjir. Dengan sedkit menekan, kudorong Mr Happyku memasuki area basah tadi. Walau agak sedikit kesulitan karena pembengkakan labia mayora namun bless, akhirnya masuk juga. Nenek menggelinjang dan menjerit kecil.
"Kenapa Elsa?" tanyaku.
"Aku sudah lama nggak ngerasain kayak gini," sahutnya disela erangan.
Kupompa pinggulku dengan ritme yang pasti, naik turun. Nenek juga menggoyangkan pinggulnya seirama, naik turun. Tapi kadang pinggulnya nakal merobah ritme dengan memutar. Ahh asiknya. Dengan posisi aku diatas, beberapa kali aku leluasa merobah posisi. Kuangkat kedua kaki tinggi-tinggi dan meletakkan dibahuku. Dengan posisi ini terasa sekali gigitan vaginanya.
"Ndy, enak bener.. terima kasih Ndy, kamu berani memulai tadi, aku sebetulnya juga suka membayangkan kamu tapi aku nggak berani memulai, kamu kan cucuku. Ohh makasih ya Ndy, aku senang banget," cerocos nenek Elsa, rame.
Kali ini kuselonjorkan kaki kirinya sementara kaki kanannya masih menyampir dipundakku. Dengan berlutut kutekan Mr Happy memenuhi vaginanya. Dengan penuh tenaga kugenjot keluar masuk. Nenek Elsa mengerang, namun dengan sedkit menahan suaranya, takut ketahuan Bi Imah. Kali ini kutelungkupkan dan ohh pantatnya yang besar berisi -tapi bukan gemuk-itu kuciumi. Kubuka paha belakangnya lebar-lebar dan kembali kumasukkan punyaku. Blepp.. dan kuenjot keluar masuk. Posisi seperti terasa enak buat Mr Happyku, juga enak buat nenek. Buktinya nenek Elsa kelojotan. Kemudian kuangkat pinggulnya dan dengan gaya dogie style ketekan dalam-dalam punyaku ke vaginanya yang terasa kian berdenyut.
Puas dengan posisi itu aku kembali memulai dari awal. Kuciumi kakinya, mulai dari ujung jari, menelusuri betisnya, ke paha dan singgah sebentar di vaginanya kemudian menyusur perut, naik sedikit ke buah dada, ke leher dan bermuara di bibirnya yang indah. Nenek Elsa kulihat merinding.
"Uhh enaknya kamu bener-bener membuat sensasi yang sangat berlebihan," gumam nenek.
Kali ini aku ngambil posisi telentang dan kuajak nenek untuk naik keatasku. Rupanya nenek sangat senang dengan posisi ini. Buktinya, dengan lincahnya dia nangkring diatas tubuhku dan Mr Happyku sudah menancap dalam-dalam divaginanya. Dan tanpa dikomando nenek sudah naik turun laksana kuda liar. Dia mengeksplor goyangannya keatas ke bawah, kesamping, memutar dan.. uhh aku bener-bener keenakan.
Nenek bener-bener layaknya anak kecil yang dapat mainan baru. Semuanya gaya dicobain. Terkadang punggungnya membelakangiku. Terkadang dia berjongkok. Pokoknya semua yang bisa dicobanya. Kali ini aku Cuma bisa pasif dan sesekali memnggoyangkan pinggulku atau memilin putingnya. Sengaja kubiarkan nenek bereksperimen sendiri. Aku ngerti banget kalo nenek Elsa bener-bener mau meluapkan keinginan yang terpendam.
"Dua puluh tahun kawin dengan kakekmu aku belom pernah merasakan permaian seperti ini. Biasanya kakekmu dulu kalo udah naik, cuma 2 menit udah keluar, payah. Aku pernah nyoba selingkuh dengan temen kakek ternyata sama saja.. cuma sebentar sudah keluar.. payah juga. Sudah lama aku berangan pengen main dengan lelaki muda, pengen merasakan sentuhan lelaki muda, tapi aku nggak berani, takut. Aku nggak berani memulai. Banyak temen-temenku yang nyoba jasa gigolo tapi aku nggak tertarik karena takut kenapa-kenapa. Makanya aku kaget waktu kamu godain aku tadi..padahal sih aku sudah membayangkan bisa seperti ini sama kamu tapi nggak berani mulai," lagi, cerocos nenek Elsa seakan menumpahkan isi hatinya dengan posisi tetap naik turun diatasku.
Tiba-tiba badan nenek mengejang. Aku merasakan itu. Aukupun langsung beraksi, kubalas goyangannya lebih dahsyat. Kuangkat tinggi-tinggi pinggulku dengan nenek tetap berada diatasku, kemudian tiba-tiba kujatuhkan.. ahh enaknya.
"Ndy,.. aku mau keluar.. Ndy aku mau.. Ndy," gumam nenek.
Kupercepat goyang pinggulku mengikuti irama goyangannya. Bener-bener kuda binal yang buas neneku ini, batinku. Tiba-tiba, "Ahh.. aku.. aku.. ke.. luuaarr.. ahh.. ohh.. ohh enaknya.. sayangku.. ohh.. indahnya," teriak nenekku tertahan.
Badannya berkelojotan kedepan dan kebelakang, kemudian mencengkeram pundakku dan selanjutnya tersandar didadaku dengan nafas tersengal. Nenek Elsa sudah merasakan orgasme yang sensasional.
"Ohh.. seumur hidup ini pertama kali aku mengalaminya, makasih ya Andy sayang," bisiknya ditelingaku.
Lama nenek mengatur nafas sambil terbaring diatas tubuhku.
"Elsa.. gantian dong aku juga pengen keluar..," kataku sedikit menggoda.
"Ohh.. ya.. kamu belom ya.. sampe lupa," sahutnya pelan.
Kami bertukar posisi, aku diatas dan Elsa di bawah, tanpa mencopot punyaku. Nenek Elsa membuka lebar-lebar pahanyamulusnya. Aku semakin bernafsu melihat kemulusan tubuhnya. Kuenjot pinggulku cepat, naik turun. Ada sekitar lima menit kucoba merangkai sensasi dengan MR Happyku yang mulai berdenyut.
Dan seperti lahar panas membara yang sudah mau menyembur, aku berbisik "Elsa.. aku mau keluar."
"Ayo sayang.. semprot sayang.. semprot yang kuat sayangku.. sudah lama aku menginginkannya," sahutnya sambil tetap menggoyang pinggul.
Elsa berkelojotan lagi. Dan wuaahh.. akupun menyemburkan sperma panas kedalam liang vagina nenekku. Aku mengejang! Namun disela kesadaran yang mulai hilang aku lihat nenek merem-melek dan kembali mengejang. Rupanya kami sama-sama keluar. Nenek mengeluarkan cairan kenikmatan untuk kesekian kalinya. Dan kamipun terdiam. Hanya nafas memburu yang berbicara. Aku masih menelungkup diatas tubuh nenenku tanpa mencopot punyaku, karena aku ingin merasakan sensasi pasca ejakulasi. Denyut Mr happy dan vagina yang beradu seakan jadi sensasi tersendiri.
Kami berpelukan dan saling mengecup. Peluh mengucur dimana-mana padahal kamarku ber-AC. Namun dengan peluh itu semakin menyatukan tubuh kami. Sejak itu aku jatuh cinta dengan nenekku yang cantik ini. Sejak kejadian itu aku tinggal menetap dirumah kakek-nenek. Dan mulai saat itu pula petualangan cinta kami lakukan, hampir tiap hari, tiap ada kesempatan. Kadang bangun tidur nenek sudah nongkrongin aku ditempat tidurku dengan memegang-megang punyaku. Kadang di sofa, di kamar mandi, di dapur, dimana saja setiap ada kesempatan berdua dan aman. Aku sering jadi sopir nganterin nenek kemana aja, karena disetiap kesempatan aku pasti diisepnya. Bahkan terkadang kami melakukan dikamar nenek yang bersebelahan dengan kamar kakek. Yang pasti dengan mengecilkan volume suara.
Sejauh ini kakek nggak curiga. Bahkan sampai saat ini aku masih tinggal dirumah itu dan masih melakukan aktifitas sex dengan nenek sexiku tanpa sepengetahuan kakek. Sejauh ini aman-aman saja. Aku bener-bener jadi suami nenek, menggantikan fungsi seksual kakekku yang doyan lelaki.Dan aku ketagihan, bahkan tidak kepikiran untuk kawin lagi karena kebutuhan sexualku terpenuhi.
Ataukah mungkin kakekku sudah tahu tapi membiarkan karena kakek juga pengen menikmati kehidupan seksualnya dengan lelaki-lelaki muda kesukaannya. Aku nggak tahu. Namun setelah pengalaman seksual yang indah bersama nenekku ini, aku ketagihan bermain cinta dengan wanita STW. Aku bahkan kemudian menggilir dua saudara perempuan nenek dan dua sepupunya. Yang pasti tanpa sepengetahuan nenek.
Tamat