Sang cewek idola - 1

"Aaah.. aah.. oohh.. Vennyy.." begitulah suara saya setiap malam dengan mengocok-ngocok penis saya yang tegang sekali karena membayangkan seorang cewek kelas 2 SMP di sekolah saya (akan saya rahasiakan) yang juga menjadi idola satu sekolah.

Namanya adalah Venny (saya samarkan sedikit). Sebagai gambaran, orangnya sangat cantik (hampir sama seperti salah satu penyanyi Bening), kulitnya benar-benar putih mulus, proprosi tubuhnya bagus benar, tidak gemuk, dadanya ukuran sedang, dan pantatnya wuiihh.. menggiurkan deh. Lalu tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu tinggi. Dan selain gambaran fisiknya itu, yang saya yakin setiap cowok yang melihat dia dan ngomong dekat-dekat dia, pasti langsung 'ngaceng' berat.

Si Venny ini juga sangat supel dan baik, dan kabarnya selalu dapat juara 1, kalau tidak 2, benar-benar cewek idola. Memang waktu pembagian raport, saya pernah coba lihat orangtuanya, bertampang galak, dan menurut info teman saya ini (saya sendiri waktu itu sudah kelas 1 SMA), orangtuanya sangat keras dan ketat.
Makanya, pernah si Venny ini coba didekati sama cowok-cowok seangkatannya yang lumayan berparas, tapi Venny dengan senyumnya yang manis sambil kedua tangannya dirapatkan ke bawah, bilang "Emm.. jangan dulu deh, kita temen aja.. ok..?"
Lalu dia langsung berbalik dengan gayanya yang benar-benar lincah, langsung berlari kecil ke arah teman-temannya lagi. Saya yakin cowok-cowok itu pasti langsung kecewa berat karena 'ditolak', dan hanya bisa ngaceng membayangkan kalau mereka dapat menyetubuhi Venny ini.

"Aaah.. nikmatnyaa..! Aaah.. oohh.. Vennyy.. mmh.. mhh.." kembali saya di ranjang mengocok terus penis saya, ngocok, ngocok sampai sperma saya muncrat keluar, nikmat.
"Crot.., crot.., croot..," membayangkan seandainya saya mampu, tidak usah jauh-jauh, melihat saja tubuh Venny yang aduhai ini, alangkah bangganya saya.
Maka rencana busuk pun mulai terlintas di pikiran saya, dan ini sebenarnya sudah saya pikirkan dari dulu. Tapi kali ini beda, dan saya ada keyakinan dapat berhasil, kenapa..? karena kedua orangtuanya dikabarkan lagi pergi ke Singapore dengan urusan mereka sendiri.

Nahh, begini, rumah saya itu dekat sekali dengan sekolah kami (saya dan Venny, satu sekolah, hanya saya SMA, dia gedung SMP). Jadi tidak heran kalau banyak teman saya yang kalau sudah selesai ekskul, ada main ke rumah saya, atau sekedar istirahat atau ngobrol-ngobrol. Dan saya tahu kalau si Venny ini sehabis sekolah, setiap Senin ada ekskul volley, biasa sampai jam 5 sore. Rencana saya, ajak Venny ke rumah saya, lalu.. hmmhh.. hahaha.. aah.. tak terpikirkan kenikmatannya.

Dan dengan agak ragu sedikit (lebih banyak yakinnya), saya mulai lancarkan serangan saya pada hari Senin depannya (tentu setelah mendapat info-info lebih lanjut yang mutlak, bahwa orangtuanya lagi tidak ada, dan tidak ada yang jemput dia pulang sekolah, seperti biasanya (jadi dia untuk sementara ini pulang naik angkutan umum).

Tepat sekitar jam 4.30 sore, Venny tersenyum sambil mengambil handuknya dan mengusap-usap keringatnya dengan handuk. Rupanya dia letih dan sudah capek dengan volley-nya, maka dia duduk, dan teman-teman dia yang lainnya masih tetap main. Saya mengintip dari balik tembok utama, dan penis saya sudah keras sekali, ooh.. kuusap sedikit-sedikit, sambil membayangkan kalau rencana saya ini berhasil total. Lalu saya mulai memberanikan diri jalan sedikit demi sdikit ke tempat Venny duduk, kadang berhenti dikit. Dan saya pegang jantung saya, oh.. berdetak kencang sekali. Penis saya juga semakin menegang. Lalu akhirnya sampailah saya ke tempat Venny. Venny lalu menoleh ke arah saya, dan sebentar dia terdiam, lalu tersenyum, "Ada apa..?"

Saya langsung mulai bertanya, "Venny kan..? Saya Agus dari gedung sebelah.." sambil menunjukkan ke gedung SMA.
"Ooh.. ada apa Ko..?" katanya lagi, duduknya kali ini agak tegak, sehingga menyembulkan dadanya yang montok agak ke depan, oohh.. dewa.
"Venny ada teman namanya Sinta kan..? Naah, dia ada pinjem buku perpustakaan Venny ya..?"
"Iya," jawabnya halus.
"Naah, dia itu adiknya temen baik Koko, si Fredi. Makanya dia bilang suruh Koko entar kasih balik buku perpus-nya ke Venny.."
"Ooh.. gitu yahh, Ko. Aduh, makasih yaa.."

Memang benar, Sinta pinjam bukunya Venny, dan saya memang sudah rencana untuk langsung waktu hari Jumat lalu, pas pulang sekolah, pura-pura alasan mau minjam buku si Venny ini. Lantas saja karena Sinta kenal lumayan baik sama saya (Kokonya si Freddy kan teman baik saya), dia pinjamkan deh tuh bukunya, langsung saya bilang ke Sinta tidak usah repot-repot, nanti saya yang mengembalikan ke orangnya langsung. Semuanya memang sudah direncanakan dengan matang, untuk hari kenikmatan ini.

"Tapi, Ven, bukunya sekarang ada di rumah Koko. Venny udah selesai kan ekskul-nya? Ke rumah Koko bentar yah, deket kok, hanya 5 menit jalan dari sini.." sambil saya tunjuk ke arah barat, yakni arah rumah saya.
"Mmm.. boleh sih, tapi ngga usah repot-repot deh Ko, besok aja Koko kasihnya di sekolah ini, gimana..?" tanyanya.
"Wah.. besok Koko engga tau sempet atau engga, mendingan hari ini aja, dan Koko tau Venny suka volley kan? Di rumah Koko ada lapangan gede tuh, kita ntar main bentar aja, ok..?"

Venny masih terlihat ragu, namun saya sudah deg-deg-an merasa rencana saya ini akan berhasil.
"Oh ya, ntar Koko skalian anterin pulang deh. Venny tunjukkin jalan ke rumah Venny ya.." balas saya, "Lagian udah sore, kan susah nungguin angkutan umum."
Maka setelah beberapa lama dia agak terdiam sambil menggumam, "Mm.. mm.." gitu, keluarlah dari bibirnya yang basah dan menawan itu kata-kata yang saya selalu harapkan.
"Um.. engga apa-apa ya Ko..? Iya, boleh deh.."
"Yess..! Berhasil..!" pikirku senang sekali, penisku pun ikut senang.
"Ooohh.. Venny, hari ini juga akan kulihat seluruh tubuhmu yang putih bersih, akan kuhayati dan mmhh.. kubawa dalam kenikmatanku."

Maka singkat cerita, akhirnya dia pun sudah masuk ke dalam rumah saya. Dan perlu pembaca ketahui, kedua orangtua saya pun kebetulan lagi ada urusan, pulangnya masih minggu depan. Jadi di rumah saya ya hanya ada pembantu. Sempat kaget dia melihat lapangan belakang rumah saya.
"Wuaah.. lapangannya luas ya Ko! Koko senang main volley juga..?" tanyanya sambil berjalan meloncat kecil, yang syuur membuat saya langsung terangsang lagi.
Dadanya sempat berguncang sedikit ketika dia loncat, aakkhh.. Venny.. cewek idola.
"Iya dong. Koko mah senang olahraga lagi. Ya volley kek, basket kek, buanyak dehh.."
"Wah hebat bener Ko. Venny aja engga bisa basket lhoo, bisanya volley doang, hihihi.." dia tertawa kecil.

"Naah, Ven, sementara Koko ambil bukunya, Venny mau main volley di luar? Boleh-boleh, nih bolanya.." saya langsung ambil bola volley saya di dalam lemari.
Dia tampak senang, lalu bertanya lagi, "Bener boleh kan, Ko?"
Saya mengangguk-angguk saja, dan dia tanpa aba-aba lagi langsung pergi ke lapangan belakang, dan mulai deh bermain-main sendiri.
"Bentar lagi Venny.. bentar lagi, maka tubuhmu yang putih ini bisa saya nikmatii.. oohh.." gumamku.

Lalu saya mulai siapkan minuman untuk saya dan dia. Dan dalam gelasnya, saya taruh obat tidur yang lumayan ampuh. Dengar-dengar dari teman saya, obat ini bakalan buat orang tidak sadar sekitar 2 jam. Lagi-lagi semua sudah terencanakan. Saya pertama-tama agak gemetar menaruhnya, soalnya mungkin ini kejahatan pertama yang akan saya lakukan, namun.. kapan lagi dapat menikmati tubuh putih mulus cewek idola sekolah ini? Apalagi kalo orangtuanya sudah datang. Entah kapan lagi ada kesempatan. Maka saya pun menaruh obat itu, dan saya sudah seperti bertanduk setan saja, tertawa kecil sambil mengusap-usap sedikit penis saya.
"Ooohh.. Vennyy.."

Karena melihat dia asyik main sendiri di luar, maka saya pun ikut menemaninya main volley di halaman belakang. Sewaktu main, ada dua tiga kali posisinya agak menunduk ketika mau mengambil bola, dan waktu itu saya sempat melihat dari balik seragam sekolahnya, oohh.. BH-nya yang putih berenda, dan sedikit bagian atas kedua dadanya. Benar-benar pemandangan yang membuatku sangat-sangat terangsang. Tapi saya tetap tahan nafsu saya untuk yang tidak-tidak, disimpan untuk nanti.. hahaha.

Setelah main sekitar 10 menit, suasana jadi semakin akrab antara saya dan Venny. Namun saya lebih banyak diamnya dibanding Venny, yang memang supel dan pandai bicara. Kadang dia keluarkan suaranya yang manja kalau bolanya jatuh (kami berdua bukan main volley betulan, hanya sekedar pukul-pikul bola ke atas udara dan bertanding siapa yang lebih tahan tidak jatuh duluan).
Dia bilang, "Aaahh.. jatuh lagi jatuh lagi.."
Aduhh.. mendengar suaranya seperti itu, saya semakin tidak tahan dengan cewek cantik ini.
"Aaah Venny.. engkau begitu supel dan menggairahkan, tunggu, tunggu saatnya..," begitu pikir busukku.

5 menit kemudian, capailah kami berdua. Lalu saya mulai lagi rencana saya.
"Ven.., cape yahh..?"
"Iya nih, Ko, cape, tapi Koko jago juga ya volley-nya.. (beruntung saya bisa main volley)"
"Iya dong. Koko ini superman lho, bisa apa aja.."
"Aaah, Koko.." katanya sambil mukul kecil bahu saya.
Wowww.. tangannya yang putih halus itu menyentuh bahu saya. Oohh.. saya seperti tersengat, terangsang lagi, bayangkan yang tidak-tidak.
"Ven, yuk ke dalam. Koko udah buatin minuman."
"Makasih ya Ko..!"

Yess! Dia tidak ragu-ragu, maklum, dia masih murni, sepertinya belum tahu niat baik seorang lelaki yang saat ini ada di sampingnya, mengamati dan menghayati setiap gerak-geriknya yang lincah sekali. Dia sepertinya belum sadar ada seorang lelaki di sampingnya yang sudah sangat 'on' sekali, sebentar-sebentar memegang 'benda'-nya itu, memikirkan yang jahat. Dan dia langsung berlari ke dapur, saya pun mengikutinya. Lalu dia meminumnya, saya berhasil, rencana saya berhasil total. Saya juga meminum saya punya, dengan perasaan berdebar-debar melihat dia masih asyik minum.

"Ven, istirahat dulu aja sambil tuh nonton TV. Koko mau telpon temen Koko bentar yaa..!" sambil saya nyalakan TV di ruang keluarga.
Venny pun menurut, lalu dia mulai nonton dengan kedua tangannya memegangi dagunya. Saya pura-pura ke kamar saya untuk telepon, padahal bohong. Lalu dengan terangsang, saya mulai bergegas mengambil handycam saya, sambil mengocok-ngocok sedikit penis saya. Saya mulai menyalakan tombol 'on', dan saya melihat jam dinding saya, sudah lewat 10 menit. Saya berdebar-debar sekali, lalu perlahan saya buka pintu kamar saya, dan ternyata Venny sudah tertidur dengan lelap di sofa ruang keluarga saya. Dia tertidur!

Maka saya pun tanpa ragu lagi keluar dari kamar saya, saya berjalan kecil sampai pada tempat Venny tidur dengan TV masih menyala. Saya amati lagi wajahnya, cantik sekali, hidungnya yang mancung, bibirnya yang basah, kulitnya yang benar-benar mulus, dan tangannya yang telentang, sangat putih dan merangsang nafsu. Saya lihat dia dalam keadaan berseragam, atas putih, bawah biru.. mmh.. saya bayangkan lagi wataknya yang sangat baik, pintar, supel, aah.. benar-benar cewek idola. Dan akhirnya saya sudah tertawa senang, karena saya tahu, cewek cantik putih yang berseragam ini, pada hari ini saja akan menjadi tak berseragam dan telanjang bulat, dan saya akan menikmatinya sepuasnya. Saya akan merekam segala adegan saya ini, untuk saya hayati di hari-hari lain.

"Venny.. Venny.." saya pun pura-pura memanggil, yess, dia tidak menyahut.
"Venny.. Venny.." kali ini saya memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan sedikit tangannya yang telentang di pinggir sofa, dan yess, dia tidak ada respon.
Maka, perbuatan biadab pun saya mulai.
"Ooh.. Venny.. oohh.." sambil berkata demikian, saya mulai gendong tubuhnya, dan saya gendong sampai ke kamar saya.
Waktu menggendongnya saja saya sudah terangsang berat merasakan pantatnya. Mmmhh.., maka saya baringkan tubuhnya di ranjang saya. Mulutnya terbuka menganga sedikit, tidak sadarkan diri. Handycam pun sudah on, dan saya kunci pintu. Inilah harinya!

Bersambung...