Sang cewek idola - 3

Saya langsung balikkan tubuh Venny, dan saya mulai lagi rekaman saya, kali ini tampak depan, dan aah.., saya akhirnya dapat melihat kemaluan Venny, kemaluannya.. Vagina cewek cantik putih bersih ini..! Tidaak, saya benar-benar tidak tahan, dengan gemetar saya terus rekam vaginanya, saya usap-usap keringat saya yang berjatuhan, saya larikan lagi kamera saya ke bawah sedikit menyorot celana dalamnya, untuk seakan menunjukkan bahwa saya telah berhasil melihat tahap paling dalam hal yang selalu berusaha dihindari setiap cewek. Saya melihat vaginanya, bukan sekedar paha, atau celana dalam lagi! Siapa yang tidak terangsaang super berat..? Pengalaman yang takkan pernah terlupakan!

Kocokan penis saya makin lama makin cepat.
"Aah.. aah.. Venny.. yang caan.. aah.. tiik..," desahanku semakin kencang.
Saya gerakkan lagi handycam saya, melanjutkan penelusuran tubuhnya lagi yang sangat ramping dan seksi putih. Saya kali ini sampai pada perutnya, mmhh.. dan dadanya.. dan putingnya, dengan sedikit pinggir BH putihnya yang sangat merangsang setiap nafsu cowok. Aahh.. apalagi saya yang benar-benar seperti jomblo (loser) ini!
"Maaf, Frank (cowok terkeren di SMA saya, yang jelas juga tertarik sama si Venny ini), saya sudah melihat puas dan menggerayangi tubuh Venny duluan.. hahahaa!" begitu pikir jahatku.

Sambil keringat saya makin bercucuran, akhirnya saya sampai pada wajahnya, matanya yang masih terpejam seraya tidak berdosa, rambut panjang hitamnya yang terurai, hidungnya yang mancung, dan mulutnya yang menawan. Langsung saya cepat sekali letakkan kembali handycam saya di sudut tembok. Setelah puas menelusuri tubuh putih Venny, langsung saya bergegas lagi ke ranjang dengan terangsang berat, saya tidak tahan. Dan permainan terakhir pun terjadilah, saya langsung buka seragam sekolahnya keluar dari lengannya, saya letakkan di pinggir ranjang. Lalu saya turunkan rok birunya ke bawah sampai ke ujung kakinya.

Selanjutnya saya buka BH-nya, dan biarkan BH-nya masih melekat di punggung putih mulusnya, dengan depannya sudah terbuka total. Saya langsung seperti kesetanan, saya turunkan sedikit lagi celana dalamnya hingga bagian lutut, maka dengan posisi yang sangat meranggsang seperti ini, saya langsung mulai menjilat-jilat puting susunya, dadanya, dan tangan kanan saya langsung mulai memasuki vaginanya. Saya putar-putar, dan tangan kiri saya membimbing tangan kanan Venny untuk mengocok kembali penis saya yang sudah tegang berurat, dan pembaca, inilah kenapa saya sebut permainan ternikmat, Venny bersuara.

"Mmhh.. mmhh.." rintihannya yang sangat manja itu benar-benar menusuk telinga saya, dan tentu penis saya semakin menegang.
Ternyata obat itu bukan hanya untuk menidurkan saja fungsinya, tapi mungkin merangsang. Setelah 1 jam kemudian, oohh.. hebat, hebat.., saya malah jadi makin bersyukur dan bernafsu mendengar suaranya, sambil dengan mata terpejam tidak sadar. Mungkin dia pikir ini semua mimpi.., pasti! tapii.. hahahaa.. ini bukan mimpi, Venny yang cantik! Saya sangat terangsang sekali mendengar lenguh nafasnya yang makin memburu.

"Mmhh.. mmh.. ah.. ah.. ah.. ah.. mmh.." begitu suara Venny yang kecil mungil tinggi dan nyaring itu membuat penis saya makin berat terangsang beserta urat-uratnya.
Saya makin ganas mengulum dan menghisap dada dan juga puting susunya Venny.
"Sslluurrpp.. sseepp.. aah.. aah..," dan saya makin mempercepat permainan tangan kanan saya di vaginanya.
"Mmmhh.. ah.. ah.. ah.. mmhh.." desahan Venny lebih lanjut lagi, kali ini agak kencang sedikit, mengoyak kuping saya.
"Aaah.. Vennyy.. aah.. suaraammuu.. aah.. sekkssiihh.." saya juga ikut mendesah melihat bibirnya yang makin basah dan gerak mulutnya yang mendesah-desah.

Wajahnya semakin memerah, benar-benar mempercantik dewi ini saja. Saya benar-benar sudah tidak karuan nafsunya. Di dalam kamar saya ini sekarang hanya ada suara desahan nafsu saling bergantian satu sama lain. Satu desahan saya, desahan biadab.., satu lagi desahan Venny yang seakan-akan meronta minta ampun.
"Jangaan.. jangaann..!" begitulah pikirku, "Hahahaha.. terlambat, Venny!"
Satu hal yang perlu pembaca ketahui, saya benar-benar tidak berani untuk memasukkan dan menembuskan penis saya ke dalam vagina Venny, karena saya benar-benar takut akan resiko. Jomblo (loser) macam saya ini, paling takut untuk berurusan dengan resiko, apalagi kalau nanti orangtuanya tahu, habis saya! Makanya, yang saya lakukan adalah terus memain-mainkan jari saya di dalam vaginanya.

"Mmhh.. ahh.. aahh.." pekikan Venny dan desahannya semakin manja dan tinggi, sehingga saya benar-benar terangsang habis.
Kocokan saya semakin lama semakin cepat, apalagi melihat wajahnya yang makin memerah, menambah kecantikan seorang yang sudah super cantik ini, dan suaranya itu benar-benar menambah nafsu setan.
"Aaah.. Veenny.. kamu.. cantt.. aah.. tiik.. suaaramu.. aah.. ahh.."
"Ah.. ah.. mmh.. aah.. aah.. aah.. ja.. jangaan..!" desah Venny, dan kali ini tambah lagi kata baru 'jangan', sepertinya dia lagi mimpi diperkosa.
Padahal memang benar kenyataanya Venny, kau lagi diperkosa oleh cowok gila ini. Cowok yang bagai pungguk merindukan bulan ini, tapi akhirnya berhasil memuaskan hasrat terdalamnya.

"Aaah.. Veenny.. aah.. aah.." tangan putih Venny yang mulus saya gerakkan mengocok batang penis saya makin sangat cepat.
"Aaah.. mmhh.. jaanngaann.. mmh.. aahh.." desah Venny sambil mulutnya bergerak-gerak.
Saya cepat-cepat hisap dan kulum bibirnya untuk terakhir kalinya, dan saya merasa penis saya akan memuncratkan air ternikmatnya. Maka, sekaranglah puncaknya, saya dengan gila sekali seperti kesurupan, menggerayangi tubuh Venny, apa saja, dengan cepat! Kedua tangan saya memegang-megangi dada Venny, puting, perut, punggung, balik lagi dada, dan posisi badan saya sudah tepat di atas Venny. Wajah saya dan si cewek idola ini sudah dekat sekali hingga hidung menyentuh hidung, yang saya rasakan hanya nafas harum Venny dan harum rambutnya.

Saya gerayangi makin cepat, dan penis saya sekarang sudah di bibir/pinggir vagina dan selangkangannya, saya gesek-gesekkan ke atas ke bawah sambil tangan saya pegang-pegangi lagi dada, puting (sambil diputar-putar).
"Aah.. mmhh.. ah.. ah.. ah.. ahh.." desah Venny.
"Mmh.. Venny.. sllupp (suara kuluman bibir), aah.. Veenny.. aah.. sslluupp.. mhh.. aahh.."
"Aaah.. aahh.. janngaann.. aah.." pekik Venny sedikit manja.
"Aaah.. aahH.." saya naik-turunkan penis saya yang sudah menindih vaginanya (tapi tidak menembus), "Aaah.. Vennyy.." tangan saya dua-duanya meremas kedua dadanya.
Saya ganti menjilat-jilat puting susunya, dan naik turun penis saya, mmhh.. langsung saya cepat ciumi vagina Venny, saya jilat-jilati.
"Aaah.. mmh.. ja.. janngaan.. aahh..!" desah Venny.
"Haha.. terllaambbaat, caantti.. aah.. iikk.., Venny.."

Saya jilat-jilati, lalu kembali saya tindihkan penis saya naik turun. Saya kulum dan hisap lagi bibirnya sampai dia hanya dapat berkata, "Mmh.. mmhh.."
"Vennyy.. Venny.. kau cantiikk.. kau mendessaah.. aahh.. sayaa.. aahh..!"
"Croott.. croott.. serr.. Vennyy.. Crroott.. aahh.. nikkmaatt..!"
Venny masih bersuara lagi, "Aah.. aah.. aah.."
"Terus, terus bersuara..!" pekikku.
"Aaah.. croott.." meledak lagi 'hujan' spermaku, saya langsung melihat lagi wajah cewek yang selama ini saya impi-impikan untuk memuaskan nafsu saya.
Dan sudah terwujud semua itu, maka berakhirlah sudah permainan biadab ini.

Saya kembali melihat jam dinding sambil terbaring lemas di atas tubuh Venny yang menggiurkan.
"Sudah 15 menit, gilee..! Cilaka, dia bentar lagi terbangun..!" pikir saya.
Langsung saya ambil tissue, rapihkan segalanya, dan akhirnya dengan handycam saya, saya rekam segalanya ketika saya kembali membetulkan celana dalamnya, memasang kembali tali BH-nya yang putih berenda, mengancing balik seragam sekolahnya, dan memakaikan rok sekolahnya. Rasanya sangat nikmat. Jadi selama ini yang memakaikan pakaiannya akan ada 2 orang, Venny sendiri, dan cowok bejat ini, saya sendiri. Aaah.. nikmat.

Mata Venny pun terbuka, dan dia sempat bingung melihat kanan kiri, dan menemui dirinya sedang telentang di sofa ruang keluarga, dengan TV menyala. Saya pun keluar dari kamar saya.
"Venn, kamu ketiduran lama sekali lhoo, cape yaah..?"
"I.. iya yah, Ko..? Adduhh.. Koo, sorri yaah.. sori bener deh, engga maksud Venny buat tidur begini.." kata Venny dengan nada manja.
Sayang sekali dia tidak tahu apa yang sudah terjadi atas dirinya. Mengingat itu semua membuat saya mulai terangsang lagi.

"Nih bukunya, Venn.." kata saya dengan halus.
"Aduuh, makasih ya Ko. Mm.. Koo, minta anterin pulang.. boleh kan..?"
"Oh.. iyaa, boleh dong, boleh. Kan Koko udah janji.." senyum saya.
Maka saya pun mengantarkan dia pulang. Dan selama di mobil, meskipun cukup sebentar, saya tidak ada pikiran lain selain memikirkan apa yang sudah saya perbuat terhadap cewek cantik di samping saya ini. Aaah.. tegang tidak terkira. Ingin saya lakukan lagi, tapi sudah habis keberanian saya. Saya jadi banyak diam, dan sedikit-sedikit melirik Venny, lalu kembali terlintas lagi pikiran gila itu, dan saya ada sedikit juga meladeni omongan Venny. Dan akhirnya dia dengan langkah gesit masuklah sudah ke gerbang rumahnya.

Pembaca, saya benar-benar merasa puas sekali atas apa yang sudah saya perbuat atas diri Venny. Saya puas sekali saya telah berbuat dalam waktu yang tepat. Kenapa saya tekankan kata 'tepat' ini? Karena siang itu adalah siang pertama dan terakhir bagi saya untuk dapat memuaskan nafsu setan saya ini terhadap Venny. Karena tepat 3 hari sesudah kejadian terkutuk itu, orangtua Venny yang sangat keras itu sudah pulang balik dari Singapore, dan 4 hari kemudian disusul orangtua saya.

Anak-anak SMP maupun SMA tidak ada yang tahu mengenai kejadian nikmat ini, dan tidak pernah ada yang tahu. Venny pun tampak ceria dan supel seperti biasa, dan tidak ada lagi kesempatan bagi saya, juga cowok-cowk lain untuk ngomong dengan Venny selain tentang pelajaran, karena setelah kelas bubar, langsung orangtua Venny sudah menunggu dan menjemput gadis cantik seksi idola sekolah ini. Dan hampir semua cowok hanya dapat menyesalkan kenapa mereka tidak pernah tahu atas ketidakadaan orangtuanya minggu lalu, dan yang tahu pun juga menyesal karena tidak seuntung saya ini.

Dan apakah yang terjadi pada saya pada hari-hari selanjutnya? Sudah dapat ditebak, saya hanya dapat mengintip saja gerak-gerik Venny dari balik tembok. Hanya sebentar setelah selesai sekolah, lalu setelah Venny dengan senyum manisnya melambaikan tangan ke teman-temannya (cewek-cewek), dan setelah dengan langkah gesit dia ketemu dengan kedua orangtuanya. Maka saya dengan penis berdenyut kencang, langsung segera pulang. Dan di dalam keremangan kamar saya, tiada yang tahu.
"Aaah.. aahh.. oohh.. Vennyy.. segalanya terlambat.. hahaa.. aah.. kau cantiik sekali.. mmhh.. aahh.. ahh.." erangku sambil mengocok penis saya yang benar-benar tegang, tentu saja dengan melihat kembali rekaman saya atas diri Venny 7 hari lalu di atas ranjang saya.
Nikmat sekali, dan jelas sekali rekamannya.

Saya terus lakukan masturbasi (onani) di kamar saya ini setiap hari, setelah mengintip Venny yang ceria sepulang sekolah dari balik tembok. Terus.. terus.. dan tidak terlupakan. Mungkin sepanjang masa kenikmatan sang cewek idola ini.

TAMAT