Rona kehidupan - 2

Setelah mengeringkan badan, kutatap tubuhku didepan cermin kamar mandi, dan akupun tersenyum sendiri melihat kemolekan tubuhku. Sepasang gumpalan gading yang membusung dengan porsi tak kurang dari 36b, perut yang ramping dan kaki yang jenjang semua itu selalu kurawat dengan baik untuk aku persembahkan kepada suamiku tercinta. Aku mulai mengelus bulu-bulu hitam yang tumbuh di antara kedua paha mulusku, segera kuambil gunting kecil untuk memangkas bulu-bulu itu yang sudah mulai panjang. Aku memang selalu mencukurnya bila demikian agar selalu kelihatan rapi, setelah kubersihkan dengan sabun sirih yang dapat membuat wangi aroma vaginaku lalu aku mulai mengenakan pakaian. Aku mengenakan bluos model 'U can C' dengan rok yang agak panjang menutupi lututku.

Baru saja kunyalakan TV diruang tengah untuk melihat telenovela kesayanganku, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi tanda ada seseorang datang bertamu.
"Sebentaar..!"
Bergegas aku menuju pintu depan untuk membuka pintu, kupikir tumben Mas Rohan pulang secepat ini untuk makan siang.
"Selamat siang Bu.."
"Eh.. Pak Yonas, ada apa Pak?" ternyata tamu itu adalah Pak Yonas asisten suamiku.
"Anu Bu, Bapak ada meeting dengan klien dari jepang siang ini dan Bapak membutuhkan berkas yang ketinggalan di rumah, jadi.. saya diminta Bapak untuk mengambilnya kesini", dengan sopan Pak Yonas menyampaikan maksud kedatangannya.
"Oh.., hmm tapi saya nggak tahu mana berkas yang Bapak butuhkan, soalnya banyak file yang menumpuk di meja Bapak, nanti saya ambil dulu ya Pak.. mari silakan duduk dulu!"
"Oh.. iya Bu, tapi maaf Bu.. kalau boleh saya minta segelas air, kalau enggak merepotkan?"
"Ah enggak kok, sebentar saya ambilkan, silakan duduk dulu!", kemudian aku menuju dapur dan kembali membawa dua gelas es sirop ke ruang tamu.
"Silakan diminum Pak, saya ambil berkasnya dulu ya"
"Iya Bu, Terima kasih".
Lalu aku menuju ruang kerja Mas Rohan untuk mengambil berkas yang dimaksud, tapi karena aku tidak tahu mana berkas yang di maksud akhirnya kubawa semua map yang berisi berkas-berkas yang ada di meja kerja suamiku.
"Ini Pak, tapi saya nggak tau berkas yang mana", kemudian saya duduk setelah menyerahkan berkas-berkas tersebut.
"Iya Bu, biar saya cari sendiri"
"Lho kok airnya belum diminum, ayo Pak minum dulu"
"Oh iya Bu makasih".

Pak Yonas mengambil gelas sirop yang ada di hadapannya dan akupun mengambil gelas yang ada di depanku untuk sekedar menemaninya minum. Lama Pak Yonas memilih berkas yang kuberikan sambil kuperhatikan didepannya, dengan teliti Pak Yonas mengamati berkas-berkas tersebut. Rupanya mungkin karena matahari yang mulai meninggi sehingga aku merasa agak gerah menyerang tubuhku, padahal aku baru saja mandi sebelum Pak Yonas datang. Entah apa yang terjadi, yang jelas kurasakan ada sesuatu menyerang diriku, rasa gerah itu meninggi sehingga menimbulkan gairah dalam dadaku. Aku semakin kelihatan gelisah dan rasanya sensitifitas tubuhku kian bertambah saja karena sedikit saja pantatku bergerak untuk bergeser dari tempat dudukku, rasanya gesekan itu semakin nikmat menekan belahan vaginaku dari luar. Untung saja Pak Yonas terfokus pada berkas-berkas tersebut sehingga tidak menyadari kalau aku semakin tampak gelisah. Kutatap Pak Yonas yang lagi asyik dengan berkas-berkas dihadapanku, semakin tambah saja gairah birahi didadaku. Sosok tubuh Pak Yonas mengingatkan aku akan belaian tubuh Mas Rohan suamiku, Oh.. Tuhan mungkin aku mulai gila karena tiba-tiba saja aku membayangkan tubuhku dicumbu oleh Pak Yonas. Detik berikutnya aku merasa pusing menyerang kepalaku dan rasa kantuk menyerang kedua mataku.

"Maaf Pak, saya tinggal dulu kepala saya agak pusing" tanpa menunggu jawaban Pak Yonas aku berdiri hendak menuju kamar tidurku, tapi kalau saja Pak Yonas tidak menangkapku pasti aku akan terjatuh kelantai.
"Bu Alya.. Ibu kenapa?"
"Entahlah Pak.. Kepala saya pusing"
"Kalau begitu mari saya antar ke kamar"

Akhirnya aku dituntun Pak Yonas menuju kamar tidurku sambil sebelah tanganku memeluk tubuh Pak Yonas. Lalu aku di baringkan diatas tempat tidurku dan Pak Yonas bergegas keluar kamar. Selang berapa lama Pak Yonas kembali kedalam kamar sambil tangan nya membawa sesuatu yang entah apa karena aku mataku benar-benar tersa berat. Antara sadar dan tidak kudengar Pak Yonas menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam, lalu ia meletakan sesuatu diatas meja rias kamar tidurku.
"Lho Pak, kok pintunya dikunci"
Hanya itu yang keluar dari mulutku, Pak Yonas diam tak menjawab tapi ia beranjak mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku.
"Oh.. Pak Yonas.. apa yang Bapak lakukan.." aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah Pak Yonas menempel di belahan pahaku.
"Tenanglah Bu.. nikmati saja..", aku berontak, aku tak bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku harus bisa melepaskan diri dari bajingan ini, tapi tak berdaya aku melakukan semua itu, tubuhku lemas dan yang lebih celaka lagi dorongan hasrat yang menggebu itu bertambah menjalari seluruh tubuhku.
"Bajingan kau.. lepaskan!, aku ini istri atasanmu.." tapi Pak Yonas menjawab teriakanku dengan tangannya yang berusaha menarik rok yang aku kenakan dan mencampakannya ke lantai dan selanjutnya kedua tangannya pula yang menarik celana dalamku sehingga terlepas dari tempatnya, maka terpampanglah bagian tubuhku yang paling rahasia yang selama ini hanya aku dan suamiku yang tahu keberadaannya.
"Kurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!" kembali aku berteriak sambil berusaha menendang, tapi lagi-lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja lidah Pak Yonas yang basah menyeruak menyapu organ tubuhku yang paling sensitif.
"Akhh.." Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah orang ini, tubuhku mengejang, lama lidah Pak Yonas bermain dengan Vaginaku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan vaginaku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Pak Yonas yang masih saja menusukan lidahnya ke vaginaku.

Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu..
"Ohh.. hh.. Akh.." erangan panjang dari mulutku mengiringi semptotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut Pak Yonas. Pelacur.. aku orgasme dengan orang selain suamiku dan hendak memperkosaku dengan biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku yang pertama dari Pak Yonas ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Pak Yonas dengan nafas yang terengah-engah.

Perlahan Pak Yonas melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.
"Gimana sayang.. kita lanjukan permainan ini?" Pak Yonas berbisik ditelingaku.
"Ja.. hh.. jangan Pak sudah.." sebentar Pak Yonas menghentikan aksinya mungkin untuk memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga kembali.
"Bu Alya, Ibu tahu kalau saya udah jatuh cinta saat pertama melihat Ibu, jadi nikmati saja tanda cinta dari saya.
"Tidak Pak.. jangan.." setengah menangis aku memelas agar ia mau melepaskanku dari nafsu bejatnya.
"Pak Rohan sangat beruntung memiliki Ibu.., cantik dan bertubuh idaman lelaki.." sambil terus bicara rupanya Pak Yonas menaggalkan seluruh pakaiannya.
Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia mencium telingaku membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
"Bibir Ibu indah.." itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya.

Perlahan aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Pak Yonas menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuru leherku dan berusaha menggigir puting susuku yang masih terbungkus rapi oleh blous dan BH. Kembali tangannya merayap menggerayang perutku lalu menari blouseku keatas dan melepaskannya, kini pertahanan diriku hanya BH yang menutup rapat kedua gumpalan payudaraku.

"Beautifull breast.. indah sekali sayang.."
Dengan sekali tarik terlepaslah BH itu dari tubuhku sehingga kini aku telanjang bulat di hadapannya. lalu ia menyentuh bagian terakhir dari tubuhku yang belum dijamahnya, kedua payudara yang indah milik suamiku.
"Padat dan kenyal.. kau memang pandai merawat tubuh sayang.."
Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan mengeksploitasi payudaraku ketika tiba-tiba ia bergerak merenggangkan tubuhnya dari tubuhku dan beringsut naik sehingga kurasakan sesuatu yang keras menempel di wajahku, aku tersentak kaget.

"Ayo sayang mainkan punyaku please..!" kudengar ia merajuk sambil menarik tanganku untuk memegang dan memainkan benda itu. Ia mengarahkan kemulutku tapi aku tak mau, benar-benar tak mau karena aku memang tidak biasa melakukannya juga dengan Mas Rohan suamiku.
"Ti.. tidak.. aku nggak mau"
"Ayo sayang buka mulutmu, nanti kau akan menikmatinya.."
Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi penis Pak Yonas, sebenarnya ukuran penis Pak Yonas hampir sama dengan milik suamiku tetapi punya Pak Yonas sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum penis itu.
"Ohh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang pintar"
Pak Yonas mengerang sambil meremas rambutku lalu ia mendorong dan menarik penisnya di mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela memberikan sesuatu yang lebih pada orang lain daripada untuk suamiku karena selama ini aku selalu menolak kalau Mas Rohan minta untuk memasukan penisnya ke mulutku.

Lama Pak Yonas menikmati sentuhan lidahku sampai akhirnya ia pun tak tahan untuk segera mengakhiri semuanya. Perlahan kembali ia merayap turun mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku sambil terus melumat wajah dan payudaraku.
"Jangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak mau menghianati suamiku.. please..!" untuk kesekian kalinya aku memelas sambil berusaha merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh Pak Yonas agar menjauh dariku.

Tanpa mempedulikan rintihanku Pak Yonas bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tanagn Pak Yonas menarik kedua tangan ku dan membawanya keatas kepalaku. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu.

"Ohh.." tubuhku bergetar sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh penis Pak Yonas kedalam liang vaginaku.

Bersambung . . . .