Artikel Seks
Friday, 2 October 2009
Sudah idealkah frekuensi hubungan seks anda?
Jarang = Tidak Sehat
"Secara umum, semakin jarang frekuensi hubungan seks pasangan, semakin tidak sehat perkawinan tersebut," ujar Mark Goulston, Ph.D., seorang terapi perkawinan. Pasalnya , setiap orang yang menikah biasanya memiliki kebutuhan frekuensi hubungan seks yang berbeda. Jika frekuensi hubungan seks yang ia lakukan bersama pasangannya relatif jarang, maka sebagai pihak yang kebutuhan seksnya lebih besar tentu akan merasa 'kekurangan', yang dapat mengarah ke rasa frustrasi karena kurangnya perhatian dari pasangan untuk hal yang satu ini.
Dapat Memicu Masalah
Jika dibiarkan tanpa ada solusi, hubungan seks yang relatif jarang bisa menjadi masalah yang cukup serius bagi pasangan suami istri. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Dr. Bonnie Eaker Weil, seorang dokter yang menekuni bidang seksologi. "Sentuhan, belaian, kontak fisik dan seks merupakan perekat yang menyatukan pasangan," kata Dr. Weil. Ketika melakukan hubungan seks tubuh memproduksi hormon endorphin, yang menyebabkan timbulnya sensasi yang menyenangkan. Sensasi menyenangkan yang timbul akibat aktivitas seks, tersebut menghadirkan perasaan 'bersatu' bersama pasangan. Jadi, apabila frekuensi hubungan intim rendah, ikatan antara pasangan juga semakin 'lemah'
Belum Ada Dosis yang Tepat
Sayangnya, dosis tepat untuk dikatakan ideal dalam urusan hubungan seks ini tidaklah terlalu mudah untuk dirumuskan. Para ahli sendiri masih belum memiliki satu suara dalam merumuskannya. Setiap pihak dari pasangan menikah memiliki aspirasi dan kebutuhan berbeda dalam aspek kehidupan seksual mereka. Ada yang menginginkan hubungan seks sesering mungkin, sementara yang lain tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. "Idealnya adalah makin sering makin baik. Tetapi, definisi 'sering' ini juga bersifat amat relatif, tergantung ketubuhan setiap pasangan suami istri," ujar Mark.
Sementara itu Dr. Bonnie Eaker Weil menyarankan agar frekuensi aktivitas seksual dilakukan sekitar 3 X dalam seminggu. la tetap berpendapat, frekwennsi aktivitas seksual yang tinggi berhubungan langsung dengan tingkat keintiman pasangan suami istri. "Tetapi, yang saya maksud di sini adalah aktivitas seksual, bukan melulu hubungan seks. Jadi, segala macam aktivitas yang berhubungan dengan seks, walau tanpa hubungan intim, bisa dimasukkan ke dalam kategori aktivitas seksual, seperti belaian, sentuhan (yang sifatnya erotik maupun tidak), pembicaraan mesra, foreplay tanpa penetrasi, dan sebagainya," demikian Dr. Bonnie Weil.
Kualitas Lebih Penting
Namun perlu diingat, tingginya frekuensi Anda berhubungan seks dengan pasangan, tanpa disertai "kualitas" hubungan seks yang memadai, tetap akan sia-sia. Inilah beberapa tips , untuk meningkatkan kualitas aktivitas seksual Anda:
* Komunikasi Positif
Saat terbaik untuk menunjukkan cinta dan perhatian Anda adalah pada saat penuh keintiman. Lupakan semua ganjalan dan pikiran negatif tentang pasangan dari kepala Anda. Konsentrasikan pembicaraan pada kebutuhan pasangan, karena seringkali cara terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan adalah dengan memperhatikan keinginan orang lain.
* Bersikap Terbuka
Jangan merasa malu melakukan hal apapun di ranjang. Jika Anda mengetahui pasangan menyukai salah satu bentuk foreplay atau memiliki posisi hubungan intim favorit, jangan ragu untuk melakukannya lagi dan lagi. Tapi jika aktivitas favorit pasangan membuat Anda tidak nyaman, cobalah sampaikan dengan cara sepositif mungkin.
* Perpanjang Foreplay
Ada sebagian orang berpendapat foreplay itu jauh lebih penting dan mengesankan daripada hubungan seks itu sendiri. Pendapat tersebut mungkin tidak berlaku bagi setiap orang, tetapi tak ada salahnya untuk memperpanjang waktu foreplay Anda. Semakin panjang waktu pemanasan, semakin panjang juga waktu Anda berdekatan dan bermesraan dengan pasangan. Tak ada ruginya bukan?