Sesama Wanita
Thursday, 25 June 2009
Yoan dan Siska - 1
"Cepat Yoan, sebentar lagi orang tua Siska datang, cepat!" kata Siska sambil mengusap-usap selangkangannya. Yoan lalu berlutut di depan selangkangan Siska yang masih menunggu. Bibir vaginanya yang masih perawan berwarna merah kecoklatan, dengan gumpalan daging kecil di atasnya, yang ditumbuhi rambut-rambut tebal di sekelilingnya. Yoan menjulurkan lidahnya, merasakan kenikmatan selangkangan Siska yang basah dengan penuh nafsu. Yoan menghisap-hisap klitorisnya dengan nikmat, dan sesekali lidahnya menjulur masuk ke lubang kemaluannya. Dijilatinya terus selangkangan Siska, sambil ia sendiri merogoh ke balik celana dalamnya mengusap-usap kemaluannya yang terangsang. Nafas Siska semakin cepat, seiring dengan hampir sampainya ia ke puncak. Jilatan dan gigitan-gigitan Yoan ke selangkangannya sangat nikmat dan tepat ke titik-titik nikmatnya. Hisapan-hisapan mulut Yoan membawanya melayang menuju klimaks. Pahanya semakin terasa kaku dan otot-otot kemaluannya semakin meregang seiring dengan mengalirnya cairan kemaluannya, sampai akhirnya Siska berteriak ketika ia mencapai puncak.
Begitu nikmatnya sampai Siska bergelinjang ke kanan dan ke kiri merasakan otot-otot kemaluannya mengalami orgasme. Sensasi itu sangat nikmat dibarengi dengan jilatan-jilatan Yoan yang masih terus mencari sela-sela di tengah-tengah kemaluannya, seakan-akan haus akan cairannya. Sampai akhirnya otot-ototnya mulai relaksasi dan Siska langsung mendorong kepala Yoan menjauh karena klitorisnya sudah sangat sensitif terhadap sentuhan. Siska harus mendorong kepala Yoan agak kuat karena Yoan kelihatannya masih belum puas.
"Cukup Yoan, cukup, Siska sudah kecapekan! Tuh, suara klakson mobil Papa! Cukup Yoan!" kata Siska setengah berteriak sambil mendorong kepala Yoan untuk yang ketiga kalinya. Siska langsung berdiri dengan agak terhuyung-huyung karena masih lemas, lalu langsung memakai celana dalamnya, diikuti celana jeans-nya, dan pas ketika itu pintu depan terbuka dan orang tua Siska masuk ke dalam.
"Eh, Yoan.. sudah lama di sini?" sapa Ibu Siska yang masuk sambil menenteng keranjang belanjaan.
"Lumayan, saya lagi mau pulang ini, Tante." jawab Yoan sambil menyeka bibirnya yang basah oleh cairan Siska.
"Kamu mau anterin Yoan pulang, Sis?" tanya ayah Siska, "Ati-ati lho.. di Siliwangi rada macet."
"Iya, Pap.. Siska pergi dulu ya, Pap.. Mam.."
"Mari, Oom.. Tante!"
"Ya, ati-ati ya!" jawab Ibu Siska.
Begitu Siska sudah menjalankan mobilnya sampai keluar rumahnya, Yoan langsung berkata, "Aku masih belum puas Siska, kita harus melakukannya lagi kapan-kapan, harus!"
"Yoan.. aku ngerasa nggak enak tentang ini.. maksudku, ini kan nggak normal, ini hubungan lesbian, Yoan!"
"So what kalo ini lesbian, ini jauh lebih baik daripada straight sex, kan? Lebih kecil resikonya, dan dengan kadar kenikmatan yang lebih. Yah.. maksudku aku juga menikmati hubungan seks dengan pacarku sih.. sangat menikmati.. tapi ini kan demi kamu, kamu yang ingin merasakan nikmatnya orgasme, dan aku juga ingin menikmati hubungan sesama jenis dari dulu. Kita ini adalah pasangan yang tepat untuk bereksperimen, Siska! Sangat tepat. Aku jadi dokternya dan kamu jadi pasiennya, iya kan Siska?"
Siska lalu menjawab, "Yah gimana.. aku ngerasa berdosa nih, dan ngerasa nggak normal."
"Gini deh Sis.. bilang ke aku sekarang kalo tadi itu nggak enak, nggak nikmat, bilang kamu nggak mau lagi dijilatin kaya tadi, dan aku nggak akan lakuin lagi!" kata Yoan.
"Yo.. jangan gitu dong, aku masih bingung nih.."
"Ya udah.. kalo gitu aku nggak akan lakuin lagi, kamu nggak akan ngerasain lagi nikmatnya orgasme seperti tadi."
"Bukan.. bukan, bukan gitu maksudku.. aku suka kok.."
"Kamu nggak akan ngerasain klitoris kamu dijilatin sedemikian rupa dan puting susumu dihisap sampai kamu mengelepar dalam kenikmatan?"
"Nggak.. nggak, aku masih mau kok.."
"Kalo kamu nggak mau lagi ya udah, aku bisa cari pasien lain kok.."
"Nggak.. jangan.. jangan, aku masih mau, please.. aku masih mau kaya tadi, mau banget, please deh Yoan, pleasee..!"
"Kalo kamu emang mau ya nggak usah banyak omong, nggak usah ngerasa berdosa segala macem, nggak usah munafik lah jadi orang! Aku tau kok kamu tuh sebenernya anaknya nafsu seksnya gede dan suka ngekhayal, aku cuman mau ngewujudin fantasi kamu. Kalo kamu nggak mau ya udah, nggak pa-pa!"
"Sorry deh Yoan.. sorry, abis tadi Siska kan baru pertama, masih ngerasa bingung. Iya deh, sekarang Siska mau deh ama Yoan gitu lagi, kapan aja. Sorry deh Yoan tadi Siska ragu-ragu.."
"Ya udah.. kamu sendiri ya yang ngomong mau gitu kapan aja, kalo gitu abis ini langsung di kost aku."
"Yah.. nggak bisa Yoan, aku abis ini mesti pergi ama bonyok (bokap-nyokap, red), ini kan hari Minggu, nggak bisa ditawar lagi Yoan.."
"Kata kamu kamu mau kapan aja ama aku.."
"Besok deh Yoan, janjii.. besok abis ujian Metper jam 9:00 pagi kan beresnya? Abis itu Siska ke kost kamu deh, sampe sore.. OK? OK? Please Yoan.. pleasee..!"
"Besok ya bener, abis pulang ujian, jangan sampe telat, awas!" ancam Yoan.
"Iya, bener kok," jawab Siska sambil tersenyum senang tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Yoan masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan menang dan berkuasa, tak disangkanya Siska bisa masuk ke dalam genggamannya. Ia memang dari awal kuliah bersahabat dengan Siska. Sifat Yoan yang tomboy dan Siska yang manja membuat mereka berdua sangat cocok. Siska sering curhat ke Yoan tentang cowok-cowok yang mendekatinya. Siska benar-benar polos tentang semua masalah cowok karena orang tuanya yang sangat ketat dengan masalah pacaran. Orang tua Siska hanya mengijinkan Siska berteman dengan cewek dan bukan cowok. Sementara itu kepolosan dan kebaikan Siska membuat Yoan merasa sangat berkuasa. Sifatnya yang dari dulu tomboy membuat Yoan menjadi ingin memiliki Siska secara keseluruhan termasuk dalam hal seks. Yoan dari SMA sudah disekolahkan di sekolah khusus perempuan dan tinggal di asrama. Di sana ia mengenal dunia lesbian, walaupun tidak menyeluruh. Tapi ia sudah mengenal pelampiasan nafsu seksual dengan sesama jenis sejak di asrama, di mana ia membantu temannya masturbasi dengan tangannya, dan juga oral seks.
Pada kelas tiga SMA, Yoan berpacaran dengan anak luar sekolah dan berhubungan seks dengannya. Hubungan seks dengan lawan jenis juga disukai Yoan, ia menikmatinya seperti saat ia menikmati telanjang dengan sesama jenis dan saling meraba. Bedanya dengan lawan jenis adalah ia berada di bagian yang lemah dan tidak berkuasa, sedangkan dengan sesama perempuan ia menjadi yang berkuasa dan bisa melakukan semua yang diinginkannya.
Setelah ia lulus SMA dan kuliah di Bandung, ia tidak menemukan sesama perempuan untuk memenuhi hasratnya, sampai semester 1 berakhir. Ia berkenalan dengan Siska ketika mereka mendapat tugas kelompok untuk dikerjakan bersama. Kebetulan mereka duduk bersebelahan dan Siska mengajak Yoan menjadi anggota kelompoknya, dan Yoan pun tidak menolaknya. Yoan kemudian memperhatikan bahwa Siska adalah perempuan yang benar-benar sesuai dengan seleranya, lemah, polos dan penurut. Fisik Siska pun juga sangat menarik dan banyak cowok yang mengejarnya, namun ditolaknya semua karena otaknya sudah terdoktrinasi oleh kedua orang tuanya tentang bagaimana bahayanya lelaki jaman sekarang, yang mana sangat menguntungkan bagi Yoan.
Tinggi Siska kira-kira 162 cm dengan berat badan 55 kg. Ia terkesan agak bongsor tetapi sangat manis bila dilihat. Pantatnya besar dan menggemaskan, dan payudaranya juga montok dan merangsang birahi orang yang melihatnya. Rambutnya panjang dan modis, dengan wajah yang polos dan sangat manis bila tersenyum. Kulitnya putih mulus dengan bulu-bulu halus di punggung tangannya.
Sementara Yoan bertubuh langsing, dengan tinggi 160 cm dan berat 48 kg, dengan rambut hitam seleher dan kulit agak hitam. Pantat dan payudaranya terlihat kencang dan terlatih berkat aerobik yang rutin dilakukannya, walaupun lengannya terlihat terlalu besar untuk wanita seukurannya. Ia juga adalah cewek yang sangat kuat dan atletis. Tidak ada yang mampu menandingi staminanya dalam kegiatan olahraga yang diadakan kampus.
Pada awalnya sebenarnya ia merasa Siska itu terlalu alim dan polos untuk diajak berlanjut ke hubungan lesbian, apalagi Siska dan keluarganya sangat aktif di salah satu kegiatan rohani di Bandung. Tapi kemudian semuanya mulai menjadi jelas ketika Siska sering curhat bahwa ia beberapa kali masturbasi, dan kurang mengerti bagaimana mencapai klimaks. Ia pun juga tidak pernah melihat film-film XX yang memaparkan hubungan seks secara detail. Akhirnya Yoan berhasil mempengaruhinya bahwa ia bisa membantunya mencapai klimaks yang sangat dalam dan memuaskan, setelah meyakinkannya berkali-kali bahwa hal itu tanpa resiko penyakit dan kehamilan, dan tidak terlalu berdosa, juga dengan banyak penjelasan yang merangsang tentang bagaimana indah dan menyehatkannya klimaks yang hebat itu, dan juga menyegarkan pikiran serta melancarkan aliran darah. Akhirnya terjadi juga pada hari Minggu sore itu. Yoan tak akan pernah melupakannya, Minggu sore 13 Mei 2001, di ruang tamu rumah Siska, Siska akhirnya bersedia mencobanya. Walaupun Yoan masih belum puas menikmati selangkangan Siska hari itu, ia masih cukup membayangkan ia akan menikmati Siska lagi esok hari, di kost-nya yang sepi, sepanjang sore. Dan saat itu, ia pasti sudah menyiapkan segalanya demi kepuasannya, dan untuk menundukkan Siska pada perintahnya, untuk selama-lamanya.
Yoan lalu melucuti pakaiannya sampai ia telanjang bulat, lalu mulai menyiapkan segala sesuatunya buat esok hari di dalam kamarnya dengan selengkap-lengkapnya, kemudian setelah itu ia melakukan push-up dan angkat barbel untuk kekuatannya, dan bermasturbasi dengan gila-gilaan sebanyak tiga kali dengan bayangan Siska yang memohon-mohon belas kasihan padanya besok, sampai akhirnya ia tidur kelelahan di ranjangnya.
Yoan mengintip dari jendela kamarnya ketika ia mendengar suara mobil memasuki halaman parkir kost-nya. Dilihatnya Suzuki Esteem warna abu-abu tua milik Siska sudah datang. Yoan segera berlari turun untuk membukakan pintu. Di depan pintu sudah ada Siska menunggunya. Ia kelihatan cantik sekali pagi ini, dengan rambutnya yang ditimpa matahari sehingga menjadi berwarna kemerahan, dan kaos ketat hijau kesayangannya serta celana jeans warna biru tua yang kemarin dipakainya. Yoan hanya mengenakan daster merah yang tipis tanpa mengenakan apa-apa lagi di dalamnya, dan ia dapat merasakan bahwa selangkangannya mulai lengket.
"Kamu keliatan cakep banget hari ini, Sis!" kata Yoan sambil menyuruh Siska masuk dan mengunci dobel pintu depannya. Ia tak ingin diganggu siapa pun hari ini, termasuk teman kost-nya.
"Thanks.. dan kamu vulgar banget hari ini, Yo.." kata Siska sambil melihat tubuh Yoan yang menerawang di balik dasternya.
"Kost kamu sepi hari ini?"
"Iya, Monik dan Rini lagi KP di Bali, Stanley ujian sampe malam dan langsung nginep di rumah temennya, trus Yaya lagi nginep di kost cowoknya, misalnya balik kost juga pasti cuman bentar," kata Yoan sambil naik ke kamarnya dengan diikuti Siska.
"Berarti di kost cuman kamu doang seharian ini?"
"Yoi," jawab Yoan ringan.
Bersambung . . . .