Orgasme dengan bertukar pasangan - 1

Peristiwa Pertama

Kami telah melalui perkawinan yang sangat bahagia sepanjang lebih dari 25 tahun. Pada usiaku yang ke-55 tahun dan istriku yang ke-47 tahun kami masih sangat bergairah dalam hal hubungan seksual. Dan yang lebih penting lagi adalah kami sangat terbuka dalam soal ini.

Tetapi keterbukaan istriku beberapa hari terakhir ini cukup mengejutkanku. Dengan sedikit terbata dan mengharap aku dapat berlapang dada dan memahami masalah yang ada padanya, dia sampaikan padaku bahwa selama ini dia sulit meraih kepuasan seks secara total dariku.

Dengan terus terang selama perkawinan kami yang lebih fari 25 tahun itu dia baru 2 kali mendapatkan orgasmenya. Yang pertama pada malam pertama, dan yang kedua pada malam kedua. Hal itu dimungkinkan karena pada waktu itu baginya hubungan seks masih merupakan peristiwa luar biasa, yang mampu memberikan sensasi erotik yang luar biasa pula hingga birahinya terpacu. Dan akibatnya saraf-saraf dalam vaginanya menjadi sangat peka rangsangan yang akhirnya mudah sekali tercapainya kepuasan puncaknya yaitu orgasmenya itu.

Pada malam-malam berikutnya istriku mengalami kesulitan. Sensasi semacam itu tak lagi kunjung hadir. Sementara dia merasa bahwa nafsu birahinya tetap menyala-nyala. Keinginan bersebadan denganku tak pernah padam. Tetapi dia merasa bahwa kemaluanku tak lagi bisa memberikan apa yang dia harapkan. Dia bilang vaginanya terlampau sulit dirangsang oleh kontolku. Dia juga nggak tahu, apakah hal itu disebabkan kemaluanku itu kurang besar. Dan itu mestinya tidak. Dia tahu bahwa ukuran kontolku adalah ukuran normal rata-rata orang kita, dia bilang. Panjang 15 cm dengan diameter 3 cm ukuran kontolku itu sudah lebih dari cukup. Tetapi rasanya vaginanya menuntut jauh lebih gede lagi. Dan untuk itu dia telah berusaha untuk mencari jalan keluar. Dia minum jamu (sari rapet), makan lalapan sunda, konsultasi dengan teman-teman dekatnya yang ternyata tidak juga membuahkan hasil.

Sesungguhnya dia sendiri cukup menderita dengan kenyataan yang ada itu. Sementara kerinduan orgasmenya tetap menggebu, khususnya apabila dia mengingat betapa nikmatnya orgasme yang pernah dia raih pada malam pertama dan kedua perkawinannya denganku.

Mendengar itu aku juga keheranan. Jadi apabila selama ini dalam bersebadan denganku dia menampakkan seakan-akan dia orgasme dan puas itu hanyalah berpura-pura agar aku tidak kecewa. Istriku ingin aku tidak mengetahui keadaan sesungguhnya. Karena cintanya yang setulus-tulusnya padaku tidak ingin membuat aku terluka.

Dari sisi lain dengan terus terang dia utarakan bahwa selama ini dia selalu mendambakan kontol lelaki yang gede, kuat dan panjang. Bahkan dia sebutkan mungkin minimal 18 cm panjangnya dengan garis tengah 4 s/d 5 cm (1,5 s/d 2 inchi). Dia bilang selama ini kalau toh dia meraih orgasmenya terutama dikarenakan fantasinya yang telah dia bangun selama bertahun-tahun. Saat aku menyetubuhinya, dia selalu membayangkan kontol segede yang dia sebutkan tadi.

Setiap dia membayangkan kontol seukuran itu, tak ayal lagi sensasi erotisnya langsung menyala-nyala. Dan pada saat seperti itu dialah yang justru mengambil prakarsa untuk mengajakku ke ranjang. Sepanjang fantasinya itu masih bertengger dalam benaknya dia menyambut sepenuhnya dengan bersemangat penetrasi kontolku. Tetapi hal demikian tak selalu bisa dia pertahankan. Bisa saja ditengah-tengah persanggamaan itu begitu saja lenyap. Dan hal demikian itu sering terjadi, khususnya dalam masa 5 tahun terakhir ini, dimana aku sebagai suaminya pun semangat bersanggama telah menurun, mungkin disebabkan usiaku.

Mendengar keterus terangannya tadi, pada awalnya aku memang sulit menerima kenyataan itu. Perasan dan pikiranku jadi kacau. Rasa kecewa, marah dan cemburu berbaur jadi satu. Aku sempat tidak menegornya selama 3 hari. Aku nggak habis pikir, kenapa istriku ini tega merusak apa yang telah dengan sangat baiknya kami bina bersama selama lebih dari 25 tahun ini.

Selama 3 hari aku diam, ternyata istriku tidak menampakkan penyesalannya atas apa yang dia sampaikan padaku. Dia nampaknya tidak bergeming atas apa yang telah dia bicarakan. Mungkin dia telah benar-benar berlaku jujur dan terbuka. Mungkin dia meyakini bahwa keinginan dan dambaannya terhadap lelaki dengan kontol gede yang dia miliki itu adalah dorongan alami, dari jauh di lubuk hatinya yang dia tak mampu menghindarinya walaupun sudah mengusahakannya. Dan apabila tidak terpenuhi akan menjadi penyakit, akan membuat seseorang mudah marah atau emosional dan terganggu kesimbangan mentalnya. Dengan kata lain hal tersebut justru demi kesehatannya, yang berarti kesehatan kami bersama. Dan akhirnya, pelan-pelan aku bisa memahaminya. Bahkan aku juga memutuskan untuk membantunya.

Perubahan sikapku itu terjadi saat aku mencoba melakukan pendekatan analitik, yang secara sederhana menyiratkan bahwa, apabila kamu merasa sakit dan tertekan, carilah kenikmatannya. Dan itu telah kudapatkan. Aku akan berusaha menikmati apa yang akan terjadi. Aku mencoba membayangkan, kalau kontol gede terasa nikmat bagi seseorang yang dicintai, pasti akan terasa nikmat juga bagi diri sendiri. Dan aku sendiri, kuakui bahwa aku juga ada kecenderungan biseks. Diam-diam aku juga tertarik pada sesama jenis. Dan pada usia saya sekarang ini, dimana urusan etika dan pergaulan tidak lagi menjadi begitu rumit dikarenakan kepentinganku dalam pergaulan umum, biarlah, mengalirlah sebagaimana yang seharusnya. Pokoknya, bersenang-senang sajalah.

Saat aku sampaikan sikap dan pandanganku itu padanya, serta merta dia sangat gembira dan berterima kasih atas pengertianku dengan tanpa lupa, sekali lagi dia mohon padaku untuk rela memahami keinginannya dengan lapang dada. 'Rela ya mas..', dia membisik,
'Rela kok, dan aku siap membantumu..'.
Legaa.. Aku lega dan istriku juga lega. Dan aku membayangkan kenikmatan yang juga akan raih. Secara pelan tanganku meraba selangkanganku, kontolku ngaceng.
'Ma, aku cari koran dulu ya'. Seingatku pernah baca di rubrik iklan koran ibu kota, para pria yang siap membantu wanita atau istri-istri untuk meraih kepuasan di tempat tidur. Bahkan mereka menyebutkan juga ukuran vitalnya, di samping usia, tinggi dan berat badannya.

Kudapatkan. Ternyata rubrik iklan di koran yang aku maksud terpampang banyak sekali pilihan. Hebat ibu kota ini, apapun ada dan tersedia, instant. Aku beli selembar untuk kubawa pulang. Pada istriku kutunjukkan iklan itu. 'Pilih ma, yang mana, nanti aku urus. Perhatikan ke-amanan, saya suka dengar ada pemerasan atau kekerasan dalam hal-hal begini'.

Setelah membolak-balik iklan tersebut, menimbang sana-sini, ternyata istriku belum juga menjatuhkan pilihan. 'Aku nggak tahu mas, yang mana. Khususnya yang menyangkut keamanan sebagaimana yang Mas ingatkan tadi'. Akhirnya berdua kami menyimak iklan-iklan itu. Aku baca, ada yang menawarkan anak-anak mahasiswa, harap hubungi HP no 0815xx atau pemuda Arab, 22 cm, penuh bulu, HP no 08126xx. Kemudian yang lain lagi, panti pijat untuk pria dan wanita (suami-istri) menyediakan pemijat pria, ganteng, macho, alat vitalnya basar dan panjang. Datanglah ke Jl. Anu no.xx, Jakarta Barat. Yang lain lagi, panti pijat untuk pria dan wanita, di kawasan Menteng, melayani panggilan 24 jam.. dst.

Memang membingungkan juga. Semuanya informasi yang sangat merangsang libido. Kuperhatikan istriku nampak menahan nafas. Aku bersimpati padanya. Kuraih tangannya dan kubisikkan, 'Sabar ma.. pasti ada yang cocok. Khan nggak buru-buru, paling cepet khan nanti akhir bulan dengan sedikit uang di tangan'. Iyaa sihh.., demikian kira-kira jawaban istriku atas pikiran yang kulontarkan.

Besoknya ada penjual koran lewat. Kubeli koran ibu kota yang sama selembar. Kubuka kembali ruang iklan rubrik panti pijat. Aku teliti satu-satu. Ah.. akhirnya kudapatkan kemungkinan yang terbaik dalam 2 pilihan. Kusodorkan 2 iklan tersebut ke istriku sesudah kutandai dengan stabilo kuning.
'Rasanya ini aman deh ma', aku memberikan referensi. Istriku mengangguk angguk.
'Lagian nggak deket rumah ya mas. Takut ada tetangga atau teman yang tahu'.
Rupanya pilihan akhirnya sudah dijatuhkan. Kami akan menginap disebuah hotel bintang 2 yang cukup dikenal di Jakarta di daerah Menteng. Disitu terdapat jasa panti pijat untuk pria dan wanita. Istriku bilang kami nginap saja disitu. Ambil 2 kamar dengan connecting door. Nanti Mas lihat dulu panti pijatnya.
'Mas lah yang pilihkan. Khan..', dia nggak teruskan omongannya,..
'Yaa.. aku ngertii..', aku mendukungnya.

O ya, pembaca, ada yang aneh terjadi pada diriku. Tiba-tiba aku ikut menggebu dalam hal ini. Saat aku membayangkan bagaimana nanti istriku dalam menerima kenikmatannya mendesah, merintih bahkan mungkin berteriak histeris. Aku bayangkan bagaimana dia mengelusi kontol gede lelaki panggilannya itu, kemudian mungkin menciuminya atau bahkan mengulumnya, suatu hal yang tak pernah dia lakukan padaku. Aku menjadi ikut terangsang. Aku bahkan membayangkan terlalu jauh.., bagaimana kalau aku menyaksikan semua itu.. Kontolku jadi ngaceng. Tetapi secepatnya aku tepis. Aku nggak akan mengganggu istriku, kecuali kalau dia minta karena merasa takut atau khawatir. Ahh.. bagaimana nantinya lah.

Sebelum waktunya tiba, aku sempat melakukan survey. Aku mengunjungi tempat itu. Panti pijat itu terletak di basement hotel. Bersih, apik. Koleksi pemijatnya ada pria ada wanita. Gagah-gagah dan cantik-cantik. Pada petugas resepsionisnya aku tanya, mana di antara pemijat prianya yang memiliki "bazooka" yang gede panjang. Dia bilang disini rata-rata memang gede dan panjang pak, karena para langganan maunya yang begitu juga. Bapak pilih saja, yang mana, nanti kami antarkan ke kamar bapak.

Hebat pelayanannya. Kemudian ia menunjukkan album foto,
'Nih pak, disini ada semua'.
'Boleh pinjam foto ini?', tanyaku. Kalau bapak nginap disini boleh, nanti saya antar.
Istriku berbunga-bunga saat informasi tersebut aku sampaikan padanya. Kemudian kami menentukan hari dan tanggalnya. Selanjutnya aku yang mengatur.

Ke bagian 2