Pionir - 2

Dihadapanku kini terlihat seorang gadis kecil yang cantik dengan rambut sebahu tersenyum malu-malu padaku dengan lesung pipit yang indah, bibir yang tipis, kulit yang putih bersih, payudara yang belum tumbuh besar tetapi sangat sexy, betis dan paha yang indah serta bagian surganya yang paling misterius kerana masih tertutup oleh celana dalam pinknya yang tipis itu sehingga secara samar aku bisa melihat belahan kemaluannya yang putih bersih dan sangat feminin itu.
"Sonya, kamu cantik sekali malam ini sayang" kataku.
Ia hanya tersenyum malu dan agak menunduk.
"Apakah kamu pernah melakukan hubungan seperti di film yang kamu liat sebelum ini sayang?" tanyaku.
Sonya menggeleng.
"Waah.. gadis ini benar-benar masih murni, belum mengenal seks sama sekali" pikirku.

Setelah juga melepas baju serta celanaku dan hanya menyisakan celana dalamku aku berkata padanya, "Sonya, sekarang Sonya tenang dan nikmati pelajaran "os" yang akan abang berikan dan kalau Sonya merasa mau pipis, pipiskan saja jangan ditahan-tahan, mengerti cantik?" tanyaku sambil membelai lembut pipinya.
"Hmmh, mengerti bang!" jawabnya dengan napas yang sudah mulai memburu.

Inilah yang paling aku sukai, berhubungan seks dengan seorang gadis yang masih muda, murni belum tersentuh oleh siapapun dan tentunya kemaluannya yang masih "bersih" sama sekali belum ditumbuhi bulu membuatku sangat bergairah. Aku segera menciumi daun telinga kirinya, memainkan lidahku menggelitiki lubang kupingnya sambil tanganku mengusap lembut perutnya lalu perlahan naik ke arah payudaranya.

Sonya merasa geli sehingga ia agak menjauhkan kepalanya agar daun telinganya terlepas dari sedotan dan jilatan lembutku. Ciumanku kemudian bergerak ke arah pipi kirinya, dagunya, lehernya yang jenjang kemudian naik ke bibirnya yang tipis menggemaskan. Kusentuh bibirnya yang masih menutup itu dengan bibirku, lidahku bermain-main mengikuti belahan horizontal bibirnya yang sedikit demi sedikit semakin membuka. Perlahan lidahku merayap ke dalam mulutnya dan Sonya pun megerti apa yang kuinginkan, ia segera menghisap lidahku sehingga membuat kami bisa saling mempertautkan lidah. Kadang kusedot lidahnya ke mulutku bergantian dan bisa kurasakan hangat nafas gadis kecil cantik ini menerpa wajahku yang membuat burungku berdiri tegang sekali di balik celana dalamku.

Kedua tangan Sonya memegang kepalaku seakan tak mau mengakhiri ciuman indah ini, sementara tangan kananku mulai mengusap-usap paha kanan dalam yang putih mulus milik Sonya itu. Lidahku yang sedang dihisap kutarik ke atas secara perlahan hingga terpisah dari mulut Sonya dengan masih tetap kujulurkan, Terlihat Sonya mengejar lidahku dengan menaikkan kepalanya, dan ketika lidahku mulai tersentuh oleh bibirnya, kembali kutarik ke atas hingga terlepas lagi dan akhirnya Sonya pun menyerah dan merebahkan kembali kepalanya. Aku tersenyum melihat dirinya yang sudah mulai bangkit gairah birahinya. Selepas itu aku segera menciumi, menjilati kembali lehernya lalu turun ke dadanya. Terasa detak jantung gadis kecil ini berdebar cepat ketika aku memainkan lidahku di puting payudara kirinya yang masih belum tumbuh sempurna, tetapi sangat kusukai itu. "Sssh.. aah.. g.. geli baang! E.. enak!" desahnya.

Beberapa kali aku menghisap dan menjilati sepasang payudara "rata" tetapi sangat sexy milik gadis kecil cantik ini. Setelah puas dengan payudaranya, ciuman dan jilatan lidahku pun turun ke arah perutnya dan bermain-main di sekitar pusarnya. Tanganku yang mengusapi bagian paha dalamnya, kali ini mulai menyentuh bagian kemaluannya yang masih tertutup celana dalam pink itu. Ketika menyentuh bagian vaginanya, kurasakan tubuh Sonya agak tersentak sedikit tapi kurasakan juga bahwa kain celana dalamnya sudah basah yang berarti dia sudah terangsang hebat.

Mengetahui hal itu aku segera menggigit karet celana dalam pinknya itu dan menariknya ke bawah dengan perlahan. Kedua tanganku menopang pinggul Sonya agar Celana dalam itu bisa kulepaskan dengan mulutku. Perlahan tapi pasti, celana dalam pink itu pun bisa bergeser terbuka dan semakin ke bawah, mulai terlihat belahan vertikal dari daerah yang paling rahasia dan paling feminin bagi seorang gadis. Sementara menarik celana dalam itu dengan mulutku, aku menyentuhkan ujung hidungku dengan lembut menyusuri daerah belahan vertikal yang masih gundul itu turun-naik. Hal itu membuat Sonya agak merapatkan kedua pahanya.

Kali ini aku sangat menikmati harum alami semerbak kemaluan seorang gadis perawan kecil cantik ini dan setelah kulepas celana dalamnya, segera kubuka lebar kedua paha Sonya sementara kedua tanganku berada di bawahnya. Tangan kiriku yang melingkari paha kirinya dari bawah kuarahkan ke pangkal pahanya agar dapat membuka bibir vagina Sonya sementara tangan kananku memainkan payudara kanannya.

Kini terlihat jelas di hadapanku vagina seorang gadis kecil yang berwarna merah muda, lalu dengan klitoris sebesar biji kacang hijau dan lubang vagina kecilnya yang basah dan terlihat mengeluarkan cairan bening. Tidak kusia-siakan kesempatan emas untuk merasakan seorang gadis perawan, segera kuarahkan mulutku ke lubang vaginanya yang hangat dan basah untuk kujilati, kuhisap lalu kutelan seluruh cairan kenikmatannya, "srruup.. sruup.. srrup!" Terdengar suara rintihan Sonya!

"Aaah.. e.. enak.. aah.. abanghh!" bersamaan dengan rintihan itu kurasakan Sonya menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dengan keras tanda ia benar-benar menikmati permainanku. Walau kepalaku terjepit aku tetap meneruskan permainanku kemudian hisapanku kuarahkan ke "kacang kecilnya" yang kini seolah - olah berdiri menantang, sambil menghisap lidahku juga sibuk "mengelus" klitorisnya.

Hal ini membuat Sonya menggelinjang-gelinjang tak terkontrol sehingga terkadang hisapanku jadi agak mengendor. Aku segera menahan goyang pinggul Sonya yang seksi itu agar permainan jilatan dan hisapan intensku bisa lebih dirasakannya. Setelah goyangan pinggul Sonya berhasil kuredam, kudengar ia mendesah keras, "Baang.. geli bangeet.. Sonya ngga kuat, rasanya mau pipiis!" mendengar itu kuarahkan kembali hisapanku ke lubang vaginanya sementara jari jempol kiriku tetap memainkan klitorisnya agar rangsangan terhadap Sonya tetap konstan sementara Sonya dengan kedua tangannya menekan kepalaku agar tidak terlepas dari kemaluannya dan.. "A.. aah.. aah.. S.. Sonya pi.. pipis baanghh..!"

Dapat kurasakan cairan hangat yang keluar dari lubang vagina Sonya banyak sekali dan hal ini juga membuat aku terangsang hebat. Kurasakan beberapa kali tubuh Sonya tersentak-sentak karena mengalami orgasme hebat. Orgasme hebat Sonya ditandai dengan banyaknya cairan kenikmatannya yang keluar langsung menuju mulutku, aku sangat menyukai dan menikmatinya.

Aku, yang juga terangsang hebat, mencoba sekuat tenaga untuk bertahan agar tidak ikut "pipis" sekarang karena ini bukan saat yang tepat. Setelah aku rasakan jepitan kedua paha Sonya sudah mulai merenggang dan tangannya juga sudah terlepas dari kepalaku, aku segera membuka celana dalamku yang juga sudah agak basah, berlutut dengan dada Sonya berada dia tengah kedua lututku, kemudian kuraih tangan kanan Sonya yang walau terlihat lelah tapi juga terkejut melihat tingkahku lalu dengan bantuan tanganku kubuat tangan Sonya mengocok burungku yang sudah sangat tegang sekali.

"Aaah.. Sonya.. kamu cantik sekali!" erangku sambil semakin cepat menggerakkan tangan Sonya untuk mengocok burungku. "Aaah.. a.. aah.. crroot.. croot.. crroot"
Akhirnya spermaku pun muncrat dan sebagian mengenai wajah dan bibir Sonya dan sebagian lain jatuh di dadanya. "Aaah" desahku puas.
Aku pun lalu merebahkan diri di sampingnya dan kulihat Sonya saat itu sedang dengan perlahan mencoba mengeluarkan lidahnya untuk merasakan nikmatnya spermaku.
"Emmh.. Bang, kok agak asin ya rasanya?" tanya Sonya.
"Tapi Sonya suka kan? Mau ngga ngerasain langsung dari burung abang seperti yang di film?" tanyaku.

Ia hanya tersenyum.
"Ah, mungkin lain kali ya sayang, soalnya abang lihat kamu sudah lelah sekarang" kataku yang lagipula aku memang tidak ingin memaksanya karena aku sangat menyayangi gadis kecil cantik ini, nanti kalau dia sudah siap dan memintanya baru aku beri. Setelah selama beberapa saat kupeluk dan kubelai dirinya aku segera turun dari tempat tidurku lalu mengambil tissue untuk membersihkan badan Sonya yang terciprat oleh spermaku. Setelah badannya bersih kubantu Sonya untuk berpakaian kembali dan sebelum menggendong ke kamarnya aku bertanya,"Bagaimana Sonya sayang, apa Sonya suka dengan pelajaran "os" tadi?" Ia mengangguk sambil tersenyum terlihat rona mukanya yang cantik itu sedikit memerah.
"Bagaimana rasanya sayang, sakit nggak?" tanyaku lagi.
"Emmh.. enggak kok bang, malahan terasa enak sekali, tapi yang paling enak waktu Sonya pipis, maaf ya Bang abis Sonya udah nggak tahan" jawabnya jujur.
"Ooh, ngga pa pa kok, justru abang pengen nyobain pipisnya Sonya, agak asin gurih rasanya tapi enak sekali buat abang, abang sampe jadi pengen lagi nih!" kataku menggodanya sambil memperagakan seolah lidahku sedang menjilati kemaluannya.

Mendengar jawabanku dan melihat tingkahku, kulihat ia tersenyum malu sambil sedikit menunduk.
"Nah, sekarang abang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan Sonya tentang kenapa abang perlihatkan filmnya yang main seks cewek sama cewek" kataku.
"Oh iya, kenapa tuh bang?" tanya Sonya antusias.
"Sonya sekarang sudah tau bagaimana enaknya di kasih "os" sama abang tapi mungkin suatu saat abang tidak akan ada di sini bareng keluarga Sonya terus karena abang mungkin tidak lama lagi harus pisah dengan Sonya dan Tia. Kalau abang tidak ada dan Sonya pengen minta "os" kan jadi susah, iya kan?" tanyaku.
"Iya bang, apa lagi ngga boleh ada yang tau selain abang!" jawab Sonya.
"Betul, apalagi Sonya ngga boleh minta tolong sama laki-laki siapapun dia kecuali kalau dia sudah menikahi Sonya ingat kan Sonya?" tanyaku kembali.
"Iya bang, Sonya ngga mau disakitin kayak lalu ditinggalin kayak di film itu!" Sonya menjawab dengan semangat.
"Karena itulah sekarang abang mau minta ijin Sonya supaya abang juga boleh ngajarin main seks ke Tia supaya nanti kalau abang udah ngga ada Sonya bisa minta tolong sama Tia, lagipula abang yakin kalau Tia juga pasti suka di kasih "os" seperti Sonya" bujukku.
"Sama Tia, bang?" tanya Sonya terkejut.
"Iya kalau Tia sudah pandai main seks kaya Sonya sekarang, Sonya ngga akan repot cari orang yang bisa tolong Sonya, Iya kan cantik?" aku ingin melihat reaksinya.

Ia terdiam sejenak lalu berkata, "kalau begitu Tia juga harus jaga rahasia nanti ya bang?"tanya Sonya.
"Iya dong sayang, gimana, setuju ngga?"
"setuju deh bang!" jawab Sonya.
"Naah, begitu dong cantik!" jawabku gembira.
"Oh ini satu lagi jawaban pertanyaan Sonya" aku menambahkan.
"Apa tuh bang?" tanya Sonya.
"kalau nanti Sonya dan Tia sudah main seks bersama itu dinamakan incest" jelasku.
"maksudnya?" tanya Sonya.
"Maksudnya hubungan seks antara Sonya kakaknya Tia dengan Tia adiknya Sonya atau keluarga sedarah begitu, mengerti kan?" tanyaku.
"Iya bang, Sonya ngerti sekarang!" jawabnya.

Sambil tersenyum, kugendong Sonya dan kubawa ke kamarnya untuk istirahat.
Setibanya di kamar Sonya, sebelum kurebahkan dia di tempat tidurnya, aku kembali bertanya padanya untuk menegaskan, "Sonya, sebelum tidur abang minta Sonya untuk selalu mengingat dan menepati janji Sonya ya!"
Kulihat ia tersenyum dan berkata, "Iya Bang Sonya janji soalnya kan Sonya sayaang sama papa mama!"
Aku tersenyum senang, "Abang percaya sama Sonya"

Ia pun tersenyum dan menjulurkan lidahnya yang maksudnya untuk mengikat janji kami. Sambil tersenyum aku pun menjulurkan lidahku dan mempertautkan lidahku dengannya. Ciuman hangat itu mengakhiri pelajaran yang kuberikan padanya hari itu.Keesokan harinya, aku masih sempat mengabulkan permintaan Sonya dengan memberinya "os" sore itu sebelum kedua orang tua Sonya pulang malam harinya. Aku juga sudah berjanji pada diri sendiri dan dengan sekuat tenaga berusaha untuk selalu menepatinya, untuk tidak memasukkan burungku ke vagina Sonya ataupun Tia supaya tidak merusak keperawanan maupun masa depan gadis-gadis muda cantikku ini.

Awalnya aku sempat gelisah kalau-kalau orang tuanya mengetahui hubungan kami tetapi ternyata Sonya benar-benar menepati janjinya. Sonya juga bahkan sudah mulai mendekati adiknya Tia dan memberitahunya untuk belajar "sesuatu" dariku tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Mungkin pada kisah selanjutnya aku bisa berkesempatan untuk menceritakan bagaimana indahnya hubunganku dengan kedua gadis kecil kakak beradik yang cantik itu.

TAMAT