Tugas luar - 2

Karena kunci pintu inilah akhirnya peristiwa ini terjadi. Rupanya saat aku masuk ke kamar tadi aku lupa mencabut kembali kunci pintunya, aku langsung saja masuk dan menutup pintu sehingga anak kunci tetap tergantung di luar tanpa kusadari. Di dalam kamar aku langsung menanggalkan rok miniku dan duduk di tempat tidur. Kurebahkan badanku sambil kakiku tetap terjulur ke lantai hingga posisi pahaku agak terbuka dan gundukan daging di pangkal selangkanganku jadi lebih menantang ke depan posisinya.

Mungkin karena perjalanan yang cukup melelahkan tadi ditambah tadi malam aku kurang tidur, maka aku sempat tertidur pulas dalam posisi seperti tadi. Saat aku tidur Heru rupanya mendatangi kamarku. Saat diketuk-ketuknya pintu kamarku dan tidak ada jawaban, namun melihat anak kunci tetap tergantung di luar kamarku membuat Heru penasaran dan mencoba membuka pintu kamarku. Heru cukup terkesima melihat pemandangan di hadapannya, seakan hampir tidak percaya apa yang sedang terlihat.

Dicabutnya anak kunci yang tergantung di luar kamar tadi dan dikuncinya pintu kamar dari dalam. Kini Heru sudah berada dalam kamarku, sementara aku sedang tidur pulas dalam posisi yang cukup merangsang semua lelaki yang melihatnya. Entah berapa lama Heru memandangi lekuk tubuhku juga bagian selangkanganku yang praktis tanpa penutup lagi itu, karena CD model G String yang kukenakan praktis bukan sebagai penutup yang sebenarnya dikarenakan bentuknya yang mini itu tadi, sehingga setiap bagian selangkanganku bisa terlihat dengan jelas sekali oleh Heru, yang kusadari saat aku mulai terbangun karena aku merasakan ada rasa geli merambah daerah pinggiran selangkanganku, rasanya geli dan nikmat, dan ternyata saat aku sadar dan terbangun dari tidurku, aku cukup dikejutkan oleh sosok Heru yang sedang menjilati pangkal pahaku.

"Hey.., Her.., gila kamu!", hardikku tidak sungguh-sungguh.

Heru tidah menjawab. Lidahnya tetap menjelajahi selangkanganku. Mengetahui aku sudah terbangun, kini jilatannya sudah tidak perlu dilakukannya dengan hati-hati lagi. Kedua telapak tangannya memegang kedua lututku dan didorongkannya sedikit ke atas sehingga bukit kemaluanku lebih menungging menghadap ke atas, pahaku lebih dikangkangkannya lagi, posisi pantatku berada di bibir tempat tidur dan posisi Heru berjongkok di lantai sedangkan kepalanya berada di pangkal pahaku dan lidahnya tetap dijulurkan menyapu celah-celah lipatan selangkanganku. Saat itu CD-ku telah basah oleh lendirku sendiri.

Tali ikatan CD-ku di kiri dan kanan pinggang digigit dan ditarik dengan giginya hingga terpampang jelas sudah bentuk dan lekuk vaginaku di hadapan Heru yang wajahnya hanya berjarak sekian centimeter saja dari kemaluanku. Vaginaku mulai dijilatinya, lidahnya menjalar di sepanjang bibir vaginaku, dikorek-korekkannya dengan lidah celah-celah lipatan vaginaku. Lidahnya dijulurkan dan digesekkan naik turun sambil sesekali menari-nari di ujung klitorisku. Aku hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas-remas buah dadaku sendiri dengan penuh nafsu, dan nyatanya nafsuku memang sudah memuncak sekali.

Cairan lendir yang keluar dari liang vaginaku semakin deras. Heru dengan lahap menghisapnya tanpa merasa jijik. Bibirnya terus mencium dan melumat habis bibir vaginaku. Dapat kurasakan hisapan mulutnya yang kuat menghisap liang vaginaku, lidahnya menjulur masuk ke dalam liang vaginaku dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya hingga saking dalamnya mulutnya menekan kemaluanku, hidung Heru yang mancung menempel dan menekan klitorisku. Aku mendapatkan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajahnya dengan sengaja digeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidungnya tetap menempel di klitorisku dan bibirnya tetap mengulum bibir kemaluanku sambil lidahnya terus mengorek liang senggamaku. Aku tak kuasa membendung cairan hangat yang semakin deras mengalir membasahi vaginaku.

"Oocch! Heerr.. Teruu.. Uus! Aku orgasme Her..", suaraku semakin parau saja.

Kugoyangkan pantatku mengikuti irama gesekan wajah Heru yang terbenam di selangkanganku dan aku merasakan cairan kental dari vaginaku menyembur keluar. Kujepit kepala Heru dengan pahaku, badanku menggigil hebat bagaikan orang kejang. Aku menarik nafas panjang sekali, sambil melepas semburan terakhirku yang sejak tadi telah dihisap dan ditelan Heru dengan rakus sekali hingga habis semua cairan yang ada di sekitar kemaluanku.

Heru tetap dengan asyiknya menjilati vaginaku. Dengan lahapnya Heru menelan semua lendirku hingga tanpa tersisa setetes pun. Setelah benar-benar bersih, Heru menaikkan jilatannya ke atas, ke arah perutku. Lidahnya bermain-main di pusarku sambil tangannya melepas T Shirt yang kupakai. Kubantu tangan Heru agar mudah melepaskannya. Merasa bahwa aku memberi lampu hijau, tangan Heru langsung meraba dan meremas kedua buah dadaku, jilatannya juga semakin naik menuju buah dadaku.

Tanpa sepengetahuanku, ternyata saat menjilat kemaluanku tadi, Heru melakukan jilatan sambil menanggalkan seluruh pakaian dan celananya termasuk juga CD yang dia pakai. Piawai sekali dia menanggalkan pakaian tanpa sepengetahuanku, pikirku dalam hati. Jadi saat jilatan Heru merambah naik ke atas tubuhku, dapat kurasakan kulit tubuhnya yang sudah tanpa busana alias bugil tanpa sehelai benang pun menutupi bagian tubuhnya yang tinggi dan ramping ini menyentuh langsung kulit tubuhku.

Jengkal demi jengkal jilatannya semakin naik. Mulut Heru sudah sampai ke dadaku. Kini giliran buah dadaku dijilatinya, mulut Heru seakan ingin menelan habis buah dadaku, jelas ukuran buah dadaku tidak cukup masuk semua ke dalam mulut Heru, namun lidahnya kini menari-nari di ujung puting susuku. Jari tangan kanannya meraba-raba selangkanganku, menggesek-gesek klitorisku hingga vaginaku basah lagi, nafsuku naik kembali. Sementara tangan kiri Heru tetap meremas buah dadaku dan tangan kanannya tetap bergerilya di kemaluanku, bibir Heru kini mencium dan melumat bibirku.

Kubalas lumatan bibir Heru dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Heru menghisap lidahku, secara bergantian Heru juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula, kami berpagutan penuh nafsu. Kini Heru membetulkan posisinya sehingga berada di atasku, batang kemaluannya sudah mengarah ke hadapan liang vaginaku, bagaikan rudal yang sudah siap ditembakkan ke sasarannya. Aku merasakan sentuhan ujung batang kemaluan Heru di belahan vaginaku, kepala batang kemaluannya terasa keras sekali.

Dengan sekali dorongan, kepala penis Heru langsung menusuk liang vaginaku. Ditekannya sedikit kuat sehingga seluruh bagian kepala penisnya terbenam ke dalam liang senggamaku. Walau batang kemaluannya belum sempat masuk, aku merasakan getaran-getaran yang membuat otot vaginaku berdenyut, cairan yang membasahi vaginaku membuat batang kemaluan Heru yang tidak terlalu besar ini mudah sekali masuk ke dalam liang vaginaku hingga dengan sekali dorongan lagi maka batang kemaluan Heru pun masuk ke dalam sarangnya, blee.. ess.. Begitu merasa batang kemaluan Heru sudah memasuki liang senggamaku, kubalik badan Heru dengan posisi sekarang aku berada di atas tubuhnya, kududuki batang kemaluannya yang ternyata cukup panjang itu.

Walau aku tidak mengetahui berapa tepatnya panjang penis Heru karena tadi memang juga tidak sempat melihatnya, namun aku dapat merasakan penis Heru yang masuk ke vaginaku cukup panjang, rasanya seakan menusuk masuk ke dalam mengoyak rahimku. Kugoyangkan pantatku dan kuputar-putarkan, kukocok naik turun hingga batang kemaluan Heru setengahnya keluar masuk bermain di dalam liang vaginaku, tangan Heru masih sempat meremas-remas kedua buah dadaku.

Kini giliran Heru yang tidak tahan lagi dengan permainanku, ini dapat kulihat dari gelengan kepalanya menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan menyembur keluar. Dan ternyata benar juga, Heru memberikan aba-aba padaku bahwa dia akan mengalami orgasme.

"Kita ke.. luar sama-sama.., uuuhh.., aahh..", rintihku sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatku.
"Uuu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!"

Akupun orgasme secara bersamaan dengan Heru, bibir vaginaku mengeluarkan kedutan hingga meremas batang kemaluan Heru yang masih berada dalam liang senggamaku, aku yakin remasan bibir vaginaku tadi membuat sensasi tersendiri bagi batang kemaluan Heru.

Sperma Heru dan lendir vaginaku bercampur menjadi satu membanjiri liang vaginaku. Karena posisiku berada di atas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui batang kemaluan Heru sehingga membasahi selangkangannya, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi. Kami berdua akhirnya terkulai lemas di tempat tidur, posisiku tengkurap di samping Heru yang terkulai telentang memandang langit-langit kamar.

Kami berdua sempat tertidur sebentar, setelah itu kami bersama-sama mandi. Kamar mandi hotel tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan Heru saling bergantian menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian, saling raba, saling remas, namun mengingat kami harus buru-buru menghadiri acara makan bersama, maka kami tidak meneruskan melakukan hubungan badan kembali.

Terus terang sebenarnya saat itu kami sudah sama-sama bernafsu kembali, namun apa boleh buat, terpaksa kami tunda. Selesai mandi, Heru bergegas kembali ke kamarnya yang terletak persis di sebelah kamarku, dan aku pun ikut bergegas mengenakan pakaianku, rok mini yang tadi kupakai. Aku hanya mengganti CD dan T Shirtku saja, T Shirt yang hampir sama dengan yang kupakai tadi saat berangkat dari Surabaya, hanya yang kini kupakai warnanya krem sesuai dengan warna rok miniku.

CD yang kupakai petang ini juga model G String, namun warnanya putih. Setelah merapikan penampilanku, kukenakan blazerku tadi. Sambil memandang wajahku di kaca, kurapikan rambutku, kusemprotkan sedikit parfum di ketiakku kemudian aku keluar kamar yang hampir bersamaan waktunya dengan Heru yang juga keluar dari kamarnya, lalu kami berdua langsung berjalan menuju areal dimana diadakan acara jamuan makan malam tersebut.


Tamat