Widya, a long day at the office - 5

Aku ingin sekali Bramanto melakukan 'legjob' di kakiku. Kuangkat kaki kananku dan kusodorkan tepat di depan wajahnya. Kurasakan dengus nafasnya di ujung kakiku. Tampak Bramanto mengamati kakiku dengan penuh minat dan nafsu. Sejenak dia tampak ragu dangan apa yang akan dilakukannya. Kupikir Bramanto adalah tipe pria Indonesia pada umumnya yang biasa melakukan hubungan sex dengan foreplay yang kurang kreatif. Hanya berorientasi pada pemuasan diri sendiri tanpa memikirkan bahwa wanita ingin mencapai puncak kepuasan melalui semua tahapan kenikmatannya sendiri. Mungkin Bramanto belum pernah menjilati kaki wanita dalam berhubungan namun kali ini adalah permainanku dan dia harus menuruti keinginanku.

Sesaat kemudian dengan perlahan dia mendaratkan bibirnya mengecup punggung kakiku. Aku menarik nafas panjang sambil merasa cairan dalam bibir kewanitaanku kian bertambah. Terasa kini seluruh bagian kakiku dijilatinya dengan penuh nafsu. Rupanya dia baru merasakan nikmatnya mencumbui kaki wanita. Apalagi aku sangat merawat semua bagian tubuhku bahkan sampai ke ujung kaki. Wajar Bramanto berbuat demikian karena mungkin selama ini dia senantiasa berhubungan dengan wanita yang kurang menjaga tubuh sehingga dia enggan atau bahkan tidak pernah berpikir melakukan itu.

Kurasakan sensasi yang nikmat mulai menjalari tubuhku ketika Bramanto mulai menjalari kakiku dengan jilatannya yang kini telah mencapai bagian dalam pahaku. Tanganku bergerak meraih payudaraku sendiri dan mulai aku usapkan tepat di bagian putingku yang terasa mengencang di balik bra. Bramanto masih mencumbui kedua pahaku kepalanya bagaikan terjepit diantara kedua pahaku dan sesaat lagi dia akan segera menyentuh kewanitaanku. Kutdorong kepalanya keluar dari rok-ku lalu kurapatkan kembali kedua belah pahaku. Bramanto menatapku dengan tatapan yang menunjukan ketidak puasannya sepertinya dia protes padaku. Tapi akupun demikian akupun belum mencapai kepuasan yang aku inginkan. Aku memintanya mengeluarkan sapu tangannya lalu kuikatkan di kepalanya menutupi matanya. Lalu kuborgol tangannya dengan borgolnya.

Bramanto protes namun aku jelaskan padanya kalau ini adalah permainanku bukan permainnya. Dia pun menurut dan mengikuti perintahku selanjutnya. Memuaskan dirimu bukan hal yang sulit tapi memuaskan diriku adalah hal yang sulit pikirku. Kulepaskan celana dalamku lalu berdiri agak membungkung membelakanginya sambli tanganku bertumpu di meja kerja di depanku. Bramanto berlutut di belakang badanku dalam keadaan mata tertutup dan tangan di borgol. betul-betul perfect condition bagiku untuk menuntaskan hasratku hari ini. Kupejamkan mataku agar memudahkanku larut dalam fantasi yang sedang kubangun ini. Sejenak aku memejamkan mataku menunggu sentuhan Bramanto.

"Uhh.." tanpa sadar aku mengerang karena sesuatu yang hangat dan basah sedang menjilati tumit kaki kiri-ku. Halus sekali sentuhan itu.. Sentuhan yang berasal dari lidah yang serasa menari-nari dipermukaan kulit tumitku lalu perlahan naik ke betis bagian belakang.

Suasana saat itu sunyi sekali hingga dapat kudengar deru nafasku silih berganti dengan bunyi nafas berat milik lelaki yang sedang berlutut di belakangku sekarang. Terasa kumis Bramanto yang kasar itu menggelitik di sepanjang kakiku. Kurasakan deru nafasnya mendarat di bagian paha dan membuat aku kembali memejamkan mataku dengan perasaan geli dan kenikmatan yang makin 'menyengat'ku. Kepala Bramanto makin naik sehingga aku harus membuka kedua kakiku hingga posisiku sekarang berdiri agak mengangkang. Pantat-ku aku naikan sedikit agar lebih memudahkan Bramanto 'menggapai' bibir kewanitaanku. Kini wajah Bramanto tepat berada di antara belahan pantatku dan lidahnya terasa mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Dengus nafasnya terdengar kian memburu sambil sesekali terdengar dia menarik nafas panjang menghirup aroma kewanitaanku yang tentunya sangat 'keras' tercium dibagian itu.

Terdengar suara agak berdecak ketika Bramanto menghisap bibir luar kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan kenikmatan. Kuperbaiki posisi-ku agar Agar Bramanto lebih leluasa mempermainkan lidahnya disitu. Aku sempat menoleh ke arahnya sehingga tampak hidungnya kembang kempis dangan nafas yang memburu. Kumisnya tampak basah oleh cairan yang barasal dari dalam liang kewanitaanku. Bramanto meleletkan lidah ke arah kumisnya menyapu sisa-sisa cairan kenikmatan yang melekat disitu lalu kembali menghujamkan kepalanya ke bagian kewanitaanku yang basah menanti kenikmatan.

Diriku merinding ketika lidahnya menelusup ke dalam celah kemaluanku lalu bergerak liar didalamnya. Tanganku agak gemetar merasakan nikmat yang dihasilkannya. Kenikmatan yang menerobos jauh ke dalam liang senggamaku hingga membangkitkan sensasi indah di sekujur tubuhku. tiba-tiba Bramanto menarik lidahnya dari kemaluanku dan seketika terasa lidah itu menari-nari di kedua bukit pantatku yang padat berisi.

"Uuh" aku menjerit kaget ketika Bramanto sesekali menggigit gemas pantatku. Aku merasakan wajahku memerah karena gigitan tadi menimbulkan efek unik yang membuat semua bulu romaku merinding.

Sementara itu jemariku makin cepat memainkan kedua puting susuku yang sudah sangat keras merespon tiap stimulasi yang diterimanya. Beberapa kali terasa Bramanto mempermainkan lidahnya di seputar anus-ku Ah dia sepertinya cukup mahir mempergunakan lidahnya. Sesaat kamudian aku merasa seperti ada aliran listrik menjalari setiap jengkal tubuhku ketika Bramanto menempelkan seluruh mulutnya di bibir kewanitaanku dan menyedot klitoris-ku sambil memainkan lidahnya disitu.

"Aaah" aku mulai kehilangan kontrol. Aku mendengar suara rintihan dan lenguhanku tanpa mampu menghentikan kenikmatan yang memaksaku melepaskan gejolak itu.

Lidah Bramanto terasa begitu rakus mempermainkan klistoris-ku. Energi tubuhku seakan habis tersedot olehnya dan kenikmatan yang dihasilkannya kian menguras kesadaraanku. Badanku kini rebah diatas meja kerjaku sementara terasa kakiku gemetaran dalam posisi mengangkang menopang tubuhku.

"AAHH.. Uuu" suara itu keluar dengan berat dari mulutku ketika Bramanto menggigit klitorisku.

Gigitan itu lembut tapi menimbulkan sensasi seperti tadi yang membuatku merasa merinding dan membuat tubuhku berkontraksi.
Menahan kenikmatan yang sejalan dengan keinginan fantasi-ku. Semenit kemudian aku sudah menyerahkan diriku secara total ke dalam kenikmatan yang berawal dari bagian paling sensitif dari tubuhku. Bramanto makin panas dan bernafsu 'menghukumku' dengan menghisap, menjilat, menyedot klitoris-ku. Tiba-tiba aku perasaan yang kualami siang tadi terulang kembali..
perasaan disaat fantasiku yang paling dalam bersatu dan manjadi nyata secara utuh dan total dengan kenikmatan yang secara nyata membakar tiap bagian tubuhku. Aku hanya bisa memejamkan mataku.. Sudah tidak dapat kudengar lagi jeritan dan rintihanku.

Aku telah tenggelam dalam badai kenikmatan yang datang bergelombang dan akhirnya mencapai puncaknya ketika kesadaranku hilang ditelan ribuan kunang-kunang yang terbang memenuhi ruang kantorku. Aku mengejang, kewanitaanku terasa berdenyut seperti ingin menyedot sesuatu yang biasa mengisinya disaat-saat seperti ini. Namun stimulasi tanpa penetrasi pada klitorisku cukup membuatku terhempas lunglai diatas meja kerjaku.

Sekitar satu menit aku memejamkan mataku membiarkan semuanya berlalu sampai benar-benar hilang seiring kembailnya kesadaranku. Masih terasa hangatnya mulut Bramanto menempel di kewanitaanku ketika aku bangkit kembali. Kasihan juga melihatnya begitu. Pasti dia protes karena kenikmatan 'tanggung' yang dialaminya. Kudorong kepalanya hingga mulut dan lidahnya berpisah dari kemaluanku.

Bramanto dengan mata tertutup masih kelihatan menunggu dan berharap aku melanjutkan 'permainanku' ini dengan sesuatu yang diinginkannya seperti penetrasi penis. Akan tetapi akulah yang berkuasa dan mengendalikan permainan ini. Dan bagiku ini telah berakhir aku telah mendapatkan apa yang kuinginkan. Kukenakan kembali bagian-bagian dari busanaku yang berserakan di atas karpet kantorku lalu melepas borgol dan saputangan dari mata Bramanto. Agak keget dia melihatku telah kembali berpakaian lengkap.

"Terima kasih kamu telah membantu aku malam ini" ucapanku terdengar dingin atau bahkan agak kejam begi dia yang berharap ada bagian untuk dirinya melepaskan semua 'ganjalan' yang masih terlihat nyata tercetak di celananya. Ada kekecewaan di matanya namun melihat pergantian karakter dalam diriku dia menyadari kalau saat-saat 'bonus' telah berakhir.

Selanjutnya aku dengan sikap dingin memintanya agar merahasiakan kejadian malam ini dengan mengingatkan padanya apabila dia bercerita tentang hal ini pada orang lain maka akan membahayakan buat kelangsungan pekerjaannya di kantor ini. Selain itu juga dengan otomatis akan membahayakan rumah tangganya.

Well, terkadang memiliki posisi penting dalam pekerjaan ditambah status yang masih single memberi banyak 'advantage'. Bramanto masih terbengong-bengong menatapku dengan ketika aku meninggalkan ruangan kantorku untuk segera pulang (menurutku apa yang didapat Bramanto malam ini sebenarnya sudah lebih dari apa yang pantas aku berikan padanya). Pikiran itu agak mengurangi perasaan bersalahku setidaknya aku tidak mengeksploitasi ketidak-berdayaannya secara gratis.. Aku membayar dia dengan kenikmatan pula se-minim apapun kenikmatan itu.

What a long day pikirku dan sebelum pintu lift tertutup aku sempat berseru pada Bramanto, "Tolong matikan komputer-nya" .

Pukul 22:45 di ranjang tidurku..

'Yang kamu lakukan hari ini benar-benar keterlaluan Widya.. Kamu pasti menyesal sekarang'. 'Kamu sama saja menjatuhkan derajatmu dengan tindakan liar yang gila-gilaan tadi'. 'Tapi kamu khan sudah dewasa.. Kamu berhak menentukan kapan dan dengan siapa kamu melakukan itu'. 'Setidaknya kamu masih melakukannya dengan normal tidak seperti Diana teman kamu itu' Silih berganti peri baik dan peri nakal berbisik padaku. Dan seperti biasa akhirnya aku sendirilah yang menentukan pilihan-ku.

Ini semua bukan mengenai penyesalan..
Bukan pula mengenai derajat..
Bukan seberapa gila aku melakukannya..
Jelas bukan masalah kedewasaan..
Kapan atau dengan siapa..
Bahkan tidak ada hubungannya dengan normal atau abnormal..
Bagiku ini cuma masalah kendali..
Kepuasan bukan diukur dari lama atau singkatnya senggama..
Tidak diukur berdasarkan mahir atau kurang mahir..
Juga bukan diukur berdasarkan berhasil atau tidaknya mencapai orgasme..
Tapi masalah kendali..
Karena sekali memegang kendali..
Maka satisfaction is just a state of mine..

Maka Theresia Widya pun tertidur pulas.. You Say.. I only hear what i want to..:)

Tamat