WC kampus - 2

Kami mulai berganti permainan. Desti menopangkan salah satu kakinya di atas bak mandi. Pahanya dibukanya lebar-lebar. Terlihatlah gundukan liang kemaluannya yang bersih. Aku mengambil posisi agar dapat mengamati pemandangan indah ini. Kubuka lipatan liang kemaluannya, dagingnya berwarna merah jambu, kedua dinding liang kemaluannya masih sangat rapat. Desti memang pandai merawat kewanitaannya. Kucoba untuk menjilatnya. Bau kemaluannya sangat enak, aroma kewanitaannya sangat merangsang. Aku tidak tahan lagi, langsung saja aku "makan" sepuasnya.

Kumainkan klitorisnya pakai lidahku dengan gerakan memutar. Desti menggelinjang hebat. Badannya menahan geli seperti orang kejang. Aku terus memainkan liang kemaluannya yang lama kelamaan mulai basah oleh cairannya. Mata Desti terlihat sayu, pasrah terhadap apa yang kulakukan pada liang kemaluannya. Bibir atasnya mengigit bibir bawahnya dengan kuat. Tubuhya seakan-akan menghindari jilatanku, namun terhalang oleh tembok. liang kemaluannya rasanya hangat dan lembut. Betul-betul liang kemaluan ternikmat yang pertama kurasakan.

Puas menjilati, aku coba masukkan jariku sambil mengait-ngaitkan ke seluruh penjuru dinding liang kemaluannya. Tentu saja Desti makin gila reaksinya, kelonjotan tidak karuan. Dia sampai menjepitkan kedua pahanya hingga kepalaku terperangkap di antara sepasang paha putih mulus. Liang kemaluannya mengeluarkan cairan yang cukup banyak sampai meleleh ke pipiku dan sebagian ke bibirku. Karena penasaran ingin tahu bagaimana rasanya cairan kewanitaan, aku rasakan saja sedikit. Rasanya aneh, cuma enak, agak asin. Jadi kuhisap sebanyak-banyak dari lubang kemaluannya.

Tiba-tiba Desti mendorong kepalaku yang sedang asyik menjilati kemaluannya. Kupikir permainan apa lagi nih yang diinginkan oleh dia?
"Ren, gue sudah tidak tahan nih, masukin dong punya elo!" pinta Desti dengan nafas masih ngos-ngosan.
Aku agak ragu-ragu, sebab untuk yang satu ini memang tidak sembarangan. Aku masih bengong, sambil mikir-mikir.
"Kok malah bengong sih lo.. ayo cepet dikit dong!" katanya dengan sedikit heran campur kesal.
Biarinlah, aku sudah terlanjur nafsu, rugi kehilangan kemaluan enak kayak gini.

Dengan posisi mengangkang seperti tadi, kuarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dengan perlahan-lahan. Kutempelkan kepala batang kemaluanku ke bibir kemaluannya sambil kugesek-gesek dengan kepala batang kemaluanku. Kulihat liang kemaluannya sudah basah sekali, jadi masukinnya mudah-mudah gampang. Kucoba dorong batang kemaluanku ke dalam, masuk sedikit demi sedikit. Pantatku juga kudorong untuk menambah tenaga. Tapi batang kemaluanku baru masuk seperempat saja, itu pun rasanya sudah sempit sekali. Desti pun kelihatan meringis menahan sakit, air matanya sedikit mengalir.

Gila! aku benar-benar dapat lubang kemaluam perawan, segini saja rasanya seperti sudah mentok. Tapi aku belum menyerah, kutekan lagi batang kemaluanku dengan sekuat tenaga, sambil mempertahankan kekerasan batang kemaluanku.
Saat kuhentak, Desti agak menjerit, "Auuwww.. sststs.. sakiitt.. hghhgg.."
Aku mendengarnya jadi kasihan, cuma gimana lagi, yang mau dia juga. Kulihat batang kemaluanku sudah masuk setengahnya. Dengan satu tekanan kuat lagi pasti dapat masuk semua, pikirku.
Kudorong lagi pantatku. "Sreett.. bless.. ahh.." Akhirnya batang kemaluanku sudah masuk seluruhnya. Aku bangga juga melihatnya, begitu pun dengan Desti, wajahnya seakan-akan memberi applaus.

Kubiarkan batang kemaluanku menancap di dalam agar lubang kemaluannya terbiasa menerima batang kemaluanku. Kemudian baru aku memulai gerakan maju-mundur perlahan-lahan. Batang kemaluan serasa dipijat-pijat oleh dinding liang kemaluannya yang bergerinjal. Rasanya enak juga, pantas orang banyak yang senang kawin. Batang kemaluanku ngilu dielus-elus oleh jepitan liang kemaluanDesti. Semula yang tadinya agak seret lama-lama jadi tambah licin, sehingga dapat mempercepat gesekanku.

Selama kami bersenggama, mulut Desti mendesah sangat keras dan tak karuan. Aku khawatir kalau sampai ada yang dengar. Sesekali aku melihat pemandangan dimana batang kemaluanku dengan lubang kemaluan Desti saling bergesekan. Kupandangi sekilas wajahnya, dia tampak sangat menikmati hubungan seksual ini, begitu juga denganku. Biar tidak bosan, kuremas-remas juga buah dadanya yang mengguncang-guncang akibat hentakan kami. Hampir 15 menit alat kelamin kami saling bergesekkan, Desti masih terlihat enjoy, sedangkan aku sudah tidak kuat lagi. Batang kemaluan seakan-akan ada yang menggelitik dari dalam. Memaksa mengelurkan isinya. Namun aku tidak mengecewakan Desti, soalnya aku sudah mulai timbul rasa sayang sama dia. Kutahan desakan maniku. Sabar, belum saatnya. Pelayanan Desti memang luar biasa, hampir aku dibuat "ngecret" sekali lagi.

Aku minta berganti posisi. Aku ingin menyetubuhi dia dengan cara yang konvensional, yaitu aku di atas sedangkan dia telentang di bawah. Desti pergi mengambil bajunya untuk alas dia telentang. Dalam posisi itu lubang kemaluan Desti terlihat lebih menantang. Lubang kemaluan Desti benar-benar mengkilat oleh cairanku dan dia. Di bagian dalamnya tampak busa putih, mungkin itu dari gesekan dahsyat barusan. Kubuka pahanya lebar-lebar. Aku kembali memasukkan batang kemaluanku. Kali ini lebih lancar, sebab sudah agak lebar lubangnya. Kembali kugesek-gesekkan batang kemaluanku dengan cepat. Kali ini aku ingin menuntaskannya, aku tidak tahan lagi. Gerakan Desti lebih hebat dari sebelumnya, ia memutar-mutarkan pantatnya. Aku berusaha mengimbangi gerakan liarnya dengan memutar pinggulku ke arah berlawanan. Rasanya sungguh sangat luar biasa. Aku tak akan dapat melupakan persetubuhan ini.

Akhirnya, aku merasakan kembali desakan yang luar biasa dari kejantananku. Aku makin pasrah saat merasakan ada yang menjalar dari buah zakar menuju dengan cepat ke arah ujung batang kemaluanku. Seluruh tubuhku serasa bergetar hendak pelepasan.
"Dess.. gue.. sudah tidak kuat lagi.. nihh.. gue keluarin sekarang yah.." rintihku.
"Sabar.. se.. bentar.. sayang.. barengan.. dong.. gue.. juga.. bentar.. lagi.. sshstt.. hehghh.."

Tiba-tiba batang kemaluanku memuncratkan air mani ke lubang kemaluannya berkali-kali. Desti menjerit dengan keras, seperti meregang nyawa. Tak kusangka banyak sekali spermaku yang berlumuran memenuhi lubang kemaluannya. Kemudian Desti bangkit untuk menjilat dan mengulum batang kemaluanku yang belepotan sperma. Dia menelan semua spermaku sampai batang kemaluanku bersih mengkilat. Bibirnya memperlihatkan senyum kepuasan dan bahagia. Desti memelukku yang masih kelelahan, nafasnya masih ngos-ngosan. Kami saling mengecup dengan mesra, sambil bercanda kecil.

Setelah itu kami membersihkan diri bersama sebelum meninggalkan WC. Selama membersihkan diri kami sempat mengobrol sebentar, soalnya aku ingin tahu maksud dia melakukan seperti tadi.
"Des, kok elo berani sih ngelakuin itu?" tanyaku.
"Ehmm.. gue.. sebenernya.. emang suka banget sama elo, abis elo orangnya cool sih, jadi ya.. pas banget sama tipe cowok kesukaanku.." Desti menjawab agak malu-malu, (dasar).
"Tapi kenapa mesti kayak tadi? Kan elo bisa bilang sama gue.."
"Sorry deh, soalnya gue takut elo nolak gue, gue tidak mau sakit hati.
Aku merasa tidak enak dengarnya. Selama ini aku telah menyia-nyiakan kesempatan. Lalu aku akhirnya berterus terang kalau aku juga suka banget sama dia. Dia juga seakan tidak percaya. Saking senangnya, dia langsung meluk erat dan cium bibirku. Kalau WC ini bisa bicara, mungkin dia satu-satunya saksi dari kejadian ini.

Kuantar Desti ke rumah kontrakannya kira-kira jam 20:00 WIB. Sebelumnya kami saling bertukar nomor telepon. Desti sebenarnya dari Bandung dan memilih kuliah di Jakarta. Dalam perjalanan pulang aku sempat khawatir kalau persetubuhan yang kami lakukan tadi membuahi hasil, sebab aku tidak sempat mengeluarkan maniku di luar. Habis keenakan sih.

Semenjak kejadian di WC itu hubunganku terus berjalan, aku sering jalan bareng, makan, nonton, kadang kami suka melakukan hubungan seks dengan mencoba berbagai gaya. Ternyata Desti termasuk tipe cewek yang dapat memuaskan cowok, terbukti dari cara bercintanya. Kami melakukannya sampai 4 kali dalam sehari. Untuk mencegah kehamilan, katanya dia selalu minum obat anti hamil setiap habis berhubungan. Namun yang paling menyedihkan, dia ternyata sudah dijodohkan oleh orang tuanya untuk menikah dengan pilihan orang tuanya itu. Kami hanya sempat jadian selama 6 bulan. Dia dipanggil orang tuanya ke Bandung untuk menikah dengan tunangan resminya. Namun dia bilang ke aku, kalau tunangannya itu cuma dapat tubuhnya saja, bukan hatinya, sedangkan hati dan tubuhnya tetap selalu ada padaku. Dia sekarang sudah menikah. Walaupun begitu, kami tetap saling e-mail untuk melepas kerinduan kami. Kalau dia kebetulan ke Jakarta tanpa sepengetahuan suaminya, kami tak segan-segan bercinta sepuasnya.

Begitulah kisahku. Kejadian yang kualami tak dapat kulupakan dalam hidupku. Siapa yang menyangka, cowok yang kuper sama cewek sepertiku ternyata dapat langsung mencicipi tubuh cewek. Hal itu membuatku jadi PD dengan cewek, sehingga aku sekarang jadi lebih terbuka sama cewek. Tapi bukan berarti aku play boy, kalau itu aku sama sekali tidak suka. Bagi para netter atau pembaca setia Rumah Seks yang ingin kasih komentar silakan kirim pendapat anda ke email-ku. Kalau ada perkembangan baru, mudah-mudahan dapat kulanjutkan lagi kisahku.

Tamat