Lucky - 1

Melihat dari judul, mudah-mudahan anda tidak mengira bahwa aku akan mempromosikan keindahan kota Singapore karena itu hanyalah sebuah judul belaka. Namaku adalah Joe dan aku di Singapore bekerja sebagai agen asuransi. Para pembaca yang budiman, aku ingin menceritakan pengalamanku yang baru terjadi hari ini. Anda bisa menganggap ini hanya cerita fiksiku atau impianku, tetapi yang pasti aku baru saja mengalami kejadian ini.

Hari ini pimpinan perusahaan tempatku bekerja menyarankan agar aku kembali ke Jakarta untuk mencari client di Indonesia, tentunya keberangkatanku ke Singapore dibiayai oleh perusahaanku, makanya aku tidak ada masalah pergi ke Jakarta karena aku juga bisa bertemu dengan keluargaku di Jakarta. Setelah aku memesan tiket perjalanan ke Jakarta, aku kembali ke apartement-ku untuk menemui tante kost-ku. Aku menunggu tante kost-ku di apartement dan tiba-tiba ada ketukan di pintu kamarku. Ketika aku membuka pintunya, ternyata di depan ada 3 rekan kerjaku yang semuanya wanita. Aku sempat kaget karena aku merasa tidak pernah mengundang mereka. Mereka adalah Eunice, Jacelyn dan Lily. Rekan kerjaku semuanya telah menikah atau sudah memiliki kekasih, aku pun telah memiliki kekasih di Jakarta.

Mereka akhirnya masuk ke apartement-ku dan mereka mengatakan bahwa mereka ingin memberikan petunjuk dan nasehat selama aku di Jakarta. Aku mempersilakan mereka masuk ke kamarku dan supaya tidak menganggu teman seapartement-ku, aku mengunci pintu kamar.

Ketika mereka di kamarku, rupanya aku secara tidak sengaja menyalakan DVD karena letak saklar lampu, saklar DVD dan TV berdekatan satu sama lain. Aku sempat malu kepada mereka apalagi ketika aku menyalakan saklar itu, TV dan DVD langsung menyala dan muncullah gambar sepasang orang Jepang sedang bercinta. Percakapan kami langsung terhenti dan perhatian mereka bertiga langsung terfokus kepada TV yang sedang menyala sedangkan aku sudah tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena aku malu sekali.

Tetapi aku sungguh sangat terkejut melihat perlakuan mereka bertiga karena setelah 10 menit mereka melihat film VCD porno tersebut, aku dapat melihat sebuah pemandangan yang sangat merangsang. Ketiga rekan kerjaku sedang mengelus-elus bagian kelamin mereka yang tertutup oleh celana dan rok mereka masing masing. Melihat kejadian ini, aku sungguh terangsang dan penisku langsung berdiri.

Tiba-tiba rekan kerjaku yang bernama Eunice mendekatiku dan langsung menabrakku yang sedang terbengong-bengong dan menciumku. Dengan secepat kilat, dia mengecup bibirku dan memainkan lidahnya di dalam bibirku. Naluriku secara refleks langsung memainkan lidahnya sementara tanganku langsung memainkan payudaranya yang lumayan besar. Setelah kami puas berciuman, aku langsung menggendong dia sambil mendekati Lily dan Jacelyn yang saat itu sedang saling melakukan posisi 69. Sungguh suatu pemandangan yang erotis.

Sementara aku dan Eunice sedang asyik berciuman dan kami dengan nafsunya saling menelanjangi satu sama lain. Setelah tubuh kami tanpa busana, aku langsung menciumi payudara Eunice yang sudah terpampang lepas sementara jari-jariku dengan aktifnya berada di sekitar klitoris Eunice dan memainkan klitorisnya. Hal ini membuat kamarku menjadi penuh dengan suara desahan 3 wanita muda yang haus akan seks. Kuteruskan tanganku bergerilya dan kugesek-gesekkan di clitorisnya, kira-kira 15 menit aku bermain di lubang dan bibir kemaluannya, sambil setengah sadar dia berkata, "Aduh.. gelii.. gelii.. Joee".

Tanpa kusadari tangan dan liang kemaluan Eunice sudah basah dan berlendir, tangannya rapat memegang pundakku dan mulut kami telah beradu, sambil saling mengulum. Keadaan masih seperti semula aku duduk sedangkan Eunice setengah membungkukkan badannya dan lidah kami saling menari, mendesah tanpa rasa canggung lagi sementara tanganku masih bergerilya di lubang kemaluannya. Kusuruh Eunice untuk memegang sambil mengelus-elus burungku secara perlahan, sementara aku sudah nafsu sekali sambil tetap kukulum mulutnya hingga turun ke leher kujilati semuanya sampai akhirnya ke puncak gunung kembarnya, Eunice mengerang keenakan. Tangan Eunice tetap meremas dan mengelus burungku.

Setelah agak lama aku menyusu, lalu kubisikkan kepadanya, "Eunice bagaimana kalau burungku masuk ke sangkarnya..?"
"Eunice belum pernah melakukannya Joee., Eunice takut.."
Tapi berhubung aku sudah tidak kuat lagi maka kusuruh Eunice untuk mengulum burungku, kuturunkan Eunice dari atas ranjang, jongkok di bawah ranjang sambil kubimbing mulutnya untuk mengulum burungku.

Pertama dia agak ragu-ragu karena menurut pengakuannya belum pernah Eunice melakukan oral sex. Kukatakan padanya bahwa tidak apa-apa asal air maninya jangan di telan. Akhirnya dengan perlahan bibirnya mengecup ujung burungku dan dengan sangat berhati-hati dimasukkannya burungku ke dalam mulutnya. Kusuruh ia bervariasi untuk menjilati batang kemaluan dari ujung lubang kemaluan sampai buah pelirku.

Kira-kira 15 menit Eunice mengulum burungku sambil kupegang kepalanya dan kadang kupelintir puting susunya sambil tiduran di lantai dan memelukku erat. Kuarahkan batang kemaluanku menuju lubang kenikmatannya yang masih basah, dengan sedikit tekanan, terasa secara perlahan batang kemaluanku memasuki lubang kenikmatannya yang hangat dan ketat. Terasa batang kemaluanku diremas-remas oleh otot-otot liang senggamanya. Kuayun maju mundur dan diikuti gerakan pinggul Eunice yang juga mengayun-ayun, kucium bibirnya yang indah, gerakanku dan Eunice semakin menggebu.

Kita berdua saling menindih dan berguling tanpa terlepaskan lagi, gerakan demi gerakan antara pinggul Eunice dan pinggulku terus bergulir, dan akhirnya terasa ujung batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut tak tertahankan, "Eeeuchh..", kuteriakkan perasaanku yang tertahan selama ini, bersamaan teriakan klimaks Eunice yang semakin membuatku terangsang, kurasakan cairan spermaku memancar keluar dengan kerasnya dan terasa jepitan yang mengeras di sekeliling batang kemaluanku, serta getaran mengejang dari badan Eunice. Akhirnya kita berdua terkulai lemas, kuakhiri permainan cinta ini bersamanya dan dia mulai memakai kembali pakaian kerjanya dan minta izin untuk pergi ke kamar mandi yang tidak jauh dari kamarku.

Kudekati Lily dan Jacelyn setelah Eunice meninggalkanku sehingga aku leluasa menempatkan wajahku persis di depan liang kemaluan Lily, kulebarkan kedua pahanya, kusibakkan bulu halus warna hitam dan kutempatkan lidahku yang mulai basah persis di lubang kenikmatan Lily, kumasukkan sedikit, kugerak-gerakkan ujung lidahku, Lily menggelinjang, kemudian dengan tiba-tiba kusapu lidahku ke atas, ke arah biji kecil di atas lubang nikmat itu, Lily memekik, "Ooouuhh.. Joee.. sshh.." erangnya sambil terus mencium Jacelyn. Lututku sedikit sakit kerena bersimpuh, kemudian dengan lidah masih menyapu permukaan kemaluan Lily, kumiringkan posisi badanku sehingga lonjoran kedua kakiku menuju arah Jacelyn berada, terasa sekali barangku manggut-manggut memukul-mukul perutku.

Kedua tangan Lily menjambak rambutku, kuputar-putar lagi ujung lidahku di lubang kecil kemaluan Lily, kumainkan biji kecil di atas lubang kenikmatan Lily dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dadanya. Lily, semakin keras menggelinjang, kadang kedua kakinya menjepit kepalaku. "Joee.. oohh.. lebih keras Joee.. sshh". Tiba-tiba terasa ada yang mengenggam batang kemaluanku, dan sesuatu yang hangat dan lembut menyapu kepala kemaluanku. Ternyata Jacelyn tak mampu hanya berdiam diri. Aku semakin giat memainkan lidahku di sekitar kemaluan Lily, begitu juga dengan Jacelyn yang sedang berusaha memasukkan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya, aku yakin Jacelyn tidak berhasil walaupun kurasakan ujung kepala kemaluanku menyentuh tenggorokan Jacelyn.

"Sekarang Joee.. ohh.. sekarang Joee.." kata Lily sambil menjauhkan wajahku dari barangnya, kemudian Lily tiduran di atas sofaku dengan kaki kanan dinaikkan di sandaran sofa dan kaki kirinya menjulur ke lantai. Aku masih belum bisa bangun karena Jacelyn masih sibuk dengan barangku. Akhirnya kuraih kepala Jacelyn dan mengangkatnya, kukecup bibirnya yang berlepotan air liurnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, kuremas buah dadanya, Jacelyn memejamkan matanya. Cantik juga si Jacelyn ini, kataku dalam hati.

"Ayo Joee.. cepat.. sini", Kudengar Lily memohon kehadiranku. Melihat posisinya yang demikian, aku merasa kurang enak, kemudian kuhampiri Lily, kuraih tangannya untuk berdiri, kemudian kuputar badannya agar membelakangiku dengan lutut di atas sofa tapi masih belum pas, entah karena pahanya kepanjangan atau sofaku ketinggian, maka kulebarkan lagi kedua pahanya dengan demikian posisi liang kenikmatannya agak rendah.

Kuarahkan ujung barangku ke lubang kenikmatan Lily, kutekan, agak susah, kuambil air liurku dengan dua jariku, kuusapkan di sekitar liang senggama Lily, kutekan lagi batang kemaluanku, masuk sedikit kepalanya. "Ssshh.. pelan-pelan Joee.." Kata Lily. Aku tak menjawab, hanya kutekan lagi batang kemaluanku, masuk sudah semua kepala barangku, Lily mendesah lagi. "Ooohh.. Joee.. sshh.. aahh" Kutarik keluar seluruh batang kemaluanku hanya kepalanya saja yang sedikit menempel di permukaan kemaluan Lily, kumajumundurkan batang kemaluanku, agar semakin licin, itu membuat Lily semakin tak bisa diam.

Kemudian aku dipeluk dari samping oleh Jacelyn. Mulutnya menciumku pipiku, kemudian lidahnya dimainkan di telingaku, aku merinding geli. Tangan kiri Jacelyn memainkan pangkal barangku sambil mengusap-usap bulu lebat barangku sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bongkahan pantatku. Nikmat sekali rasanya. Akhirnya setelah aku merasa benar-benar licin barangku, maka kutekan terus, kutekan lagi. Lily tersentak, "Joee.. pelan-pelan Joee.. aahh" Aku tidak perduli kutekan terus, Aku tak tahan, aku hampir keluar, kutarik setengah barangku, kemudian dengan tiba-tiba kutekan seluruh barangku sambil tanganku menarik pinggul Lily.

Lily berteriak "Aaahh.. sakiitt.." Jeritnya. Kutarik seluruh barangku dari dalam liang kemaluan Lily, kuminta Jacelyn untuk mengocoknya. "Kocok Jass.. yah.. begitu.. yah.. oohh.. terus Jass.. oohh" Sofaku berlepotan air nikmatku, aku tak peduli. "Aku belum dapat Joe.." Protes Lily sambil berbalik ke belakang dengan meringis karena liang kenikmatannya masih terasa perih. "Bikin barangku berdiri lagi" Tantangku pada Lily. Jacelyn membersihkan tangannya yang berlepotan air nikmatku dengan celana dalamku. Kemudian Jacelyn membersihkan barangku dengan tangannya "Uuh, lengket sekali Joe", kata Jacelyn, sambil mendekatkan mulutnya ke arah barangku. Aku merasa ngilu sekali. Aku ingin protes tapi, kubatalkan. Aku minta Jacelyn untuk menyetop kegiatannya.

Kemudian aku telentang di atas lantai karpet, kuminta Lily untuk menghisap lagi barangku. Sedangkan Jacelyn kusuruh untuk mengangkangkan liang kenikmatannya di atas wajahku. Kusapu liang kemaluan Jacelyn, dengan lembut sambil berusaha untuk melihat wajahnya. Wajah Jacelyn penuh kenikmatan "Ssshh.. uuhh", rintihnya. Sedangkan Lily menaikturunkan mulutnya terhadap barangku, setelah dia yakin barangku sudah cukup keras, maka Lily memasukkan barangku dari atas, terasa sedikit seret karena kemaluan Lily sudah mulai kering. Kuminta Lily untuk membasahi lagi barangku dengan air liurnya.

Setelah itu aku benar-benar merasakan gesekan yang begitu nikmat dari liang kenikmatan Lily terhadap batang kemaluanku. Tanganku meraih kedua buah dada Jacelyn yang menggeleng-gelengkan kepalanya, karena lidahku membuat nikmat tak terkira padanya. Gerakan naik turun Lily semakin cepat, "Aaacchh.. aahh" Rintihnya semakin cepat lagi, semakin cepat lagi dengan sedikit kasar kudorong tubuh Jacelyn agar telentang dengan kemaluannya berada ke arahku, kutusuk-tusukkan dua jariku ke dalam liang kenikmatan Jacelyn. Jacelyn mencabutnya, katanya sakit. Kemudian hanya satu jari saja yang kutusuk-tusukkan.

"Terus.. Joee.. terus.. oh.. oh.. terus.. oh .. oh.." Rintih Jacelyn. Bijiku terasa sedikit sakit karena hantaman pantat Lily yang semakin gila naik turun di atasku. "Aku.. aku.. aacch.. aku.. keluarr.. Joee.. oohh" Rintihnya. Akupun keluar, walaupun tidak banyak lagi air maniku hanya nikmat sedikit ngilu kurasakan pada barangku yang masih di dalam liang kenikmatan Lily. Jacelyn pun menarik tanganku agar jariku semakin dalam menusuk liang senggamanya. "Aaahh.. sshh" Desis Jacelyn pada puncaknya. "Kenapa kau biarkan aku keluar di dalammu?" Tanyaku pada Lily. Lily tidak menjawab karena masih mencoba merasakan sisa-sisa kenikmatan. Tak lama direbahkan tubuhnya di atasku sehingga aku dan Lily saling mendekap. Hening beberapa waktu. Kurasakan barangku semakin kecil di dalam liang kenikmatan Lily, semakin kecil lagi, kecil lagi, kemudian keluarlah barangku dari dalam liang kenikmatan Lily, sempat kurasakan geli yang nikmat seketika bersamaan keluarnya barangku dari Lily, begitu juga kudengar desis lemah dari mulut Lily. Aku sudah merasa berat dengan tubuh Lily, dengan perlahan kugeser tubuhnya ke samping.

Setelah Lily dan Jacelyn roboh tidak berdaya, kemudian datanglah Eunice dan aku menanyakan kenapa dia lama sekali dan dia memberitahuku bahwa dia sedang masturbasi di kamar mandi sewaktu aku sedang bercinta dengan Lily dan Jacelyn, tetapi dia belum mendapatkan klimaksnya karena dia tidak bisa puas hanya dengan masturbasi. Kemudian Eunice mendekatiku.

Bersambung . . . .