Surti dan Tejo - 2

Kubuka ikatan serta lakban Tejo. Tejo langsung lemas dan duduk di lantai. Kemudian tanpa banyak berkata, dia langsung pamit padaku yang asyik tiduran di sofa, di belakangnya.
"Permisi Den.."
Kulihat ada sedikit kemarahan di matanya, tapi yang pasti dia lelah setelah permainan kami tadi, dan ada juga sedikit senyuman, kelihatannya dia sangat menikmatinya. Kemudian Tejo membuka ikatan adiknya dan adiknya memeluk Tejo sambil menangis. Mereka pun mulai berpakaian dan turun ke bawah, sedangkan aku tanpa berpakaian langsung masuk ke kamar. Rasanya baru kali ini aku merasakan nikmat yang luar biasa, aku pun lansung tertidur karena tubuhku terasa sangat lelah.

Pagi-pagi aku bangun karena kurasakan ada yang menindih tubuhku, batang kejantananku terasa hangat dan basah serta seperti sedang dipijat dan disedot-sedot. Saat kubuka mataku, kulihat Surti sedang menindih tubuhku dan bergerak naik turun.
"Akh.., punya Aden enak sekali..!" katanya sambil bergoyang-goyang.
Aku sedikit terkejut, tapi kubiarkan Surti terus bergerak, "Ya.., terus Surti.., enak sayang. Yeah.. akh.. tambah cepat sayang, akh.. enak sekali Surti..!"

Aku mulai tidak tahan dengan gerakan dan remasannya di dadaku, tapi kuusahakan sedapat mungkin untuk tidak segera menyemburkan maniku.
"Auoghh.. Den.. akh..!" tiba-tiba tubuh Surti melengkung dan mulai menegang, dia mencakar dadaku, pijatan dan sedotan pada penisku bertambah kuat sehingga aku tidak kuat lagi menahannya.
Kuangkat pantatku setinggi-tingginya dan kusemburkan maniku. Kami terengah-engah, dan kemudian Surti menjilati batang kemaluanku.
"Udah ya Surti.., gue mau mandi dulu nih, badan gue lengket semua."
Surti kemudian permisi dan pergi keluar dari kamarku, kemudian aku bergegas mandi.

Selesai mandi kulihat Tejo di kamarku, aku sedikit was-was, jangan-jangan dia mau membalas dendam.
"Mau apa Lu..?" tanyaku ke Tejo.
Tapi Tejo tidak menjawab, dia mendekatiku dan mencium bibirku. Kubalas ciumannya, batang kejantananku langsung tegang karenanya, dada dan leherku tidak luput dari ciumannya. Kemudian dia ambil handuk yang kupakai dan dilemparkannya ke lantai. Gila ni orang pikirku, ketagihan rupanya dia. Tejo langsung jongkok dan menjilati kemaluan serta buah zakarku.
"Akh Tejo.., Lu mau balas dendam ya..? Akh.. enak Jo.. terus isep yang kuat Jo..! Akh.."

Aku berjinjit dan menggerakkan pantatku maju mundur mengikuti hisapan mulut Tejo. Tanganku memegangi kepala Tejo dan kadang menjambaknya. Hisapannya terasa nikmat sekali.
"Akh.. Jo, gue keluar.. Jo.. augh.."
Kusemburkan maniku di dalam mulutnya dan ditelannya. Kemudian dia menciumku lagi dan mulai membuka baju dan celananya. Didorongnya tubuhku ke tempat tidur dan diciuminya dadaku lagi.
"Den Indra, Tejo mau seperti yang tadi malam ya..?" katanya meminta.
"Boleh aja Jo, tapi jangan langsung ya..?"

Tejo lalu mengambil madu yang ternyata sudah disiapkannya, lalu dilumurinya pantatku dan batang kemaluannya. Dia menjilati pantatku, rasanya geli tapi nikmat. Kemudian aku menungging dan menunggu tusukan Tejo.
"Ayo Jo..! Masukin aja sekarang, tapi pelan-pelan ya..!"
Kurasakan di pantatku kepala penis Tejo, dan dia mulai menekan. Dengan sekali sentakan, penis Tejo menyerbu masuk ke pantatku, rasanya sakit sekali. Tejo langsung bergerak maju mundur dengan penuh nafsu, pantatku terasa penuh dan perih seperti ada yang menarik ususku keluar, namun lama-kelamaan aku juga merasa nikmat dan batang kemaluanku mulai ikut menegang.

"Eh Jo, ganti posisi. Lu tiduran aja..!" pintaku.
Seperti yang pernah kulihat di film porno, Tejo langsung berbaring. Kumasukkan penisnya ke pantatku lagi dan aku mulai bergerak perlahan-lahan. Tangan Tejo mulai ikutan memompa batang kejantananku.
"Den, enak sekali.., terus Den, akh..!"
Gerakanku semakin lama semakin cepat dan aku tidak kuat menahan ledakan batang kejantananku.
"Akh.. aku keluar Jo, akh.. enak sekali Jo, akh..!"
Bersamaan dengan menyemburnya maniku, kurasakan kenikmatan yang luar biasa, maniku mengenai dadanya dan langsung kujilati. Tejo melihatku, tangannya membelai punggungku dan dia tersenyum sambil pantatnya terus bergerak naik turun.
Aku sudah kelelahan, "Aduh Gue cape Jo, Lu aja yang nerusin ya..?"
Kemudian kami berganti posisi lagi, aku telungkup dan Tejo meneruskan memompa penisnya di pantatku.
"Den, akh.. Den.. Tejo mau keluar Den, akh.. mmBHh..!"
Tejo menekan batang kemaluannya ke dalam pantatku dan kurasakan batangnya jauh masuk ke dalam pantatku. Semburanya terasa kuat dan hangat masuk ke dalam usus besarku. Tejo lalu rebahan di sampingku sambil memeluk tubuhku dari belakang. Pantatku sedikit terasa gatal waktu dia mencabut penisnya, selain itu maninya juga sedikit meleleh keluar. Kami tidur sambil terus berpelukan. Siang harinya kami bertiga pergi ke Tangkuban Perahu.

Sore harinya kami bertiga nonton TV bersama-sama. Kemudian aku ingat kalau aku membawa VCD porno koleksiku yang tidak hanya cowok-dan cewek, tapi ada juga VCD homo dan lesbian. Kami nonton bertiga, kulihat Tejo dan Surti sedikit terangsang, batang kejantananku juga mulai tegang. Kudekati Surti dan kucium bibirnya sambil kuremas payudaranya. Surti dengan tidak sabaran membuka kaos dan celanaku. Kemudian dia membuka daster, CD dan BH-nya. Aku menciumi payudara Surti, kemudian Tejo mendekati kami berdua dan ternyata dia juga sudah telanjang. Tejo menjilati dan menghisap senjataku, aku menjilati bibir kemaluan Surti dan Surti menjilati batang kejantanan Tejo, kami bertiga sama-sama bernafsu melakukannya.

Kemudian kusuruh Surti berdiri, lalu kumasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya yang mulai basah, dan Tejo dari belakang memasukkan batang kemaluannya ke dalam pantat Surti. Aku memompa batang keperkasaanku seperti orang kesetanan, gerakanku cepat dengan sentakan-sentakan yang kuat, begitu juga Tejo. Surti hanya dapat mendesah, mengerang dan sering menjerit-jerit menahan nikmat yang diperolehnya. Surti bergantung ke pundakku, entah berapa kali tubuhnya menegang dan mengalami orgasme. Beberapa saat kemudian, kulihat Tejo mulai menegang dan menekan pantat Surti sambil mengerang, kemudian Tejo langsung duduk di sofa.

Kuangkat tubuh Surti dan kududukkan di meja makan, pahanya kubuka lebar-lebar, kemudian kupompa lagi batang kemaluanku dengan tempo kadang lambat dan kadang cepat. Saat kurasakan hampir sampai, kuperlambat gerakanku dan kuciumi bibir, lehernya serta kuhisap payudaranya. Aku kemudian duduk di kursi, lalu Surti kusuruh duduk di atasku, dipegangnya penisku dan diarahkan ke liang kewanitaannya, sepertinya dia cepat belajar dari VCD porno yang ditontonya. Surti bergerak naik turun semakin lama semakin cepat, Tejo ikut mendekati kami berdua dan dia menciumi dan menghisap serta meremas-remas payudara Surti dan kadang dadaku. Tanganku mengocok batang kemaluan Tejo sambil ikut juga menghisap puting Surti. Beberapa saat kemudian Surti menegang dan tubuhnya ditekankan ke tubuhku dan memelukku erat-erat.

Surti dan Tejo sedikit keheranan dengan kekuatan yang kutunjukkan, karena mereka telah beberapa kali keluar, tapi aku masih belum keluar juga, tentu saja karena aku sudah minum obat kuat yang kuperoleh dari toko obat Cina di Bandung. Kami lalu berganti posisi lagi, Surti nungging dan kumasukkan batang kejantananku di liang senggamanya dari belakang. Surti sepertinya menyukai posisi ini. Dia mengerang dan menjerit-jerit keenakan.
"Auh.. eh.. Den.. enak sekali Den, lebih cepat Den.. akh.. lebih cepat.. enak sekali, akh.."
Tejo menusukku dari belakang, batang kemaluannya yang sudah licin itu masuk ke dalam pantatku dan menekan dengan cepat.

"Pantat Den Indra enak sekali, eh.. Pijit yang kuat Den, akh..!"
Aku sedikit kewalahan karena merasakan kenikmatan dari dua arah, penisku oleh vagina Surti dan pantatku oleh tusukan Tejo.
"Wah kalian bikin gue ketagihan, akh.. sshh.. enak.. yeah.. akh gue bentar lagi keluar, akh..!"
Aku tidak menggerakkan batang kemaluan dan pantatku karena sudah ikut bergoyang seiring dengan tusukan Tejo yang cukup keras dan cepat, selain itu juga untuk menahan ledakan batang kejantananku.
"Akh Jo, enak.. lebih keras lagi.. akh..!"
"Den, Tejo mau keluar Den, akh.. Den.. shh.. akh.."
Penis Tejo kurasakan mengembang, begitu juga Surti, dia orgasme lagi, membuatku jadi tidak tahan.
"Akh.. Den.. Surti juga keluar Den, akhh..!"

Pijatan dan sedotan di penisku bertambah kuat, membuatku semakin tidak tahan.
"Aku juga mau keluar, shh.. enak sekali.., aku keluar..! Akh.. mmhhehh..!"
Kusemburkan maniku di lubang surgawi Surti yang menyedot kuat-kuat batang keperkasaanku. Aku juga merasakan semburan mani Tejo di pantatku, sungguh terasa nikmat sekali. Kami bertiga langsung terkulai kelelahan dan langsung tertidur tanpa baju sambil berpelukan.

Pagi-pagi, sebelum pulang ke Jakarta, kami mandi bersama-sama. Aku dan Tejo menyabuni Surti sambil kuremas-remas payudaranya. Kami kembali terangsang, Surti nungging dan lalu mengulum dan menghisap rudalku. Tejo memasukkan senjatanya ke lubang kewanitaan Surti dari belakang, hingga akhirnya kami sama-sama jatuh terkulai. Kami melakukannya sekali lagi di kamar mandi dengan berganti-ganti posisi, setelah itu baru kami mandi dan bersiap-siap untuk pulang.

Seminggu ini kami melakukannya seperti orang yang masih baru melakukan hubungan seks, niatku ingin menyakiti Tejo dan Surti sekaligus mencari kesenangan malah terbalik jadi menyenangkan Tejo dan Surti, tapi juga dapat pengalaman seks yang baru dan yang lebih menyenangkan dari yang pernah kulakukan.

Setelah memberikan kunci dan uang pada Mang Ujang, kami bertiga kembali pulang ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, Surti dan Tejo mengucapkan terima kasih kepadaku. Sejak saat itu kami bertiga sering melakukanya, terutama saat orang tuaku pergi ke luar kota. Aku pun jadi tidak kesepian karena ada tempat untuk melampiaskan gairah seksku yang cukup tinggi. Untuk berjaga-jaga, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kami selalu menggunakan kondom dan Surti kuberi obat KB agar tidak kebobolan.

TAMAT