Pemerkosaan
Tuesday, 20 July 2010
Pemerkosa kuwalat - 4
Ia mendengar pemintaanku dan tampaknya akan meluluskannya. Dilepaskannya kulumannya dari bola kemaluanku, dan kini ia duduk bersimpuh di depanku. Kepalanya mendongak ke atas, matanya setengah terpejam. Dia membuka mulutnya lebar-lebar:" gih masukin burungmu .." Katanya:" jangan takut, enggak akan gua gigit kok". Ia masih juga sempat bercanda. Aku merendahkan badanku (aduh, tanganku yang terikat ini benar-benar mengganggu). Aku arahkan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka lebar, dan dengan pelan-pelan mendesakkannya ke dalam. Si cewek tetap membuka mulutnya lebar-lebar, matanya semakin terpejam. Ketika ia merasakan kemaluanku memasuki mulutnya, ia bersuara dengan manja:" aa.." Katanya. Terus dan terus ia mengeluarkan suara itu, sampai aku menghentikan tusukan kemaluanku karena aku merasa sudah menyentuh ujung kerongkongannya.
Aku diam menunggu reaksinya. Ia tidak menutup mulutnya, tetapi lidhnya mulai bergerak, menyelusuri batang kemaluanku yang berada dalam mulutnya. Dipermainkannya batangku dengan lidahnya, digulirkan ke kiri kanan dan ditekan-tekannya ke dinding mulutnya di kiri dan kanan. Terasa hangat, basah dan sangat merangsang. Kemudian ia menekan batangku dengan lidahnya hingga menekan langit langit mulutnya, dan ia mulai menggerakkan kepalanya kemuka dan kebelakang. Aakhh..kenikmatan yang tiada tara. Aku hanya dapat mendesisi-desis menikmati rangsangan ini, dan ikut menggerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang mengikuti irama goyangan kepalanya. Selanjutnya si cewek mulai mengatupkan bibirnya, dan kemaluanku terasa dihisap ke dalam: " uumm.." Gumamnya manja, ketika ia mulai menyedot dengan kuatnya. Lidahnya terus saja menari-nari, menggesek sekujur batang kemaluanku.
Aku tak tahan lagi. Terasa ada desakan kuat dari dalam batang kemaluanku. Celaka, aku akan keluar! wah, daripada salah lagi, aku segera mengumumkannya kepada si cewek:" mbak, mbak, aku sudah mau keluar. Aku nggak tahan lagi.." Erangku.kepalaku memutar ke muka dan kebelakang, menahan rangsangan yang sangat hebat itu.
Mendengar kata-kataku, si cewek tia-tiba melepaskan kulumannya:" eeh..nanti dulu" katanya:" gua masih pengen ngerasain kontolmu. Jangan keluar dulu dong". Ia cepat cepat berdiri dan mengeluarkan komandonya lagi:" sekarang kamu telentang..cepat, cepat!". Aku berusaha mematuhinya, tetapi karena tanganku diikat di belakang aku hampir kehilangan keseimbangan. Untung, sebelum jatuh si cewek memegang tubuhku dan membantuku tidur telentang. Setelah aku siap, dia memandang kemaluanku yang tetap tegang dan mencuat ke atas hampir tegak lurus:" sekarang gua mau ngewe kamu" katanya:" rasain yah". Sambil berkata begitu, ia berjongkok di atas tubuhku dan mengarahkan kemaluanku dengan tangannya ke arah lobang kemaluannya. Vagina yang indah itu merekah dan memerah, siap menerima tusukan kemaluanku.
Dia memasukkan batangku ke lobang kemaluannya, dan mulai berusaha menekan ke dalam. Dan pada saat itu aku merasa sangat takjub. Lobang kemaluan kuntilanak ini kecil sekali! tampak ia sangat susah payah memaksakan kontolku untuk masuk, wajahnya memerah dan mulutnya mendesah-desah tidak karuan. Aduh..kemaluanku rasanya seperti diperas. Belum pernah aku merasakan lobang kemaluan sekencang ini. Dahulu di kampung aku pernah menyetubuhi si marni, teman sekelasku di SMA. Dia masih perawan, tetapi toh lobangnya tidak seperet ini. Sungguh luar biasa. Aku merasa di sepanjang dinding vaginanya terdapat tonjolan-tonjolan melingkar yang menggesek batangku. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku harus dengan susah payah menahan muncratnya maniku. Aku berusaha menahannya dengan cara memikirkan hal-hal lain selain seks.
Akhirnya dia berhasil menusukkan seluruh kemaluanku." Aahh.." desisnya puas. Ia menghentikan tekanannya, dan kini ia duduk berjongkok di atas badanku. Ia menundukkan kepalanya, mencoba melihat batang kemaluanku yang sudah melesak ke dalam lobang kenikmatannya. Jari-jarinya yang lentik mengelus pangkal kemaluanku yang masih ada di luar, dan mengelus elus bibir kemaluannya yang sekarang terbelah lebar karena desakan senjataku. " Ck..ck.." gumamnya kagum:" barang segede ini kok ada di dunia ya. Apa nggak sobek memekku ini?" tanyanya dengan manja.
Ia memandang wajahku dan tersenyum manis. Hilanglah sudah wajah kuntilanak pemerkosa, kini kulihat wajah wanita cantik yang sedang dalam kebersamaan denganku menggapai kenikmatan duniawi. Rasanya hampir aku jatuh cinta padanya." Aku mulai yah" katanya. Ia menelungkupkan tubuhnya di atas badanku, dan kini mulai menaik turunkan pinggulnya dengan berirama. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya aku ingin memeluk tubuhnya, meremas buah dadanya yang kini menggantung di atas dadaku, melumat bibirnya..tapi apa daya, tanganku masih terikat di punggung. Aku mau minta dibukakan, tetapi rasa takut masih tersisa di benakku. Jangan-jangan dia marah..lebih baik aku diam sajalah dan menikmati apa yang dilakukannya.
Si cewek menggerakkan tubuhnya dengan semakin liar. Kadang-kadang ia menegakkan tubuhnya dan menggenjot kemaluanku dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Kadang-kadang kalau sudah lelah, dia menelungkupkan lagi tubuhnya di atas tubuhku. Aku hanya bisa diam. Akupun hanya bisa menurut ketika ia menyodorkan buah dadanya ke mulutku:" nih, bisa nggak kamu isep..enak lho". Ya, tentu saja enak dan memang itulah keinginanku. Jadi meskipun dengan susah payah, kuangkat kepalaku dan kuhisap puting kemerahan yang tegak di depan mulutku itu.
Dia membantu dengan mengangkat kepalaku dan mengarahkan agar buah dadanya menekan mulutku. Mulutnya mendesah kenikmatan. Pinggulnya terus begoyang, kemaluannya semakin basah sehingga dapat kudengar suara berkecipak ketika ia kemaluanku bergesekan dengan dinding vaginanya. " aaggh.. auukhh.. enak sekali, mas" (astaga, dia sekarang memanggilku mas).:" terusiin.. dalemiin.. aku mau keluuaarr.. auu.." keluar lagilah teriakan tarzannya yang terkenal, berkumandang ke seluruh gubuk kecil ini. Tubuhnya semakin bergoyang tidak karuan, dan akhirnya ia menjatuhkan badannya ke atas badanku:" aku keluar..aku keluar..uuhh.." napasnya tersengal-sengal seperti kuda habis ikut balapan. Kukecup keningnya, hampir hampir dengan perasaan sayang. Kurasakan cairan sangat banyak berleleran keluar dari lobang kenikmatannya, meleleh hingga ke bola kemaluanku.
Setelah mengatur napasnya, ia memandang wajahku. Dielusnya dahiku yang juga berleleran keringat:" kamu belum keluar ya?" katanya penuh sayang (wah, rupanya dia juga lupa lagi memperkosa). " belum mbak.." kataku. Aneh juga, kemaluanku yang tadinya hampir muncrat sekarang masih tetap tegak perkasa. Si cewek tersenyum:" aku kasih kamu hadiah khusus, karena aku puas banget tadi. Kamu mau keluar dalam memekku atau di mulut?" waduh, dua tawaran yang sama sama nikmat. Aku menyengir:" dua-duanya saja mbak. Keluar di memek dulu lalu Mbak isep. Mau?" dia memijit hidungku dengan manja:" curang kamu. Maunya enak sendiri". Aku terus menggoda:" mau nggak?" tanyaku sambil ketawa. " Mauu.." jeritnya. Dan setelah itu, ia mulai menggenjot lagi.
Kemaluanku mulai keluar masuk lagi dalam lobang kemaluannya, bergesekan dengan tnjolan-tonjolan nikmat di sekitar dindingnya. Gerakannya tidak terhambat lagi, karena kemaluannya sudah sangat basah. Digoyangnya pinggulnya dengan berirama, ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah.
Setelah sepuluh menit, aku merasa sesuatu mendesak dalam kemaluanku. Nah, ini dia:" mbak, mbak.." kataku:" aku sudah mau keluar..cepetin.." ia membuka mata mendengar eranganku itu (selama ini dia menutup matanya menikmati permainan kami). " beneran?" katanya bergairah. Tiba-tiba dia menegakkan badan, dicopotnya kemaluanku dari lobangnya begitu cepat sehingga terdengar suara "plop". Dia mengangkat badannya dan dengan cepat memegang kemaluanku yang sudah sangat basah kuyup dengan lendir:" mana?" katanya gemas:" kok belum keluar? Ini kan lendir gua, bukan punyamu".
Sambil berkata begitu, ditundukkannya kepalanya dan dimasukkanlah seluruh kemaluanku ke mulutnya. Betul-betul seluruh, pembaca yang budiman, karena sudah tidak ada lagi sisa batangku yang ada di luar. Bibirnya sudah bergesekan langsung dengan bulu di pangkal kemaluanku. Aku merasa kepala kemaluanku bukan hanya menyentuh ujung kerongkongannya, tetapi sudah betul-betul masuk ke kerongkongan itu sendiri (kok dia tidak muntah ya? Pikirku).
Dengan kondisi seperti itu, ia mulai lagi dengan tarian lidahnya, menggesek seluruh permukaan batangku. Digigit-gotnya dengan halus, sambil mulutnya mengguman tidak jelas. Aku tak tahan lagi. Kupandang wajah cantik itu dari posisiku yang masih telentang. Matanya yang setengah terpejam, pipinya yang mulus tampak cekung karena sedang sibuk menyedot barangku, dan bibir merahnya yang seksi tampak sedang melingkari pangkal batangku dengan ketat..aku mengangkat pantat sedikit, dan croot..croot..muncratlah seluruh tangki maniku di dalam mulutnya. Banyak sekali! ku lihat ia tersedak menahan semburan air hangat itu, tetapi dia tetap berusaha menampungnya.
Dia tetap mengisap kemaluanku hingga semprotan terakhir keluar. Kulihat ia berusaha menelan maniku tanpa melepaskan batangku dari mulutnya. Tampaknya dia berhasil (tidak ada sedikirpun yang meleleh dari mulutnya!). batangku tetap dikulumnya, seakan dia merasa sangat sayang melepaskannya. Akhirnya kemaluanku mulai mengecil, semakin kecil hingga akhirnya lepas sendiri dari mulutnya.
Dia tampak sangat puas. Dipalingkannya wajahnya ke arah wajahku, napasnya tampak tersengal-sengal dan kulihat bibirnya yang indah berlepotan dengan air maniku yang rasanya sudah kusemprotkan berliter-liter banyaknya di dalam mulutnya. Dia tersenyum manis:" hebat..hebat deh kamu..kontol gede, mani banyak dan kental banget..luar biasa " katanya dengan napas tersengal sengal. Dipandanginya kontolku yang sudah layu dengan pandangan kagum. Dielus-elusnya barang kebanggaanku yang sudah menganggur selama dua tahun itu, dicium-ciumnya dengan gemas. Aku mulai terangsang lagi. Kemaluanku mulai berdiri tegak. Si cewek kuntilanak itu memandang dengan geli, dan menjentikkan jarinya ke batang kemaluanku:" maunyaa..gitu aja sudah ngaceng lagi. Nggak usah ya. Gua udah puas banget." Sambil berkata begitu ia berdiri dan melangkah menjauh.
Ia berjalan ke arah meja, mengambil rokok Marlboro dari dalam tasnya dan menyalakannya sebatang. Ia berjalan mengitari kami yang masih menggelosot di lantai, tetap telanjang bulat: " tentu kalian heran ya, kenapa aku melakukan ini " katanya. Nada suaranya kini berubah serius.
Bersambung . . . .