Seks Umum
Tuesday, 28 December 2010
Cerita Retno
Tak lama kemudian Dio muncul dengan mengenakan piyama milik Dodi. Ia langsung duduk di sebelah Retno. Retno langsung berdiri di hadapan Dio dan dengan mata terpejam ia membuka dasternya.
"Dio nikmatilah sebagai pengganti hutang suamiku" dasternya meluncur turun dan jatuh di lantai. Payudaranya yang kencang menantang masih tersembunyi di balik BH Triumph 36B warna merah. Juga kerimbunan vaginanya yang masih tersembunyi.
"Mbak tidak seperti itu. Saya janji akan memuaskan Mbak pada Dodi. Mbak menurut saja ya?" Dio masih terduduk di hadapan Retno, namun dari balik piyama itu terlihat jelas bahwa ia telah ereksi.
"Buka mata Mbak.."
Retno membuka matanya dan tertegu melihat benda yang menyembul di piyamanya.
"Beruntung Dodi punya istri seseksi Mbak." Dio kemudian berdiri, berjalan mengelilingi Retno. Dari belakang, dibelainya rambut Retno yang hitam dan panjang itu.
Tangannya juga melepaskan kaitan BH Retno. Kini payudara montok itu benar-benar bebas. Dio kemudian melepaskan piyamanya di belakang Retno.
"Dio, saya akan melayani kamu, tapi janjimu harus kau tepati." Retno berkata lirih saat merasakan dengusan nafas Dio di lehernya.
"Tentu, tentu. Kini balik badanmu", perintah Dio. Ia kemudian mengambil kursi untuk duduk.
Retno perlahan membalikkan badannya. Payudaranya yang indah bergoyang mengikuti badannya.
"Hmm. Sini.. berlutut", Dio mengisyaratkan agar Retno berlutut di antara kakinya.
"Tapi, tapi.."
"Tapi apa? belum pernah ngisep penis Dodi, sini!" bentak Dio. Retno kemudian berlutut seperti keinginan Dio.
Tanpa pikir panjang, rambut Retno ia jambak dan kepalanya ia dorongkan ke penisnya "Isaap..! "
Retno ingin muntah saat penis yang besar itu masuk ke mulutnya, apalagi saat Dio menggoyang maju mundur.
"Ahh.. Ahh.. isaapp isaapp", sambil terus menekan-nekankan kepala Retno ke penisnya.
Dalam hati Retno sebenarnya kagum akan ukuran penis Dio, hanya saja ia tidak terbiasa akan posisi ini. Menit demi menit berlalu dengan erangan dan desahan Dio. Bahkan Retno sempat merasakan sedikit cairan hangat muncrat dari penisnya. Rasanya manis. "Apa ini semen?" pikirnya dalam hati. "Sudahh.. berdiri, pegangan pada pinggiran dipan.. Cepat..!" Dio semakin beringas saja saat melihat Retno pasrah.
"Buka kaki lebar-lebar, agak membungkuk!"
Kemudian ia berdiri di belakang Retno. Dengan sekali sentak CD tipis Retno ia sobek.
"Aduhh", teriak Retno lirih. Tangan Dio kemudian menggerayangi tubuh Retno. Mulai dari meremas-remas payudaranya hingga istri Dodi itu merintih-rintih hingga jemarinya mengubek-ubek vaginanya.
"Ahh "hanya itu yang dapat diucapkan Retno saat jemari Dio mempermainkan klit-nya.
"Auuhh.. uuhh.." tanpa sadar Retno menggoyangkan pinggulnya agar jemari Dio tetap di daerah klit-nya.
"Ahh.. rupanya si pasrah mulai menikmati ya?" guman Dio. "Bagus.. bagus"Kini tangan Dio yang satu memegangi pinggang Retno sementara satunya memegangi penisnya untuk dimasukkan ke lubang vagina Retno.
"aahh", Retno berteriak keras saat dengan kasar penis Dio dihunjamkan ke liang vaginanya. "Diioo.. sakitt!"
Tangan Dio kemudian memegangi tangan Retno, ditariknya tangan istri temannya itu ke belakang hingga tubuh Retno melengkung.
"Rasakan.. hhgg.. gghh gghh.." Dio terus menghunjam-hunjamkan senjatanya ke vagina yang semakin licin itu.
"Oohh ohh.. Dioo.." Retno merintih-rintih. Entah ia merasakan sakit atau kah kenikmatan luar biasa yang ia rasakan. Payudaranya berayun-ayun dengan bebasnya.
"Ugghh sempit banget.. ayo Retno nikmati saja" Dio tersenyum saat merasakan perlawanan Retno semakin melemah. Tubuhnya tidak lagi tegang melainkan semakin relax, itu terasa lewat otot-otot Retno di tangannya.
"oohh ohh",
"Ayo katakan, katakan" Dio makin keras menghunjamkan penisnya.
"hh puaskan aku Dio oohh.." Retno tidak bisa mengingkari perasaannya.
"Baguss nih rasakan.." Seketika itu ditariknya tangan Retno lebih keras, dan
"Diioo.." Tenaga Retno bagai terbetot keluar, saat ia merasakan mani Dio menyemprot membanjiri vaginanya, sebegitu derasnya hingga sebagian menetes ke lantai kamar yang menjadi saksi bisu mereka.
"Ohh.. Retno, seandainya kamu jadi istriku.." Dio kemudian mendekap tubuh Retno yang telah basah oleh keringat.
"Gila, kenapa penisnya belum mengecil." Guman Retno dalam hatinya. Ia merasakan penisnya tetap pada ukuran sebenarnya di dalam vaginanya yang telah becek.
"Dio.. kok masih keras sih.." guman Retno pada Dio yang terengah-engah di belakangnya.
"Iya.. biasa.."
"Mau 1 ronde lagi..?" kali ini Retno yang agresif.
"Boleh." Dio melepaskan dekapannya. "Dio.. tiduran deh di lantai itu" Dio menurut saja, ia merebahkan dirinya di lantai dingin yang berceceran maninya. Penisnya tegak bagai tiang bendera.
"Aku naikin ya.." Retno kemudian mengangkangi penis Dio dan bless masuklah penis itu hingga pangkalnya.
"Ahh.."
Setelah penis itu berada di dalam, Retno kemudian memutar-mutarkan pantatnya. Penis itu pun bergesek dengan dinding vagina dan klit milik Retno.
"Ayoo Dio mainin." Retno memberi tanda ke Dio untuk bermain-main dengan payudaranya. Dio kemudian mengangkat badannya sedikit untuk mengulum dan menjilati susu Retno yang kenyal. Saat lidahnya menyentuh puting susunya Retno pun kontan berteriak lirih. Puting itu selalu menjadi bagian tersensitifnya. Apalagi saat Dio menghisap-hisapnya bagai seorang bayi gede. Retno pun tambah semangat menggarap penis Dio. Tubuh mereka telah basah oleh peluh dan cairan mani. Rambut Retno pun telah acak-acakan. Semakin malam permainan mereka semakin panas, hingga akhirnya Dio keluar untuk kedua kalinya di liang vagina istri temannya itu.
Malam itu mereka berdua benar-benar menikmati permainan mereka, Retno bahkan telah melepaskan kepasrahannya, berganti dengan gairah untuk bercinta denngan Dio.
TAMAT