Seks Umum
Thursday, 16 December 2010
Rekan kerjaku
Seperti biasa para karyawan pada saat hari Jumat siang langsung meninggalkan KBS setelah sholat Jumat atau bahkan ada yang sudah ngeloyor pulang tanpa ikut sholat Jumat lagi hingga suasana KBS sepi sekali siang ini, hanya suara satwa saja yang tetap terdengar di sekeliling KBS. Tidak ada yang harus kukerjakan siang ini. Semua satwa baik-baik saja, namun karena namanya juga piket maka aku harus tetap tinggal di klinik hewan hingga pukul 5 petang nanti.
Klinik hewan di KBS letaknya di bagian paling belakang dekat kandang gajah, dan satu area dengan tempat karantina maupun area bayi satwa yang memang disediakan tempat khusus bagi bayi-bayi satwa yang lahir namun induknya enggan untuk mengasuh.
Untuk mengingatkan pembaca yang belum pernah membaca tulisanku sebelumnya, namaku Natalia, berusia 28 tahun. Aku seorang dokter hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Tinggiku 170 cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Aku sengaja menyebutnya wanita, bukan menyebut gadis, karena aku memang sudah bukan gadis lagi. Tetapi juga bukan berarti aku sudah berumah tangga. Aku masih berstatus bujang walau sudah bukan gadis lagi. Sebaiknya pembaca ikuti saja aktivitas seksku pada ceritaku terdahulu, karena kalau harus kuceritakan lagi pada bagian ini, nantinya akan jadi panjang dan bertele-tele.
Kembali pada ceritaku kali ini, siang itu tidak ada sesuatu yang harus kukerjakan hingga aku duduk seorang diri di kantor klinik hewan. Karena ruangannya yang sepi, kuangkat kedua kakiku dan kuletakkan di atas meja. Sebagian pembaca tentu masih ingat, aku selalu mengenakan rok mini yang lebar di bagian bawahannya hingga tentu saja posisiku duduk sekarang membuat pantat dan paha bagian belakangku terbuka lebar.
Kusilangkan kakiku di atas meja, pantatku kuletakkan di ujung kursi putar sambil bersandar. Aku membaca buku-buku tentang satwa dari luar negeri. Suhu udara di Surabaya akhir-akhir ini sangat panas, sudah waktunya hujan namun sampai dengan saat ini kota Surabaya belum juga terguyur hujan sama sekali.
Posisi dudukku saat itu terus terang sangat menyejukkan daerah sekitar selangkanganku karena hembusan hawa dingin dari AC bisa langsung menerpa daerah sekitar pangkal pahaku. Karena lelah membaca, kusandarkan kepalaku ke kursi sambil kupejamkan mata untuk tidur-tiduran, sementara HT tetap kunyalakan dan kuletakkan di atas meja dekatku agar sewaktu-waktu ada panggilan darurat aku bisa langsung memonitornya.
Kulepas satu lagi kancing bagian atas hem longgar yang kukenakan, harapanku hembusan hawa dingin AC di ruangan klinik ini dapat menyusup masuk dadaku agar tidak kegerahan. Rupa-rupanya semilir hembusan hawa dingin AC yang menyejukkan ruang klinik ini telah benar-benar membuatku tertidur cukup pulas sehingga aku tidak mengetahui saat ada orang masuk ke klinik.
Bernard salah seorang kolegaku rupanya siang itu juga mendapat giliran piket. Untuk mengusir rasa jenuhnya, rupa-rupanya Bernard berjalan-jalan mengelilingi KBS hingga sampai di klinik dan kemudian mampir sejenak. Dapat pembaca bayangkan apa yang Bernard lihat saat memasuki ruangan klinik? Mata Bernard langsung tertuju pada bagian belakang pahaku yang terbuka lebar hingga bagian pantatku. Langsung saja Bernard menelan ludahnya saat ia melihat pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu halus itu terpampang jelas di hadapannya.
Bernard yang sebenarnya sudah sejak lama berusaha mencoba merayuku, siang ini tanpa disangka dia bagaikan mendapat rejeki nomplok saja. Bernard sebenarnya sudah beristrikan seorang dokter umum dan juga sudah memiliki anak. Usia Bernard sekitar 36 tahun, orangnya tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dan wajahnya cukup lumayan. Orangnya cukup konyol dan suka bercanda. Begitu melihat pemandangan seperti itu, dengan serta merta Bernard langsung maju dan berjongkok tepat di depan belahan pangkal pahaku. Mulutnya meniup-niup selangkanganku. Pada awalnya aku memang tidak merasakannya karena aku sedang benar-benar tertidur pulas, namun lama kelamaan aku dapat juga merasakan adanya hembusan angin yang datangnya bukan dari hembusan AC.
Kubuka mataku dan sungguh sangat terkejut karena kulihat ada orang yang sedang berjongkok menghadap selangkanganku sedang meniup pangkal pahaku. Secara spontan kuturunkan kedua belah kakiku dari atas meja. Karena kejadiannya begitu cepat, kepala Bernard tertindih oleh pahaku. Akibatnya posisi kepala Bernard akhirnya terkangkangi oleh pahaku dan wajah Bernard jatuh tepat di pangkal selangkanganku. Gila! Bernard bukannya segera berdiri dan menyingkir, tapi dengan serta merta wajahnya malah diusapkan ke pangkal selangkanganku yang terkangkang tadi. Usapannya membuatku geli. Lalu hidung Bernard menyingkap ujung G String-ku yang sexy.
Aku saat itu memakai CD model G String yang mini, bahannya hanya berupa seutas tali nylon yang melingkari pinggangku, selebihnya adalah seutas nylon lainnya menyambung dari pinggang bagian belakang, turun ke bawah mengikuti bagian belahan pantatku, melilit ke depan tepat di bagian liang vaginaku tersambung dengan secarik kain sutera tipis yang berbentuk segi tiga.
Di bagian sutera tipis benbentuk segi tiga ini, ujung hidung Bernard menyangkut di lipatan penutup liang vaginaku. Akibat gesekan wajahnya di selangkanganku maka tersingkap pula bibir vaginaku hingga Bernard dapat menyaksikannya dengan jelas sekali, karena bola matanya hanya beberapa centi saja di hadapan bibir vaginaku yang dalamnya berwarna merah muda menggairahkan itu.
Melihat pemandangan seperti itu membuat Bernard yang tadinya mungkin hanya iseng ingin menggodaku jadi semakin bernafsu saja. Mulutnya langsung menghunjam vaginaku, bibir Bernard serta merta dengan lahapnya menciumi bibir vaginaku.
Kejadiannya sejak awal terasa begitu cepat. Tangan Bernard sudah langsung menarik ikatan G String-ku yang terletak di samping kiri kanan pinggangku. Kondisi bagian bawah rok miniku yang lebar ini membuat Bernard tidak menemui kesulitan sama sekali. Dalam hitungan detik saja bagian bawahku sudah tanpa dilapisi sehelai benang pun.
Kepala Bernard tertutup oleh rok miniku, wajahnya tepat di selangkanganku dan bibirnya melumat bibir vaginaku dengan penuh nafsu. Lidahnya dijulurkan dan dikorek-korekkannya ke klitorisku. Apa yang ia lakukan membuatku yang tadinya pada saat awal-awal kejadian ingin memarahinya, tidak jadi. Aku malah jadi terangsang oleh permainan lidah Bernard yang menjilat habis bibir dan liang vaginaku.
Lidah Bernard menjulur mengorek-ngorek liang vaginaku hingga terasa menyentuh bagian dalam dinding-dinding vaginaku yang segera menjadi basah oleh cairan bening yang mengalir dari dalam vaginaku. Aku tidak bisa menahan lagi gejolak nafsuku hingga tanganku menyusup ke balik hem yang kukenakan dan jari-jari tanganku meremas payudaraku sendiri. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari. Rasanya nikmat sekali hingga payudaraku terasa semakin keras karena aku sudah benar-benar diselimuti oleh nafsu.
Bernard mengangkat kedua belah kakiku sambil membukanya lebar-lebar. Kedua pahaku dikangkangkannya untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi mulut dan lidahnya untuk menjilati seputaran vaginaku. Bernard sangat piawai memainkan ujung lidahnya sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama baginya membuatku orgasme. Semburan hangat langsung muncrat dari dalam rahimku, keluar membasahi liang dan dinding vaginaku dan serta merta Bernard langsung menjilat dan menelan habis cairan pelumasku yang mengalir keluar.
"Huu.. Uucch! Oo.. Oocch! Aa.. Aacch!", aku melenguh bagaikan anak sapi saja. Bernard tetap saja meneruskan jilatannya sampai vaginaku benar-benar bersih dan kering kembali.
Aku akhirnya menarik napas panjang mengiringi semburan terakhir pelumasku yang merembes keluar melalui liang vaginaku. Selesai melakukan jilatannya, Bernard langsung berdiri sambil membuka kancing celananya. Celana berikut CD-nya diperosotkan sampat batas lututnya hingga tampak batang kemaluannya langsung menjulang keluar bagaikan torpedo yang siap diluncurkan menuju sasaran.
Bernard mengangkat kedua kakiku sehingga badanku terlipat. Lututku didorong hingga berada dekat dengan wajahku, batang kemaluannya langsung diarahkan ke belahan bibir vaginaku dan tanpa harus mendapat bimbingan lagi, batang kemaluannya telah berada tepat menempel di mulut liang vaginaku. Didorong-dorongkannya sedikit sehingga kepala kemaluannya menemui sasaran yang tepat, kemudian didorongkan sedikit lebih dalam lagi dan, slee.. eep! Masuklah sebagian batang kemaluannya. Ditarik keluar sedikit dan didorongkannya lagi masuk lebih dalam.
"Oo.. Oocch! Slee.. Eep! Slee.. Eepp! Uu.. Uucch! Slee.. Eepp! Slee.. Eepp! Aa.. Aacch!", demikian suara rintihanku bersahut-sahutan dengan bunyi suara saat batang kemaluan Bernard memompa liang vaginaku.
Kondisi liang vaginaku sudah sangat basah sehingga memudahkan batang kemaluan Bernard terbenam habis ke dalam vaginaku. Ujung kepala kemaluannya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. Ujungnya menyentuh dan menekan-tekan tonjolan daging seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang vaginaku, rasanya luar biasa nikmat.
Karena memang sudah cukup lama aku tidak melakukan ML ditambah dengan permainan Bernard yang cukup piawai hingga membuatku segera akan mencapai puncak kenikmatan kembali.
"Ayoo..! Terus..! Aku sudah hampir orgasme!", seruku.
"Sebentar Nat! Kita keluarin sama-sama..", jawab Bernard.
"Dikeluarin di dalam atau di luar nich?", tanya Bernard padaku sambil terus memompakan batang kemaluannya di dalam liang vaginaku.
"Uu.. Uucch! Terserah..!", teriakku dan..
"Ooo.. Oocch! Aa.. Aacch!"
Badanku tiba-tiba gemetar dan sedikit kejang. Bernard pun ikut melenguh sambil tetap menggenjot pompaannya lebih cepat lagi. Kami dalam waktu yang hampir bersamaan sama-sama mengalami orgasme. Terasa sekali semburan sperma Bernard yang hangat membanjiri liang vaginaku. Tumpahan cairan cinta kami tercampur jadi satu dalam liang vaginaku, saking banyaknya bahkan tidak tertampung sehingga merembes keluar mengalir mengikuti celah belahan pantatku dan membasahi anusku.
*****
Demikianlah salah satu kisah petualangan seksku dengan seorang rekan kerjaku.
Tamat