Arthur - Perawatan medis plus 1

Saya telah menerima banyak email dari pembaca yang penasaran menanyakan jati diri saya atau pun wanita yang saya telah saya tiduri. Perlu saya jelaskan bahwa Arthur hanyalah nama samaran saya. Tidak mungkin saya pakai nama asli karena akan dikenali orang-orang yang pernah tinggal di San Francisco dan otomatis orang-orang akan dengan mudah menebak nama-nama teman wanita yang ada di cerita-cerita saya. Semua nama-nama orang yang ada di cerita saya adalah nama samaran, akan tetapi semua kisah saya adalah nyata dan tidak saya tambah-tambahi. Apa adanya.

Teriring salam,

Arthur.

*****

Februari, Senin 2004

Saya terbangun dipagi hari dengan perasaan sakit yang luar biasa. Kepala saya terasa berat, badan saya panas sekali, dan badan tidak terasa bertenaga. Saya mencoba bangun dan sarapan. Setelah makan, saya malah terasa semakin lemas. Akhirnya saya SMS sekretaris saya untuk bilang tidak masuk kantor karena sakit. Jam 11 siang saya terbangun, kepala terasa semakin berat dan lemas sekali.

"Something is wrong" gumam saya.

Saya minta pembantu saya untuk panggil taksi. Setelah taksi tiba, saya berangkat dan minta diantar ke rumah sakit swasta yang besar di daerah kuningan, Jakarta. Saya langsung masuk ke unit gawat darurat dan tim medis langsung menangani saya. Darah saya diambil untuk dites dan sebuah infus dipasang dilengan kiri saya. Sejam kemudian, dokter memberitahukan hasil lab yang menyatakan trombosit darah saya jauh dibawah normal. Saya diminta untuk diopname.

Sambil mengisi registrasi rumah sakit, saya minta kamar VIP dan menelepon orang tua saya bahwa saya diopname dan minta dibawakan baju ganti dari rumah saya. Setelah urusan beres, saya langsung diantar ke kamar VIP. Selesai makan siang dan obat, saya langsung tidur dengan pulas. Sore hari, orang tua saya datang membawa baju ganti, dsb. Saya wanti-wanti mereka untuk tidak memberitahu kakak atau saudara saya karena tidak mau diganggu selama diopname.

Selasa

Jam 5:45 pintu kamar saya terbuka, seseorang membawa sarapan disusul oleh seorang pria yang membawa kotak putih, rupanya ia perlu mengambil darah saya untuk dibawa ke lab. Kepala saya masih sakit, badan masih panas dan masih tak bertenaga. Selesai sarapan kembali saya tertidur. Jam 6:30, seorang suster masuk.

"Selamat pagi Pak Arthur, saya mandikan ya supaya segar" kata suster.

Saya membuka mata sedikit dan mengangguk. Si suster dengan cekatan membuka baju dan celana tidur saya. Seluruh tubuh saya dioleskan dengan sabun cair lalu digosok setelah itu dilap dengan handuk basah. Selama dimandikan, saya menutup mata saya karena masih pusing. Sesekali saya membuka mata, saya perhatikan si suster bernama Mia (bukan nama asli). Tubuhnya langsing, rambutnya pendek, dadanya terlihat membusung dibalik baju seragam perawatnya.

"Pak, mau dibersihkan daerah selangkangan?" suster Mia bertanya.
"Ya boleh aja" jawab saya malas-malasan.

Celana dalam saya dibuka dan kembali suster Mia mengoleskan sabun cair dan membersihkan daerah selangkangan lalu dilap dengan handuk basah. Selama dibersihkan didaerah selangkangan, kontol saya terkulai dengan lemas. Ternyata urat mesum saya sedang tidak beraksi sama sekali, hahahaha. Setelah beres, suster Mia membantu saya memakai pakaian yang bersih dari tas saya lalu saya mengucapkan terima kasih. Jam 8, dokter datang untuk memeriksa kondisi saya kemudian saya melanjutkan tidur.

Rabu

Rutinitas pagi hari kembali terulang, sarapan diantar lalu datang si pria yang meminta darah saya (udah kayak drakula minta darah) dan kembali suster Mia datang untuk memandikan saya. Kepala saya masih sakit walaupun tidak separah kemarin dan badah masih hangat. Kali ini sambil dimandikan, mata saya terbuka lebar dan tertuju pada TV walaupun sekali-sekali melirik ke tubuh suster Mia. Wajahnya saya perhatikan, ternyata cantik juga dia. Jika dilihat sepintas mirip Wanda Hamidah. Kalau tersenyum, maka sebuah lesung pipit akan terlihat di pipi sebelah kanan. Kembali suster Mia menawarkan untuk membersihkan daerah selangkangan, saya perbolehkan. Kontol saya masih terkulai lemas. Rupanya badan lemas memang tidak akan mampu membuat kontol berdiri.

Saya melewati hari ini dengan lebih banyak tidur supaya cepat sehat. Sekali-sekali saya nonton TV tapi setelah itu kembali tidur.

Kamis

Pagi ini saya merasa cukup segar, kepala sudah tidak lagi sakit, temperatur badan sudah kembali normal dan tenaga tubuh terasa sudah membaik. Tidak sabar saya menunggu dimandikan suster Mia. Selesai sarapan dan pengambilan darah, suster Mia datang.

"Halo selamat pagi, kelihatannya sudah segar Pak Arthur" kata Mia dengan tersenyum.
"Panggil Arthur saja, enggak usah pakai Pak. Iya, sudah jauh lebih baik" kata saya dengan tersenyum.
"Wah kalau begitu enggak perlu ya dimandikan, bisa mandi sendiri" goda Mia.
"Kalau saya sehat, saya tidak ada disini, suster" jawab saya sambil tertawa.
"Hahaha, bisa saja Arthur" kata Mia.

Mia membuka baju dan celana tidur saya. Saat mengoles dada dan punggung saya dengan sabun cair, saya melirik kearah dadanya, wah besar juga! Mia menggosok dada, punggung dan lengan saya. Bibir Mia yang merah terasa dekat sekali saat itu membasuh dada saya dengan handuk basah. Ingin rasanya menciumnya. Lalu Mia melanjutkan membersihkan paha dan kaki saya. Tangannya yang lembut saat menyentuh paha saya tiba-tiba membangunkan urat mesum saya dan langsung kontol saya berdiri, hore! Mia tetap melanjutkan membasuh paha dan kaki walaupun sekali-sekali saya menangkap matanya melirik kearah kontol saya.

"Mau dibersihkan selangkangannya?" tanya Mia.
"Boleh, silakan" kata saya sok cuek.

Tangan Mia meraih celana dalam saya dan perlahan ia menariknya kebawah. Kontol saya langsung terayun kearahnya. Mia lalu membalur sabun cair di daerah selangkanganku. Tangannya terasa lembut sekali dan kontol saya terasa semakin mengeras.

"Maaf ya kalau ereksi" jawa saya sedikit malu.
"Tidak apa-apa kok, normal kok" jawab Mia sambil tersenyum.

Duh senyumannya membuat jantung saya berdegup dengan kencang. Mia kelihatannya hati-hati untuk tidak sampai menyenggol kontol saya. Selesai mandi, Mia membantu saya memakai baju lalu saya nonton TV sambil menunggu dokter datang.

Jum'at

Saya sudah merasa sehat sekali. Saya kembali membayangkan kenikmatan dimandikan oleh si cantik suster Mia. Sarapan dan tukang palak darah pun datang, dan sekarang saatnya mandi. Pintu kamar saya terbuka dan tiba-tiba yang muncul bukan Mia melainkan suster lain yang sama sekali tidak menarik.

"Aarggh, shit, who the hell are you?, I want Mia" jerit saya dalam hati.

Suster itu menawarkan untuk dimandiin. Serta merta saya menolak, saya bilang saya cukup kuat untuk mandi sendiri. Suster itu membantu saya ke kamar mandi setelah itu meninggalkan kamar saya. Selesai mandi, dokter datang dan membawa hasil lab terbaru. Trombosit darah saya sudah kembali normal. Nanti siang saya diijinkan untuk membuka infus dan kalau segala sesuatu baik maka hari Sabtu boleh pulang. Saya agak sedih tidak ketemu Mia, seharian saya melewatkan waktu dengan nonton TV dan menanyakan ke sekretaris keadaan di kantor.

Malam hari setelah makan malam, orang tua saya pamit untuk pulang. Saya masih nonton TV untuk menunggu suster shift malam datang. Biasanya suster itu hanya akan memantau kondisi sebelum saya tidur. Tangan kiri saya sudah kembali bebas setelah jarum infus dicabut. Jam 21:30, pintu terbuka dan suster Mia muncul.

"Selamat malam Arthur, sudah sehat?" Mia bertanya dengan tersenyum.
"Halo Mia, saya sudah merasa sehat. Kok sekarang datangnya malam?" tanya saya.
"Biasa, rotasi jam kerja" kata Mia.
"Senang melihat Mia lagi" kata saya sedikit merayu, tanpa saya sadari saya menyentuh lengan Mia. Mia tersenyum dan membiarkan tangan saya memegang lengannya.
"Gimana kabarnya? Masih lemas?" tanya Mia.
"Sudah sehat, kan tadi sudah saya jawab" kata saya sedikit bingung.
"Bukan kamu, tapi adik kamu" kata Mia dengan pandangan menggoda.
"Coba saja kamu tanya sendiri" kata saya sambil tersenyum.

Dengan mata yang tetap tertuju pada mata saya, Mia mengulurkan tangannya ke arah kontolku. Ia meremas kontol saya dari balik selimut.

"Besar ya, Arthur" kata Mia.
"Buka aja celananya" kata saya.

Mia membuka celana piyama dan celana dalamku. Kontol saya langsung digenggam. Mia membungkukkan dadanya kearah saya dan saya langsung mencium bibirnya, saya buka kancing baju seragamnya lalu saya tarik BHnya kebawah. Payudaramia cukup besar, berukuran 34B. Putingnya berwarna coklat muda dan payudaranya terlihat sedikit menurun. Dengan gemas, saya cium bibir Mia sambil meremas dan memelintir puting Mia. Mia membalas dengan meremas dan mengocok kontol saya. Setelah berciuman agak lama, Mia melepaskan dirinya dan menghisap kontol saya. Lidahnya menyapu seluruh kepala kontol lalu ke batang kontol dan biji. Hmm, nikmatnya.

Saya mengangkat rok putih Mia dan terlihat celana dalamnya berwarna putih. Saya remas pantatnya yang tidak terlalu besar lalu saya elus vaginanya dari belakang pantatnya. Mia menggelinjang kegelian. Saya menyelipkan jari saya kebalik celana dalamnya dan mengelus-elus vaginanya. Terasa bulu-bulu kemaluan Mia disekitar vaginanya. Vagina Mia sendiri terasa basah dan licin. Wah kelihatannya Mia sudah orgasme, mungkin saat kita ciuman dia mengalami orgasme. Jari saya sibuk mengelus vagina dan memainkan klitorisnya. Nafas Mia mendengus-dengus dan ia menghisap kontol saya semakin keras.

Bersambung...