Diperkosa 2 pengantar kasur - 3

Suara erangan Toni bertambah keras. Kurang dari sedetik kemudian, kepala kontol Toni membesar dan langsung menembakkan isinya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tubuh Toni juga bergetar hebat, kejang-kejang. Dari mulutnya keluar erangan-erangan nikmat.

"Aarggh!! Aarggh!! Oohh!! Uuggh!! Aargghh!!"

Budi tak mempunyai pilihan lain kecuali menelan semua pejuh yang tersemprot. Mm.. Nikmat sekali, mirip minum susu kental manis saja. Usai ngecret, Toni merobohkan tubuhnya di samping Budi. Napasnya terengah-engah, puas dengan orgasmenya.

"Enak kan?" tanya Hadi pada Toni, "Cowok Cina emang enak buat dingentotin."

Pria itu masih saja mengurut-ngurut kontolnya, padahal dia sudah ngecret. Kontolnya yang masih belepotan pejuh perlahan mengeras kembali. Mata Budi terbelalak melihatnya, tak percaya akan kejantanan kontol Hadi.

"Mau gak ngentot bareng? Kita bisa ngentot pantatnya bersamaan."
"Mau banget, Hadi," jawab Toni, antusias. Seperti halnya Hadi, Toni juga mengurut kontolnya dan berusaha membuatnya bangkit kembali.

Tak kurang dari semenit, kedua pengantar kasur sudah siap bertempur kembali. Budi hanya bisa mendesah dengan penuh nafsu. Sensasi yang diberikan kontol Hadi tadi telah membuat Budi ketagihan. Membayangkan dua kontol menyodominya sekaligus malah membuat Budi makin terangsang. Merasa bahwa Budi takkan kabur, Hadi melepaskan tali pengikat tangan pemuda itu.

Pengantar kasur itu kemudian berbaring di atas ranjang Budi, sementara itu Budi disuruh untuk menduduki kontol Hadi. Budi yang sudah terangsang sekali sama sekali tak keberatan. Dia malah semakin bergairah karena merasa seolah-olah sedang bermain dalam sebuah film porno homoseksual. Pelan-pelan, pemuda Chinese itu memasukan kontol Hadi ke dalam pantatnya yang masih agak sedikit nyeri.

"Aahh.." desah Budi saat kepala kontol Hadi yang besar kembali membuka anusnya dan masuk ke dalam. Perut Budi kembali terasa penuh dan hangat. Kemudian, Toni mulai memasukkan kontolnya dari belakang. Budi membungkukkan badannya agar lubang anusnya terekspos.

"Masukin aja, Ton," desak Hadi, yang sudah tak sabar lagi.

Kontol Toni mulai memaksa masuk. Mengambil posisi tepat di atas kontol Hadi, Toni mulai mendorong kontolnya. Pelan-pelan, anus Budi terbuka. Kesempatan itu segera dipakai Toni untuk menyelipkan kepala kontolnya. Memang tidak mudah, namun Toni pantang menyerah.

"Aarrgghh.." erang Budi, kesakitan bercampur nikmat. Anusnya terasa seakan sobek saat kepala kontol Toni masuk ke dalam duburnya.

"Oohh sakit, Bang.. Aargghh.." rintihnya, hampir menyerah. Keringat Budi yang sebesar biji jagung jatuh ke atas dada Hadi yang bidang. Namun akhirnya kontol Toni masuk sleuruhnya. Budi pun mendesah dengan lega.

"Hhoohh.. Hhoohh.. Oohh.."

"Gimana? Enak?" tanya Hadi, terlihat mesum. Sesekali wajahnya meringis, menahan nikmat yang dirasakan kontolnya. Tangan Hadi merajarela di atas tubuh Budi, meremas-remas dada, perut, dan punggungnya.

Budi hanya bisa mengangguk. Rasa sakit jelas tergambar di wajahnya yang tampan itu. Namun rasa sakit itu adalah rasa sakit yang nikmat karena ditimbulkan oleh dua kontol. Saat kedua pria itu mulai menggenjot pantat Budi, rasa sakit mulai berkobar. Budi meringis-ringis, menahan perih pada bibir anusnya. Meksipun kontol Hadi dan Toni belepotan pejuh, namun pejuh mereka tak cukup untuk melumasi pantat Budi.

"Aahh.. Aarrgghh.. Skait.. Oohh.. Uugghh.." Budi ingin melepaskan diri, tak tahan lagi, tapi badannya dipegangi Hadi. Pria itu tak memperbolehkan Budi untuk kabur.

"Tahan donk.. Oohh.. Enak kok nanti.. Aahh.." Rasa nikmat menguasai pikiran Hadi. Yang ada di benaknya sekarang hanyalah ngentot, ngentot, dan ngentot.

"Aarrgghh.." Sensasi yang timbul dari pergesekkan kontolnya dengan dinding usus Budi dan dengan kontol Toni melambungkan Hadi ke langit ketujuh. Nikmat sekali. Selain itu, lubang anus Budi pun terasa makin sempit karena disesakkan oleh kontol Toni. Pengantar kasur yang bejat itu melenguh-lenguh, penuh kenikmatan.

"Oohh.. Hhohh.. Uuhh.."

Toni pun merasakan hal yang sama. Posisinya memang agak sulit karena dia harus berdiri di tepi ranjang sambil mempertahankan posisi kontolnya di dalam pantat Budi. Tapi sensasi nikmat pada kontolnya membuatnya terlena.

"Aahh.. Aarrgghh.. Oohh.." Tangannya berpegangan pada pundak Budi, menahannya di tempat.

"Aahh.. Enak banget.. Oohh.. Ngentot loe! Aarrgghh.. Oohh.."

Kedua kontol itu mendesak-desak di dalam dubur Budi. Prostatnya pun, tak ayal lagi, menjadi bulan-bulanan. Rasa nikmat yang tersebar akibat terangsangnya prostat itu sanggup menutupi rasa sakit yang sedang dirasakan Budi. Pemuda yang doyan seks itu pun mulai tenang dan menikmati permainan liar itu. Rasa nikmat yang dirasakannya itu begitu besar sehingga dia tak mau hal itu berakhir. Sengaja, Budi menekan-nekankan tubuhnya ke bawah, ke arah kontol Hadi, agar kontol Hadi bisa masuk lebih dalam.

"Aarrgghh.. Fuck me! Oohh.. Fuck! Aahh.. Lebih kuat, Bang.. Oohh.. Yyeeaahh.. Ngentotin pantat gue.. Aahh.. Pake aja badan gue.. Oohh.. Yyeess.. Aarrgghh.."

Acara ngentot itu pun berlangsung dengan penuh nafsu dan gairah. Kamar Budi mulai terasa panas, panas dengan nafsu mereka bertiga. Keringat bercucuran dari badan mereka, membasahi ranjang. Namun mereka terus mengentot, tanpa berhenti. Anus Budi mulai terasa longgar, dilebarkan oleh kontol Hadi dan Toni. Precum yang dihasilkan kedua kontol itu sesekali meluncur keluar dari celah anus Budi. Budi tak kuasa menahan kenikmatan sodokan kontol kedua pria itu. Orgasme semakin meningkat sampai akhirnya Budi mencapai klimaksnya.

"Aarrgghh!!" Tanpa menyentuh kontolnya, Budi ngecret! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Pejuh kental keputihan menyembur keluar dan tersemprot ke depan. Hadi yang terbaring di bawah Budi terkena semprotan pejuh Budi. Wajahnya yang tampan penuh dengan bercak-bercak sperma. Begitu pula dengan dada bidangnya, basah dengan keringatnya dan juga pejuh Budi. Ccrroott!! Ccrroott!! "uuggh!! Oohh!! Aahh!! Aarrgghh!!" Budi terus mengerang dan melenguh sementara tubuhnya yang bermandikan keringat itu terguncang-guncang.

Seperti efek domino, guncangan tubuh Budi dan orgasmenya telah memicu orgasme Hadi dan Toni, Kedua pengantar kasur itu pun mulai merem-melek, saat orgasme datang menghampiri mereka.

"Aargghh!! Gue ngecret!!" teriak Hadi. Dan.. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Pejuh Hadi tersembur keluar dari lubang kontolnya.

"Oohh!! Ffuucckk!! Aargghh!! Oohh!! NGENTOT! Aarggh!!" Tubuh Hadi mengejang-ngejang, tapi Budi menahannya dengan berat badannya. Pejuh Hadi segera mengalir ke dalam perut Budi, bercampur dengan lelehan pejuhnya yang sebelumnya sempat disemprotkan Hadi tadi.

"Aargghh!! Oohh!!" erang Toni, tubuhnya bergetar. Orgasme Hadi memicu orgasme Toni. Pria itu mulai kelojotan dan kontolnya pun menyemprotkan pejuh dalam jumlah banyak. Ccrrott! Ccrroot!! Ccrroott!! "aarrggh!! Oohh!! Aarrggh!! Uuggh!!" Erangan nikmat Toni bergema di dalam kamar itu. Sekujur tubuhnya mengejang seolah kesetrum listrik. Tanpa ampun, kontol Toni membanjiri isi perut Budi. Ccroott!! Ccrroott!!

"Oohh.." desah Budi, mencium bibir Hadi. Di luar dugaan, Hadi menyambutnya. Toni agak keheranan sebab Hadi tak pernah mau bermesraan dengan pria lain; dia hanya mau berhomoseks saja.

"Terima kasih, Abang sekalian. Saya puas sekali. Ternyata homoseks asyik juga yach," kata Budi, tanpa malu. Kontolnya yang sudah kempis dimain-mainkan sebentar sambil memandangi wajah Hadi yang tampan. Saat Toni mencabut kontolnya keluar, lelehan pejuh mengalir keluar dari anus Budi. Begitu pula saat Budi berdiri dan melepaskan dirinya dari kontol Hadi, lebih banyak pejuh yang bocor. Tetesan-tetesan pejuh itu menodai ranjang dan lantai.

"Pantat loe enak," kata Hadi, bangkit berdiri. Pria itu kemudian memeluk Budi dan menciuminya. Toni sampai terbengong-bengong melihatnya. Baru kali ini dia menyaksikan sisi romantis dari Hadi.

"Kapan-kapan gue mau ngentot ama loe lagi." Hadi meninggalkan kartu namanya di meja tulis Budi.

"Kalo loe lagi gatal dan pengen dingentot, datang aja ke tempat kerja gue. Pasti gue layani." Dengan berat hati, Budi melepas kepergian mereka. Tapi setidaknya, dia kini mengetahui sebuah dunia baru yang sangat menyenangkan. Dunia homoseksual!

Sekarang, Budi adalah seorang pria homoseksual, dan kebutuhannya yang paling mendasar adalah dingentotin. Berkat internet, Budi bertemu dengan sejumlah pria-pria yang juga menyukai sesama jenis. Tiap kali orangtua Budi keluar, Budi selalu mengundang teman-teman homoseksualnya untuk datang ke rumahnya. Budi bertingkah seolah dia adalah seorang pria murahan, suka sekali disodomi. Berbagai jenis kontol, mulai dari yang besar, kecil, bersunat, tak bersunat, bengkok, lurus, gelap, terang, sudah pernah dicicipinya. Tapi tak ada satu pun yang dapat menandingi kontol Hadi dan Toni. Tak jarang Budi berharap dapat bertemu dengan kedua pengantar kasur itu lagi. Dia yakin, suatu saat, mereka berdua pasti akan mengunjunginya. Dan jika hal itu terjadi, Budi akan meminta mereka untuk mengentotnya semalaman sampai pagi menjelang.

TAMAT