Gadis eksbisionis 2nd

Ini adalah cerita saya yang kedua. Bagi anda yang pernah membaca cerita saya sebelumnya (Gadis Eksibisionis, 1st), pasti tahu sedikit banyak tentang saya.

Sekarang saya tinggal di sebuah apartemen di Jakarta Selatan dan sudah tidak kost lagi. Saya pindah karena saya sudah putus dengan pacar saya yang tadinya satu kost dengan saya. Tidak enak rasanya bila harus terus bertatap muka dengan dia di tempat kost saya yang lama. Sudah dua bulan ini saya tinggal sendiri dan saya mulai menikmati kesendirian ini. Yang pasti, dengan tinggal sendiri saya bebas melakukan apa saja di apartement tanpa ada yang perduli.

Untuk informasi pembaca, saya tidak pernah mengenakan apapun di apartement, kecuali bila ada tamu. Begitu pulang, yang pertama saya lakukan adalah membuka semua pakaian saya dan saya baru berpakaian lagi bila mau keluar. Tirai jendela juga saya buka lebar-lebar, dan karena apartement saya berhadapan dengan bangunan apartement lain, penghuni-penghuni apartemen di depan saya dapat melihat ketelanjangan saya.

Ada satu orang yang sering menggunakan teropong di malam hari dan menikmati tubuh saya. Saya senang bila ada yang menonton, dan kadang-kadang saya keluar ke beranda tanpa mengenakan apapun. Bila kebetulan saya membawa teman pria ke apartement, seringkali kami bercinta di beranda atau di kamar dengan jendela dibuka lebar-lebar dan lampu menyala terang. Saya yakin, penghuni?penghuni lain dapat melihat dengan jelas, dan hal itu juga membuat saya semakin bernafsu.

Kali ini saya mau menceritakan pengalaman saya sekitar dua bulan lalu di Cebu, Philippina. Saya baru pindah kerja ke perusahaan multinasional beberapa bulan lalu, dan saya dikirim untuk training selama seminggu di Cebu. Training diadakan di sebuah hotel berbintang lima yang letaknya persis di tepi pantai.

Sejak hari pertama, saya tahu kalau banyak rekan pria baik dari Indonesia maupun negara-negara lain yang terus mencuri-curi pandang ke arah saya. Saya memang belum berani untuk memakai pakaian yang seksi, karena tidak mau mendapat cap yang tidak-tidak dari awal. Maklum, saya baru masuk di perusahaan itu.

Dari semua peserta training, ada satu peserta dari Thailand yang menurut saya menarik. Badannya bagus dan orangnya juga sangat simpatik. Saya tahu kalau dia juga suka dengan saya, karena dia sangat perhatian kepada saya sejak hari pertama kami berkenalan. Di hari ketiga training, saya pergi ke Gym sekitar jam 6 sore untuk exercise dengan treadmill. Ternyata dia (namanya Nui) juga ada disitu. Wah, kesempatan yang sangat baik untuk menggoda dia, pikirku.

Saya masuk ke kamar ganti dan berganti pakaian dengan baju senam dan celana pendek. Di kamar ganti, saya sengaja lepas busa tipis pelapis di bagian dada. Karena baju senam saya berwarna merah muda, saya tahu bila saya keringatan, pasti puting saya akan terlihat jelas.

Begitu keluar dari ruang ganti, Nui melihat ke arah saya dan juga satu pria lagi yang kebetulan ada di Gym juga. Pandangannya langsung tertuju ke buah dada dan puting saya yang menonjol di balik baju senam yang tipis dan ketat itu. Saya mengobrol dengan dia sebentar dan mulai berlari-lari di treadmill.

Beberapa menit kemudian, saya sudah mulai keringatan dan baju senam saya mulai basah dengan keringat. Puting saya yang berwarna coklat kemerahan juga tercetak dengan jelas. Saya tahu kalau Nui terus melihat ke arah dada saya. Sekitar 15 menit kemudian saya berlatih alat-alat lainnya, dan waktu saya perhatikan, ternyata Nui sudah terangsang, dan hal ini terlihat dari tonjolan di balik celana pendeknya. Ternyata usaha saya berhasil..!

Setelah selesai, saya tanya Nui apakah mau ikut ke tempat sauna yang terletak di sebelah Gym. Dia bilang kalau dia akan segera menyusul. Tidak lama setelah Nui masuk, saya berdiri dan melepas celana pendek saya. Saya bilang kalau saya takut celana saya basah oleh keringat. Karena baju senam saya sebenarnya untuk dipakai sebagai lapisan kedua di luar celana senam, otomatis dari belakang modelnya seperti G-string dan di bagian selangkangan juga tidak ada lapisan lagi. Bulu kemaluan saya tidak dapat ditutupi oleh baju senam yang mini itu, dan di kiri-kanan selangkangan saya terlihat jelas bulu-bulu kemaluan saya.

Mata Nui langsung tertuju ke kemaluan saya, dan dia pun berkomentar, "Wow, that's nice.. I like what I'm seeing.."
Saya hanya tersenyum dan duduk menyender menghadap Nui. Satu kaki saya angkat sehingga Nui dapat melihat kemaluan saya lebih jelas. Mata saya pun saya pejamkan sehingga dia dapat leluasa melihat buah dada dan kemaluan saya dengan rambutnya yang lebat itu. Selang beberapa saat, tiba-tiba Nui bangun dan mencium saya. Terus terang, pertama-tama saya kaget, tapi saya pun membalas ciumannya dan mulai saling berpagut lidah dengan penuh nafsu.

Saya masukkan tangan saya ke dalam celana pendeknya dan kemaluan Nui sudah sangat tegang. Ukurannya juga cukup besar. Saya lepas celana pendek dan celana dalamnya dan mulai memberikannya oral seks.

Wah pembaca, karena tubuh kami penuh dengan keringat, kemaluannya juga terasa asin oleh keringatnya. Tapi memang dengan begitu kami menjadi lebih bernafsu. Nui menyuruh saya melepaskan pakaian yang saya kenakan, dan tanpa diminta dua kali, saya lepaskan baju saya. Sekarang saya berdiri telanjang bulat di hadapannya, dan saya minta dia untuk menjilati tubuh saya. Saya tiduran di bangku panjang di tempat sauna, dan Nui mulai menjilati tubuh saya dari atas ke bawah. Cukup lama dia menjilati puting saya, dan akhirnya mulai turun dan menjilati selangkangan saya yang basah oleh keringat dan juga cairan kemaluan saya.

Pembaca, sungguh nikmat rasanya, dan saya mengalami dua kali orgasme hanya dengan oral seks yang dilakukan Nui ke saya. Begitu saya selesai orgasme yang kedua kalinya, Nui mengangkat badan saya dan membuka kedua kaki saya lebar-lebar. Dia sempat menjilati dulu klitoris saya sebelum kemudian memasukkan kemaluannya ke dalam vagina saya.

Ternyata bercinta di tempat sauna sangat nikmat karena tubuh kami penuh dengan keringat, dan ini merupakan suatu sensasi yang berbeda. Setelah beberapa kali berganti posisi, akhirnya Nui orgasme, dan kami pun berpelukan beberapa saat. Tidak terasa, ada sekitar 25 menit kami di tempat sauna. Untung temperatur tidak kami set panas-panas, karena kalau tidak mungkin kami sudah dehidrasi di dalam. Keluar dari tempat sauna, kami pun langsung ke kamar ganti masing-masing, dan sebelumnya membuat janji untuk bertemu di tempat makan malam di dekat pantai.

Setelah mandi, saya mengenakan baju panjang berwarna biru muda dengan motif bunga-bunga yang bahannya cukup tipis. Saya tahu bahwa saya terlihat seksi dengan baju itu. Apalagi dengan tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya.

Sejak keluar dari kamar, setiap ada yang berpapasan dengan saya pasti menoleh dan memperhatikan tubuh saya di balik baju itu. Ini adalah saat-saat yang saya nikmati. Saya senang bila para pria melihat saya dan membayangkan apa yang ada di balik baju tipis yang saya kenakan itu.

Begitu sampai di restoran, Nui sudah menunggu saya dan begitu bertemu, dia langsung memuji saya.
"You look very sweet tonight, honey.." katanya.
Siapa yang tidak senang mendapatkan pujian itu dari pria seperti Nui. Waktu makan malam saya tanya Nui apakah dia mau bercinta di pantai setelah makan malam. Dia mengiyakan, dan sepanjang makan malam rasanya saya tidak sabar dan ingin cepat-cepat bercinta lagi dengan Nui.

Selesai makan malam, sekitar jam 9 malam, kami berjalan ke pantai. Pantainya sepi dan hanya terlihat beberapa nelayan yang sedang melaut. Karena lokasi hotel yang dekat pantai, saya tahu kalau dari kamar hotel, para tamu dapat melihat kami walaupun tidak jelas karena lampu di pantai tidak terlalu terang.

Begitu sampai di satu tempat yang cukup strategis, saya tantang Nui untuk melepaskan semua pakaian yang dikenakannya. Karena belum pernah telanjang di tempat terbuka seperti itu, awalnya Nui tampak segan untuk membuka pakaiannya. Saya bilang kalau saya lepas baju saya, dia juga harus membuka bajunya. Nui pun mengangguk setuju. Saya buka kancing baju saya perlahan-lahan dan langsung menjatuhkan baju saya ke pasir. Nui kaget kalau ternyata saya tidak mengenakan apa-apa lagi di balik baju saya. Walaupun tidak terlalu terang, masih cukup jelas bagi dia untuk melihat tubuh saya yang telanjang, dan karena mulai terangsang, Nui juga kemudian melepaskan pakaiannya.

Begitu celana dalamnya dilepaskan, terlihat kalau kemaluannya mulai menegang. Saya minta dia berdiri di tempatnya, dan saya mulai berjalan-jalan di depannya dan mempertontonkan tubuh saya. Mata saya tertuju ke hotel dan meneliti kamar demi kamar, apakah ada tamu hotel yang melihat kami. Saya lihat ada tiga kamar yang penghuninya sedang melihat keluar ke arah pantai, dan pastinya mereka juga memperhatikan kami. Kemudian saya berjalan ke arah laut dan memanggil Nui. Nui menghampiri saya, dan kami pun bercinta di laut. Ini memang bukan pengalaman pertama saya, karena sebelumnya saya juga pernah melakukannya waktu kuliah di Australia.

Pembaca, ternyata mulai banyak yang menonton kami dari kamar-kamar hotel, dan bagi saya itu menambah kenikmatan saya. Setelah selesai, Nui balik ke pantai dan mencoba untuk mengeringkan tubuhnya yang basah dengan tangannya (kami tidak membawa handuk). Setelah itu, dia pun mulai mengenakan kembali pakaiannya. Saya sendiri masih berjalan-jalan di pantai tanpa mengenakan apapun, dan Nui berdiri sambil terus memandangi saya. Saya benar-benar menikmati berjalan-jalan di pantai itu dengan ditontoni oleh banyak orang.

Hari Sabtu paginya seharusnya kami sudah dijadwalkan untuk pulang. Saya bilang ke rekan?rekan dari Jakarta kalau saya mau jalan-jalan dulu, dan baru pulang keesokan harinya. Saya juga minta Nui untuk tinggal sehari lagi, dan saya ajak dia menyewa speed boat dan pergi ke sebuah pulau yang letaknya sekitar 35 menit dari tempat kami menginap. Speed boat-nya cukup besar dengan dek depan yang dapat dipakai untuk berjemur, dan pengemudi kapal di dek atas.

Di tengah perjalanan, saya mulai melepaskan pakaian saya. Nui kaget dan melarang saya, karena di speed boat juga ada pengemudi kapal di atas.
Saya bilang, "Biar aja dia lihat, toh habis ini juga saya tidak akan ketemu dia lagi. Juga kan tidak ada salahnya sekali-sekali kasih kebahagiaan untuk orang lain.." candaku.

Saya pun mulai melepaskan satu persatu pakaianku dan tiduran di dek depan. Pengemudi kapal kami tampak kaget dan terbelalak melihat saya dengan santainya tiduran tanpa mengenakan selembar benang pun. Saya yakin, selama ini belum pernah dia membawa turis yang senekat saya. Apalagi di kiri kanan kapal kadang-kadang kami berpapasan dengan kapal lain yang tentunya juga bisa melihat saya.

Sesampainya di pulau, kami turunkan bekal saya dan pengemudi speed boat saya minta untuk kembali menjemput kami sore harinya. Sepanjang hari kami habiskan waktu berdua. Kami berjemur, berenang dan bercinta sampai kami puas tanpa ada yang mengganggu. Benar-benar satu pengalaman yang indah.

Hubungan saya dengan Nui tidak berlanjut begitu saya kembali ke Jakarta. Terus terang, saya tidak mungkin dapat hidup tanpa pria. Saat ini saya cukup bahagia dengan hidup yang saya jalani. Walaupun saya tidak mempunyai pacar yang tetap, saya tidak pernah merasa kesepian karena saya masih punya banyak teman pria yang siap menemani saya setiap saat.

Mungkin ada pembaca yang berpendapat kalau saya gadis murahan, dan hanya mempergunakan teman-teman pria saya untuk kesenangan pribadi. Menurut saya, mereka juga menikmati waktu-waktu mereka dengan saya, dan saya mempunyai prinsip untuk tidak pernah mengganggu suami orang atau meminta hadiah atau uang dari teman-teman pria saya.

TAMAT