Pemetik perawan - 2

Mardi kini berdiri dan membuka seluruh pakaiannya, telanjang bulat dihadapan muridnya yang bugil.

"Nah Linda, sekarang penutupannya. Kamu akan dapatkan ilmu pintar itu setelah melakukan tugas ini," kata Mardi sambil memegangi penisnya yang tegang.

Linda sangat malu melihat gurunya telanjang, soalnya belum pernah lihat burung kecuali burungnya Anto, adiknya. Tapi Linda nggak berani melawan. Mardi kemudian menyuruh Linda berdiri berhadapan dengannya, lalu Mardi meminta Linda mengisapi burungnya.

"Kamu sekarang isap burung bapak ini ya.., sama seperti tapi bapak jilatin pepek kamu, ayo cepat gih," kata Mardi sambil menuntut kepala Linda merunduk mendekat ke penisnya.
"I... ii.. ya pak," Linda menurut. Bibir mungilnya mengecup penis Mardi dan lidahnya menjilat.

Begitu Linda memasukan penis Mardi kemulutnya, Mardi langsung mencengkeram rambut Linda dan menggerakan kepala Linda maju mundur sehingga mulut Linda bergerak mengoral penis gurunya.

"Ohh nikmaatnya Lin.., ahh.. Ayo teruskan muridku.. Ohhh," Mardi merasakan nikmat luar biasa. Baru kali ini ia merasakan sensasi dioral anunya. Hal itu berjalan sepuluh menit, sampai akhirnya tubuh Mardi mengejang dan penisnya menyemburkan sperma perjakanya menyemprot kewajah Linda.

"Ouhh.. Linndaa.. Ohhh.. Enghh.. Ohhh," Mardi agak berteriak menahan nikmat itu.

Sementara Linda bingung memandangi muncratnya air kental yang sebagain mengenai wajahnya. Setelah itu Mardi membersihkan wajah Linda pakai handuk yang tadi dipakai Linda. Mardi pun menciumi wajah Linda, sambil memeluk gadis cilik itu, sementara Linda bingung harus berbuat apa.

"Terima kasih ya muridku..," kata Mardi.
"Kok bapak yang terima kasih? Kan saya yang dapat ilmu pintar, saya yang harus terima kasih pak," Linda memang lugu, tangan Mardi diamit dan diciumnyua penuh hormat.
"Oh iya ya.. Sekarang kamu sudah pintar, nah pakai lagi gih bajunya dan kamu boleh pulang. Tapi ingat, jangan bilang ke orang lain ya kalau kamu dapat ilmu dari bapak," perintah Mardi.

Sebenarnya saat itu Mardi ingin sekali menyetubuhi Linda, tetapi ia takut jika ketahuan orang. Apalagi Linda masih kecil dan pasti akan kesakitan jika disetubuhi paksa. Setelah Linda pulang, Mardi kembali memikirkan cara agar bisa menyetubuhi anak itu dilain kesempatan.

*****

Dua hari setelah kejadian itu, Mardi kembali dapat jadwal mengajar Matematika di kelas 1A, kelasnya Linda.

"Ayo Linda, sekarang kamu kerjakan tugas ini dipapan," lagi-lagi Mardi menyuruh Linda maju. Hari itu, Mardi sengaja memberi tugas yang mudah agar bisa terjawab oleh Linda.
"Sudah selesai pak," kata Linda setelah menyelesaikan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dan memeriksa tugas yang dikerjakan Linda.
"Ya.. Benar, dan ini juga betul. Wah, kamu pintar sekali Linda," Mardi sengaja memuji, murid yang lain bertepuk tangan disuruh Mardi.
"Nah karena pintar sekarang bapak kasih hadiah, ayo sini bapak gendong," Mardi segera menggendong Linda. Tapi tangan Mardi yang menopang bokong Linda bergerak-gerak nakal mengusapi vital Linda, selama Linda digendongnya.
"Anak-anak, kalau kalian sepintar Linda, maka pak guru pun akan gendong kalian seperti ini. Makanya belajar ya anak-anak," kata Mardi.
"Yaaa.. Pakk," sahut muridnya serempak. Setelah itu Mardi menurunkan tubuh Linda dan pelajaran kembali dilanjutkan di kelas itu.

Hari itu pelajaran Matematika adalah pelajaran terakhir di kelas 1A, dan setelah itu mereka boleh pulang.

"Pak.., saya mau berterima kasih sekali lagi dikasih ilmu sama bapak," Linda menghampiri Mardi setelah semua murid kelas 1A keluar kelas.
"Oh, iya.. Iya.. Yang penting kamu harus jaga rahasia ya supaya cuma kamu yang pintar," Mardi tersenyum melihat kebodohan dan keluguan muridnya itu.
"Emm.. Anu pak, PR yang bapak kasih tadi agak sulit buat saya. Bagaimana supaya saya bisa menjawab PR itu pak..?" tanya Linda lagi.
"Duh Linda, kamu kan sudah pintar.. Atau begini saja, nanti sore kamu datang lagi kerumah bapak biar bapak bantu kerjain PR itu ya," pinta Mardi, Mardi mulai berakal bulus untuk bisa menikmati tubuh Linda lagi. Linda yang lugu, mengangguk lalu pulang.

Sore harinya, Linda datang menemui Mardi di kompleks pengajar. Seperti sebelumnya dengan sikap manis Mardi memperlakukan Linda bagai murid kesayangan, ia pun membantu Linda mengerjakan PR yang diberinya sendiri.

"Wah. Ternyata gampang caranya ya pak," kata Linda senang setelah tugasnya selesai.
"Nah Lin.. Sekarang kan masih sore, gimana kalau bapak kasih ilmu tambahan lagi supaya kamu tambah pintar, mau nggak," Mardi mulai menjebak Linda.
"Mau.. Pak.. Mau," jawab Linda cepat, tanpa curiga.
"Kalau begitu kamu mandi lagi, kayak kemarin itu caranya kok," perintah Mardi.

Linda menurut, dan kejadian sebelumnya terulang lagi, Linda mandi disabuni Mardi, lalu mengenakan handuk berbaring diranjang kamar Mardi. Tubuh Linda mengelinjang dijilati Mardi. Bedanya, kali ini Mardi pun telanjang bulat, siap menyenggamai Linda.

"Ahhh pakhh.. Geli pakhh..," Linda menggelinjang menahan geli dijilati Mardi dibagian vaginanya.
"Geli sakit apa geli enak Lin..?" Mardi menanyakan itu sambil terus menjilati vagina Linda.
"Engghh ahh.. Gelii ehh.. Geli ennakkh pakhh," Linda meringis menahan kenikmatan itu.

Mardi berusaha memperlakukan Linda dengan baik seperti di VCD yang ditontonnya. Tangan Mardi menyibak bibir vagina Linda dan lidahnya menyasar klitoris Linda yang masih kecil dan kencang. Saat klitorisnya dipermainkan lidah pak guru, Linda merasakan nikmat sekali, geli dan nikmat tepatnya. Betul juga perkiraan Mardi, wanita seusia Linda memang sudah bisa menerima rangsangan seksual. Bukankah wanita jaman dulu kawin diusia belasan seperti Linda? begitu pikir Mardi. Sambil mempermainkan klitoris Linda, Mardi mengamit tangan Linda dan menuntunnya memegang rambut Mardi.

"Uhh pakhh.. Linnda pinginn pipisss.. Ouhh," tangan Linda yang sudah samapi dikepala Mardi langsung meremasi rambut Mardi, pinggulnya bergoyang dengan paha mengapit kepala Mardi.

Mardi tak ingin ketinggalan Linda, saat Linda berkata ingin pipis, Mardi segera menghentikan aktifitasnya. Pertimbangan Mardi tepat, saat itu Linda sudah terbakar birahi pula, dan cairan yang keluar dari vagina Linda menunjukan kegatalan yang sangat pada vagina Linda.

"Lin.. Pipisnya nanti aja ya, ditahan dulu. Sekarang bapak kasih ilmu lainnya," Mardi kemudian menindih tubuh Linda, tetapi tangannya menopang agar Linda tak sesak napas.
"Ohh.. Pak, saya mau diapain lagi?" Linda bingung apa mau gurunya itu.
"Bapak mau kasih ilmunya lagi, tapi Linda tahan dikit ya," kata Mardi, tangannya menggenggam penisnya yang sudah tegang dan menepatkan ujungnya ke bibir vagina Linda, lalu menggesek-gesekan ujung penis itu ke bibir vagina Linda. Linda tak merasakan sakit pada vitalnya karena Mardi hanya mengesekan dipermukaan saja.

"Ahh.. Geli Pakk," Linda malah merasa geli dan nikmat digesek anunya Mardi.
"Enak nggak Lin?" Mardi mulai menciumi susu Linda bergantian kanan-kiri.
"Ohh iyyah, enak pak..," Linda mulai tersengal.

Merasa Linda sudah dipenuhi birahi, Mardi kemudian menekan pinggulnya perlahan, setahap demi setahap sambil terus menggesekan penis itu kepermukaan vagina Linda.

"Auhh.. Sakit pakhh.. Ouhh," Linda terpekik saat Mardi sedikit menekan pinngulnya. Ujung penis Mardi tepat terjepit dibibir vagina Linda yang sempit.
"Sakit ya Lin.., kalau begini gimana," Mardi menghentikan tekanannya dan kembali menggesekan penisnya dipermukaan vagina Linda.
"Nah.. Itu nggak pak.. Kok tadi sakit ya.., ouhh sakit lagi pakk," Linda kembali meringis saat Mardi kembali menekan penisnya berusaha menerobos perawan Linda. Kepala penis Mardi sudah berhasil masuk kebelahan vagina Linda, tetapi untuk menekan lebih jauh Mardi takut Linda kesakitan.
"Masih sakit sayang..?" Mardi sudah tak tahan ingin menggenjot Linda, tetapi masih ragu dan takut. Mardi hanya memompa kepala penisnya masuk keluar ke permukaan liang nikmat Linda.
"Iya pak agak sakit, tapi sekarang enak.., ahhh.. Sakit sekalii pakhhh ouhh," Linda meringis sejadinya, saat itu Mardi tak bisa lagi menahan nafsunya, penisnya ditekan lagi menerobos vagina Linda yang masih sempit. Penis Mardi masuk sampai separuh mengoyak selaput dara Linda, kini cairan bening kental bercampur bercak darah dari vagina Linda.

"Ahh.. Ampuunn sakitt pakk..," Linda berusaha mendorong tubuh Mardi, tetapi Mardi justru menekan lebih kuat, membuat penisnya terbenam separuh di vagina Linda.
"Tahan dikit Lin.. Hampir selesai, gini sakit nggak," penis yang terbenam separuh dibiarkan Mardi tak digerakan.
"Ouhh.. Iya Pakk.. Sekarang nggak sakit, kalau pelan nggak sakit pak," Linda merasa sakit divaginanya mulai hilang, dan Mardi mulai menggerakan pinggulnya naik turun perlahan.
"Sakit Lin..?.. Ouhh enak sekali pepeknya Lin..," Mardi kenikmatan poenisnya dijepiti vagina Linda yang rapat.
"Ouh.. Pelan saja pak.. Ohh.. Linda enakk pakkk," Linda tak lagi merasa sakit, Mardi lebih berani menghujamkan penisnya lebih dalam. Tapi setiap Linda meringis sakit, Mardi menghentikan sejenak, lalu lanjut lagi. Lima belas menit setelah itu, Linda tak lagi merasakan sakit, sakit itu kini berubah total menjadi nikmat yang belum pernah diterima Linda selama ini, juga Mardi yang masih ngejomblo.

"Gimana Linda.. Enak sekarang.. Ouhh.. Enakk sekali pepekmu Linn..," Mardi menggenjot Linda dengan gerakan pelan.
"Ouhh pakkhh.. Enakk pakhh, sekarang kok enakhh ahh," Linda dan Mardi merasakan nikmat yang sama.
"Pakhh Lindaa.. Mau pipisshh.. Ouhh.. Pakhhh uhhh.. Pipis Linda tuhh... Ahhh," beberapa menit kemudian Linda mencapai orgasme, tubuhnya sampai menggelinjang dan kejang-kejang.
"Ouhh Linnn.. Ouhhh... Ohhh.. Nikmatnyahh... Oh.. Ouhh," Mardi pun klimaks, semburan spermanya membasahi vagina Linda. Begitulah, Mardi akhirnya bisa memerawani Linda sekaligus menyerahkan perjakannya pada Linda. Setelah beristirahat sejenak, Mardi menyuruh Linda mengenakan pakaiannya lagi dan menyuruhnya pulang.

Dengan alasan memberikan ilmu pintar, guru bejad Mardi berhasil memetik belasan perawan bocah ingusan, yang rata-rata muridnya. Selama dua tahun Mardi sukses menjalankan aksi bejadnya itu. Sial bagi Mardi, kelakuannya membobol perawan belasan muridnya terungkap saat ia berniat mengerjai Putri, anak bu Wasti yang juga guru disana. Putri berceloteh pada ibunya, dan Wasti pun melaporkan Mardi ke Polisi. Setelah Mardi ditangkap, orang tua belasan murid yang menjadi korban termasuk Linda turut melaporkan Mardi. Mardi pun diproses dan kini mendekam di Lapas sebagai terpidana 8 tahun penjara. ***


E N D