Setengah Baya
Monday, 27 July 2009
Linda, Cigku dari malaysia - 2
Aku masih dibelakangnya dengan berlutut dan menyingkapkan bajunya. Tanganku beraksi di betisnya, sementara bibirku mencium lipatan lutut belakangnya. Ia merentangkan kedua kakinya dan bergetar meliuk-liuk. Kucium pahanya dan kuberikan gigitan semut. Ia makin meliukkan badannya, namun suaranya tidak terdengar. Hanya napasnya yang semakin memburu didorong oleh gairah yang membara.
Pada saat ia sedang menggeliat, kuhentikan ciuman di lututnya dan aku segera berdiri di hadapannya. Kuusap pantat dan pinggulnya. Kembali ia berdesis pelan. Tubuhnya terasa masih padat dan kencang. Lekukan pinggangnya indah, dan buah dadanya nampak bulat segar dengan puting tegak menantang berwarna coklat muda.
Dengan cepat langsung kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus. Linda mendongakkan kepala memberikan ruang bagi bibirku. Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku, sehingga dadanya yang masih terbungkus bajunya menekan dadaku.
Dengan sebuah tarikan pelan kulepas bajuku. Ia tertegun melihat dadaku yang bidang dengan bulu dada yang lebat. Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya.
Kucium bibirnya, ia membalas dengan lembut. Kini ia mulai membalas dengan lembut dan kemudian berubah menjadi lumatan ganas. Kubiarkan ia yang aktif menciumiku. Ia melepaskan ciumannya. Ia menatap mataku dan berbisik.
"Slow saja To... Kita masih ada banyak masa. Besok kakak boleh datang ke sini lagi, malam ni kakak masih ada mesyuarat, besok acara sampai 5 pm!"
Kusingkapkan bajunya dan kutarik celana dalamnya ke bawah. Sebuah lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya. Ketika akan kubuka bajunya melalui kepalanya, ia menggeleng.
"Jangan dulu To, aku masih malu. Aku perlu penyesuaian".
"Eehhhngng..." Ia mendesah ketika lehernya kujilati. Terlihat bayangan kami di cermin lemari. Ia kelihatan mungil dalam pelukanku.
Linda mendorongku ke ranjang dan menindih tubuhku. Dengan menyingkapkan bajunya, tanganku bergerak punggungnya membuka pengait bra-nya. Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku. Buah dadanya yang sedikit kendor dan berukuran sedang menggantung di atasku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesek-gesekkannya putingnya di atas dadaku.
Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Linda mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Aku hanya sekedar mengimbangi. Kali ini akan kubiarkan Linda yang memegang tempo permainan dan menimba kepuasan. Sesekali gantian lidahku yang mendorong lidahnya. Tangan kananku memilin puting serta meremas payudaranya.
Linda menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati.
"Aaacchhh, Ayo Anto... Lagi.. Teruskan Anto... Nikmat... Teruskan".
Kemaluanku semakin mengeras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuhisap pelan namun dalam, putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus.
Tangannya menyusup di balik celana dalamku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut. Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan, maka celana pendek dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas. Kini aku dalam keadaan polos tanpa selembar benang.
Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit daun telingaku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupegang pinggangnya erat-erat.
Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Kulihat ke bawah rambut kemaluannya lebat. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya. Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang.
Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Linda mendesis, "Huuuhh... Aaauhhh... Engngnggnghhhk"
Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah. Ia memandang sebentar kepala penisku yang lebih besar kepala dari batangnya dan kemudian mengecup batang penisku. Diameter pada kepala 4 cm sementara batangnya hanya 3 cm, panjang keseluruhan 14 cm. Rambut kemaluanku sebenarnya cukup tebal, namun aku telah trim dengan rapi. Ia tidak mengulumnya, hanya mengecup dan menggesekkan hidungnya pada batang penis dan buah testikel yang menggantung di bawahnya.
Linda kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas.
"SShhh... Ssshhh... Ngghhh.."
Ia melepaskan diri dari pelukanku dan menyobek sebuah benda kecil seperti sachet, ternyata kondom.
"Untuk karang ni, pakai kondom dulu ok, aku masih ada rasa malu dan takut," katanya tersenyum.
Ia kemudian mengocok penisku sebentar dan mulai memasang kondom pada penisku. Wow, kali ini penisku dipasangi kondom oleh seorang perempuan dari negeri jiran. Biasanya kalau aku sedang ML dengan wanita kenalanku dan ingin pakai kondom, aku sendiri yang memasangnya.
Ditempelkannya kondom tadi di kepala penisku dan kemudian dibukanya gulungan kondom tadi ke bawah sampai terpasang seluruhnya.
Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah licin karena lendir vaginanya. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh lubang guanya, maka kunaikkan pantatku perlahan.
Linda merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Linda merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk.
"Ayolah Anto tekan... Dorong sekarang. Ayo... Masukkan batang butohmu please... pleassse...!!"
Linda bergerak naik turun dengan kaku. Kelihatannya ia tidak terbiasa dengan posisi ini. Namun kelihatannya ia ingin mendapatkan pengalaman yang baru dan biarlah kali ini ia belajar mengendalikan permainan. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku mengimbangi gerakannya. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Kadang gerakan pantatku kubuat naik turun dan memutar. Linda terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya. Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku. Namun Linda menggeleng dan menahan gerakanku, kemudian tangannya mengatur gerakanku dalam tempo sangat pelan.
"Anto, ... Ouhh... Nikmat... Ooouuuhhh. Kamu memang sangat perkasa dan dahsyat. Kita main slow, kakak ingin sesekali menjadi posisi dominan. Selama ini dalam bermain sex kakak selalu di bawah," desisnya sambil menciumi leherku.
Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik turunnya menjadi bebas. Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kebelakang sehingga kepalanya semakin terangkat. Setelah kujilat dan kukecup lehernya, maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.
Ia mengatur gerakannya dengan tempo pelan namun sangat terasa. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku terbenam dalam-dalam sampai kurasakan menyentuh dinding rahimnya. Ketika penisku menyentuh rahimnya Linda semakin menekan pantatnya sehingga tubuh kamipun semakin merapat.
Ia menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Tangannya kemudian membuka baju yang dari tadi masih dikenakannya, kemudian dengan satu gerakan pada bahunya, bra-nya sudah terjatuh.
"Kurang nikmat To. Mungkin lebih nikmat kalau kita sama-sama bogel," katanya sambil tersenyum.
Linda kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda lunak. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya, namun tidak ada suatu gerakan yang menghentak-hentak. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat.
"Ouhh... Ssshhh... Akhh!" Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri babak ini dan menggapai puncak impiannya. Aku menghentikan gerakanku untuk mengendorkan rangsangan yang ada karena desiran-desiran di sekujur batang penisku makin kuat. Aku tidak mau keluar duluan.
Setelah beberapa saat rangsangan itu menurun kembali kugerakkan. Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel. Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku.
Akhirnya beberapa saat kemudian...
"Anto... Sekarang sayang... Sekarang... Hhhuuuaahhh. Akak pancut... Orgasm!"
Ia kini memekik kecil. Pantatnya menekan kuat sekali di atas pahaku. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Aku menahan tekanan pantatnya dengan menaikkan pinggulku. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas. Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku. Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang ia terkulai lemas di atas tubuhku.
Bersambung . . . . .