Daun Muda
Thursday, 25 February 2010
Eliza - Horor di ruang UKS - 2
"Aaaaaaaaaaaaagh... sakgqiiiit", erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. Selagi aku mengerang frhdan mulutku ternganga,
Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenanmkan penisnya dalam mulutku, hingga erfgcianganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku, begitu panjrnqbang, walaupun diameternya tidak terlalu besar. Tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokhvfpkanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Urip mulai memompa anusku. Setiap ia mendorongkan penihezbsnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Girno sedikit tertarik keluar, sjniqtapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganeaywnku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditamyvnaubah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya, membuat aku benar benar melayang dalam kenikmatan. Haneqwya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergwrketar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanqbkfspa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multgwaoi orgasme!
Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang qigjulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintakuit yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Girno.
Tanrfiztganku yang menumpu pada genggaman tangan Girno bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip hymeremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarkhxeang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini.
Aku memang pernah berfgxmasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang tmuwqerdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek cdtenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, "Hegh.. hu... huoooooooh.."ljva, Girno melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang aovvaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya. Akhirnya Girno orgasme juuorxga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membudihreat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran daxaokrah perawanku, cairan cintaku dan sperma Girno.
"Oh.. enake rek, memek amoy seng sek perawan...", kata Gicwgrno, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian. Urrzjxip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang ruxytsudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Girno yang masih belum juga melepaskan penisnya yang kjbmasih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selamarvkb hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis.
Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi aoamat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalpexobagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan.
Mereka benar benar menepati janjbpzi untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Girno memelukkmhwlu dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga memburenvatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujurajvkq tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa akukhmw rela
melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati.
"Hah? Apa yang baru satqoyja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?", pikirku dalam hati.
Lamunanovhqfku terputus saat Girno mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku.
"Nohwgqbn, kita lanjutin ya", kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menuruldevkt saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu uxvplntuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini.
"Ooh... aaah....", erang Soleh ketika penisnya mugmulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Girno tadi, karena diameter penis si Soleh memang ubhlebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan.
"Ooh.. aduuuuh...", erangyqarjku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku. Penisnya terasa etohangat, lebih hangat dari punya si Girno yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka rjwumemberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali wtcini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Soleh inihbgq pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali akuvcl disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap.
Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkantlpg seperti kodok, dan... perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang
amat keras ini, membucdat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuaiogftku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.
Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masinpmg memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aztku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, meslcmintaku mengoral penisnya.
"Dioral sekalian El, daripada nganggur nih", katanya dengan senyum yang memuakkzhxan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutkxuefru walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. hyxJadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Solehxlqsd dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi.
"Ejpieeeeemmmmph....", erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginlisaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem
melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutkduklju, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam munipqlutku, rasanya aneh, asin dan asam.
Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh craku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidakvqfu ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.
Soleh mengejek pak Edy, "Lho pak, kok sudah keluar? dixhMasa kalah sama sepongannya non Eliza? Bagaimana nanti sama memeknya? Seret banget lho pak", kata Soleh, ydtorang disambung tawa yang lain.
Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di seycbelah si Girno. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringanncj. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke muiptlutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, menpoayzgimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anuskwmu. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang
"Oooouuuuggghh...", seiring berkedutnya penisnya dyzqflalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kinmvii aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghdxitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada pczenis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi... diameternya itu... rasanya seimbang dengan punya siwnaoi Girno.
Oh celaka... penis itu akan segera menghajar anusku.
"ooooh... oooooogh... sakiiiit...", erangkutfsm ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menqsglderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kataba kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergansiheqtung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkgwvfqonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh.
Dengan pormgeasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutwgan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spabermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuaobnya tertelan masuk dalam kerongkonganku. Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyovhjok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Svwlrjoleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan.
"Oooooohh... aaaaaaargh", uvrnseolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Solezeih di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihiwnkan tuntas seperti punya pak Edy tadi.
Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dqskvian lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya pdtak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dixan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Soleh membalik posisi kami hingga aku tukmhaelentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mzjsequngkin dikarenakan penis Soleh yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak fantingin penisnya
terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini.
Bersambung . . . .