Pangeran tidur - 6

Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa tiga ratus tahun berlalu sudah. Kerajaan Antah Dimana Berada sudah dilupakan orang. Sekeliling kerajaan sudah berubah menjadi hutan belantara yang lebat. Sementara seluruh makhluk hidup di kerajaan itu tetap tertidur lelap. Sang peri baik hati terus berkeliling dunia mencari kerajaan yang memiliki pangeran perjaka. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Disetiap kerajaan ia selalu menemukan pangeran yang gila sex. Yang lebih gawat hubungan incest banyak ditemukannya di beberapa kerajaan.
Pada tahun keempat ratus pencarian sang peri ia menemukan sebuah kerajaan kecil bernama Tiada Tahu Rimbanya. Kerajaan itu tidak terlalu dikenal dunia. Wilayahnya sempit dan penduduknya tidak banyak. Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang sangat taat menjalankan perintah agama. Keseharian kegiatan yang dilakukan oleh penduduk kerajaan itu adalah berdoa kepada para dewa-dewi mereka. Sang raja dianugerahi lima orang pangeran dari permaisurinya. Seperti ayahandanya para pangeran itu juga taat menjalankan ajaran agama. Untuk menghindari sex bebas di usia muda empat pangeran yang lebih tua sudah menikah. Tinggallah kini pangeran bungsu yang belum menikah. Pangeran William namanya.
Pangeran William masih berusia tujuh belas tahun. Ia tumbuh menjadi pemuda tampan dan gagah perkasa. Yang paling penting sampai saat ini masih tetap perjaka. Sama seperti saudara-saudaranya yang lain, ia tidak mau melepaskan keperjakaannya kecuali pada gadis yang akan dijadikan istrinya nanti, katanya. Pangeran ini terkenal baik hati dan sangat suka menolong.
Kebaikan hatinya ditunjang dengan fisiknya yang tampan dan gagah perkasa membuat banyak gadis terpikat padanya. Pangeran William sangat suka berburu dan melatih fisiknya. Ia sangat ahli memanah, bermain pedang dan tombak. Peri baik hati mulai mengamati kehidupan sehari-hari Pangeran William. Tanpa sepengetahuan pangeran tampan itu, peri baik hati selalu mengikutinya kemanapun. Tentu saja Pangeran William tak dapat melihat peri baik hati karena sang peri tidak menampakkan wujudnya.
Suatu hari Pangeran William pergi berburu ke dalam hutan. Ia berangkat sendiri dengan menunggang kudanya. Keahliannya memanah membuat dalam waktu singkat ia sudah berhasil memperoleh hewan buruan. Seekor rusa besar. Usai berburu ia duduk melepas lelah di tepi sungai. Udara yang panas membuatnya ingin menyegarkan tubuh dengan mandi di sungai berair bening itu. Tak berlama-lama tubuh kekarnya yang telanjang sudah berendam di dalam air sungai yang segar. Sang peri mengamatinya terus. Tiba-tiba muncul ide di kepala sang peri.
Peri baik hati segera merubah wujudnya menjadi seorang gadis cantik. Dengan tubuh bugil memamerkan lekuk-lekuk tubuh yang indah ia masuk ke sungai tak terlalu jauh dari sang pangeran. Kemudian disihirnya sebuah ranting pohon menjadi ular besar yang melilit pinggangnya.
"Tolong.. Tolong.. Tolong..," sang peri yang berwujud gadis cantik itu berteriak-teriak.
Teriakan itu terdengar oleh Pangeran William. Segera pangeran tampan itu mencari asal suara. Saat matanya menangkap seorang gadis cantik sedang ketakutan dan berusaha melepaskan diri dari lilitan ular besar tanpa memperdulikan keadaannya yang telanjang, Pangeran William segera mengambil pedangnya dan berlari menuju gadis itu.
"Tolong aku.. Tolong aku..," kata peri baik hati.
"Diamlah wahai gadis cantik. Engkau jangan banyak bergerak agar ular itu tidak mematukmu," kata sang pangeran.
Sang peri mengikuti kata-kata Pangeran William. Ia tidak bergerak-gerak lagi. Namun ekspresinya tetap ketakutan. Air mata mengalir deras di pipinya.
Pangeran William mencoba menangka kepala ular besar itu dengan tangannya. Setelah berhasil dicengkeramnya erat kepala ular itu. Sementara tangannya yang lain menyabetkan pedang menebas kepala ular itu. Tubuh ular menggelepar, darah segar muncrat dari bekas tebasan itu, membasahi tubuh peri baik hati dan sang pangeran. Peri baik hati menjerit-jerit ketakutan. Pangeran William membuang bangkai ular itu ke sungai dan hanyut dibawa arus air.
Peri baik hati langsung memburu ke arah Pangeran William. Didekapnya erat-erat tubuh telanjang pangeran tampan itu. Wajahnya disarangkannya ke dadad bidang sang pangeran yang penuh dengan bulu. Peri baik hati sesenggukan, menangis dengan tangan memeluk erat pinggang ramping dan berotot milik Pangeran William.
"Sudahlah.. Ular itu sudah mati. Jangan engkau menangis lagi," kata sang pangeran menenangkan.
Ia mulai merasa risih oleh pelukan gadis cantik jelmaan peri baik hati itu. Darahnya terasa berdesir saat merasakan gundukan buah dada gadis itu yang kencang dan besar menempel erat di tubuhnya. Belum lagi gundukan mungil di selangkangan sang gadis yang penuh bulu terasa menggesek-gesek batang kontolnya. Ia berusaha melepaskan pelukan peri baik hati. Namun peri baik hati mendekap dengan sangat erat.
"Terima kasih wahai penolongku yang tampan. Mungkin kalau engkau tidak ada aku sudah mati tadi..," bisik peri baik hati lirih.
Mulutnya berbicara dalam keadaan menempel erat dada bidang sang pangeran. Membuat dada sang pangeran seperti digelitik-gelitik.
"Baiklah. Tapi lebih baik engkau melepaskan pelukanmu ini. Aku rasa hal ini tidak baik, kita sama-sama dalam keadaan telanjang. Pakailah busanamu dulu," kata sang pangeran dengan suara bergetar.
"Ohh.. Maafkan aku wahai penolong, aku tak menyadarinya. Aduh aku merasa malu sekali. Aku akan menggenakan pakainku dulu yang tadi kuletakkan di tepi sungai," sahut peri baik hati pura-pura malu.
Ia segera melepaskan pelukannya lalu berjalan ke tepi sungai dimana disana tergeletak pakaian wanita yang sudah disihir oleh peri baik hati. Peri baik hati terus melancarkan godaannya pada Pangeran William. Ia ingin mengetes apakah pangeran tampan itu bisa mengendalikan birahinya. Ataukah pangeran itu sama dengan pangeran-pangeran lain yang tak dapat menahan birahi dan langsung mengentot gadis cantik yang ditemukannya telanjang seperti ini.
Dengan begitu meyakinkan, peri baik hati sengaja membelakangi Pangeran William saat mengambil pakaiannya yang berserak di tepi sungai. Saat mengambil pakaian, peri baik hati sengaja membungkuk dalam-dalam dan melebarkan pahanya sedikit sehingga belahan memeknya yang rimbun jembut itu dapat terlihat dengan jelas oleh Pangeran William.
Jantung Pangeran William berdebar keras saat melihat gumpalan daging merah yang menyeruak dari belahan vagina peri baik hati. Matanya melotot menatap pandangan indah itu. Dirasakannya kontolnya mulai bergerak membesar. Ia segera membuang pandangannya. Lalu berjalan tergesa-gesa mendapatkan pakaiannya yang juga terserak ditepi sungai.
Dengan buru-buu dikenakannya celana panjang ketatnya. Ia berusaha menyembunyikan kontolnya yang mulai membengkak. Ta lama keduanya sudah berpakaian. Gadis cantik jelmaan peri baik hati mendekati sang pangeran.
"Terima kasih wahai pemuda tampan. Siapakah engkau yang telah bersedia menolongku?" tanyanya dengan senyum manis.
"Aku William," sahut sang pangeran.
"William? William sang pangeran itu. Oh ternyata cerita tentang kebaikanmu itu benar adanya. Engkau telah menolongku tanpa memperdulikan keselamatan nyawamu sendiri," kata sang peri.
"Engkau mengenalku?" tanya sang pangeran bingung.
"Tentu saja. Siapa yang tidak mengenal namamu wahai pangeran. Namun baru saat ini aku bisa bertemu denganmu. Ternyata engkau benar-benar sangat tampan dan gagah, seperti cerita-cerita yang pernah hamba dengar," kata sang peri jemarinya meremas otot lengan sang pangeran yang keras dan terlatih baik.
"Orang terlalu memujiku," kata sang pangeran dengan suara bergetar.
"Bagaimana cara hamba dapat berterima kasih pada paduka? Hamba hanya orang miskin," kata sang peri.
Tubuhnya semakin merapat pada sang pangeran. Ia mulai menggoda pangeran tampan itu.
"Tidak perlu. Engkau tidak perlu membalasnya. Menolongmu saja sudah suatu kehormatan buatku," sahut sang pangeran. Ia kembali merasa risih. Gelora birahinya muncul.
"Biarlah hamba membalaskan kebaikan hati paduka dengan tubuh hamba. Nikmatilah wahai paduka. Hamba pasrah atas perlakuan paduka pada hamba," kata sang peri.
Bibirnya melumat bibir sang pangeran dengan lembut. Punggung sang pangeran diremasnya sembari menekan buah dadanya yang besar dan empuk ke dada bidang sang pangeran. Pangeran William mulai tergoda. Dibalasnya ciuman sang peri. Kemudian keduanya sibuk saling melumat bibir sambil tangan mereka meremas-remas bagian tubuh pasangannya. Sang peri menggesek-gesekkan selangkangannya ditonjolan selangkangan pangeran yang membesar.
Mereka berciuman cukup lama. Hingga tiba-tiba sang pangeran mendorong tubuh sang peri.
"Ini tidak boleh," katanya.
"Maafkan aku. Aku telah terbuai nafsu. Oh dewa ampunkan aku," katanya.
Sang peri tersenyum dalam hati. Pangeran William benar-benar seperti apa yang diharapkannya.
"Mengapa paduka menolak hamba. Salahkah hamba?"
"Tidak.. Engkau tidak salah wahai gadis cantik. Namun maafkan aku. Aku tidak bisa melakukannya padamu. Ini hal yang terlarang. Kita hanya bisa melakukannya apabila sudah diikat tali perkawinan," kata sang pangeran.
"Maksudmu? Maksudmu engkau belum pernah melakukan persetubuhan dengan gadis lain?"
"Belum pernah. Aku hanya akan melakukannya dengan istriku saja,"
"Kalau begitu engkau masih perjaka?"
"Ya. Begitulah,"
"Ohh.. Pangeran. Engaku begitu mulia. Sangat jarang menemukan pangean setampan dan segagah engkau masih perjaka. Maafkan aku karena telah menggodamu," gadis cantik itu tiba-tiba berubah menjadi peri baik hati.
"Siapa engkau?!" tanya Pangeran William.
Ia sangat terkejut melihat perubahan gadis cantik yang tadi ditolongnya menjadi seorang laki-laki tampan bertubuh kekar dengan busana transparan yang memamerkan keperkasaan tubuhnya.
"Aku adalah seorang peri. Aku tadi sengaja untuk mengetesmu apakah engkau memang seorang baik hati yang bersedia menolong orang lain. Dan ternyata benar,"
"Peri? Apa yang engkau kehendaki dariku?"
"Aku membutuhkan pertolonganmu wahai Pangeran William"
"Pertolongan? Pertolongan apa yang engkau butuhkan dariku?"
"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Namun hanya engkaulah yang dapat menolongku. Apakah engkau bersedia?"
"Aku sangat suka menolong wahai peri. Kalau engkau mengatakannya hanya aku yang dapat menolongmu, maka aku bersedia melakukannya,"
"Aku sangat senang mendengarnya."
Tamat