Persahabatan tiga ABG gay - 16

Meskipun di kolam renang tadi, Tomi sudah dua kali mengalami orgasme dan ejakulasi, tetapi pada orgasmenya yang ketiga dalam tempo 2,5 jam itu tetap terjadi ejakulasi yang dahsyat berupa semburan air mani yang mencapai 9 kali tanpa henti. Dan semua semburan air mani itu ditelah hingga tuntas dan bersih oleh Johan yang benar-benar menikmati gurih dan segarnya air mani hangat milik Tomi. Begitu habis air maninya disemburkan ke mulut Johan, tubuh Tomi langsung ambruk tertelungkup lemas di samping tubuh mulus Johan. Akibatnya, kontol Iwan yang sebelumnya tertancap erat dan amblas seluruhnya ke dalam anus Tomi, langsung tercabut begitu saja.
Kontol yang sedang ngaceng keras itu langsung melejit berdiri mengacung bebas di atas wajah Johan yang sedang terkapar terengah-engah karena kelelahan setelah menghisap habis-habisan batang penis milik Tomi. Tomi sendiri langsung terkulai lemas dengan nafas terengah-engah tapi wajahnya tetap dihiasi senyuman manisnya yang menandakan ia benar-benar telah mencapai puncak kepuasan yang terhebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Sementara itu, Johan dan Iwan juga tampak bernafas terengah-engah dengan wajah yang memerah karena menahan gejolak birahi yang belum terpuaskan. Johan sempat hendak menyambar kontol Iwan yang teracung di hadapan wajahnya, untuk segera mengulum dan menghisapnya sampai memancarkan air mani lagi. Tapi keinginannya itu dicegah oleh Johan. "Lho kenapa Wan, kok aku gak boleh ngisap kontolmu? Kita kan sudah sepakat bebas melakukan apa saja di antara kita bertiga" rajuk Johan manja sambil mengelus-elus dua buah zakar Iwan.
"Tenang Jo, nanti pasti kamu dapatkan giliranmu menghisap kontolku sampai kamu puas. Tapi sekarang kan kontolku ini sudah kotor, belepotan pelicin KY, masa kamu masih mau menghisapnya? Kan rasanya KY itu tidak enak" ujar Iwan menjelaskan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
"Wah benar juga kamu Wan..aku memang belum pengalaman soal seperti ini" ujar Johan sambil segera menyambar mulut seksi Iwan untuk kembali memberikan ciuman-ciuman maut.
Sementara mereka berciuman dengan ganas, Tomi tampak senyum-senyum melihat tingkah dua pacarnya yang sedang dimabuk nafsu birahi yang belum tuntas tersalurkan. Setelah nafasnya normal, dan rasa lemas mulai berkurang setelah digenjot dan dihisap habis-habisan oleh Iwan dan Johan, Tomi pun mulai beraksi kembali. Perlahan ia menggeserkan badannya menuju arah selangkangan Johan di mana terdapat kontol Johan yang tampak sedikit lemas karena sempat tidak mendapat rangsangan seks lagi. Dengan mudah, Tomi segera mendapatkan kontol yang menyusut menjadi tinggal 14,5 cm dan kemudian segera mengulumnya lagi. Johan yang sedang asik melakukan French kiss dengan Iwan, tidak menolak perlakuan Tomi terhadap kontolnya. Bahkan Johan sangat menikmati hisapan dan kuluman mulut Tomi pada batang penisnya.
Akibatnya, dengan cepat, batang penis Johan segera ereksi lagi hingga sekeras batang kayu jati. Segera saja, hisapan dan kuluman mulut Tomi itu kembali menghadirkan sejuta kenikmatan pada diri Johan, sampai membuat Johan kembali mendesah dan mengerang erotis sebagai reaksi atas sentuhan penuh nikmat yang terjadi melalui batang kemaluannya.
"Akh.. oh.. ternyata kamu memang hebat Tom udah ngecrot masih juga kuat ngisap kontolku" ujar Johan, sambil menghentikan ciuman ganasnya pada mulut Iwan yang semakin terengah-engah menahan gejolak birahinya.
Iwan tampak senang menyaksikan adegan Tomi mengisap batang penis milik Johan, sementara tangan kanan Tomi sibuk mengocok kontol Iwan.
"Jo, kamu pasti ingin menikmati enaknya anal seks kan?" tanya Iwan sambil memberikan kecupan mesra pada bibir Johan.
"Tentu saja aku sangat menginginkannya. Kalau tidak, untuk apa kita bertiga ada di sini sekarang" jawab Johan dengan cepat sambil tak kalah mesra memberikan ciuman balasan kepada Iwan.
"Kalau begitu sekarang giliranmu melakukan anal seks padaku Jo. Kamu mau kan Jo? Aku benar-benar ingin merasakan kehadiran dirimu yang menyatu dengan diriku melalui anal seks" ujar Iwan masih dengan mesra dan tatapan sayu yang mencerminkan nafsu birahinya sudah memuncak hingga ke ubun-ubun.
"Kamu mau aku memasukkan kontolku ke pantatmu sekarang Wan? Tentu saja aku mau sekali. Sudah lama aku memimpikan peristiwa seperti ini. Sekarang aku sudah siap melakukannya untukmu, sayangku" ujar Johan sambil kembali memberikan ciumannya untuk Iwan.
Mendengar jawaban Johan, Iwan segera mengubah posisinya, menjadi terlentang dan kemudian mengangkat kedua kakinya dalam posisi menganggkang. Posisi itu dengan jelas memperlihatkan rekahan pantat seksi Iwan. Dan Johan semakin bernafsu ketika matanya menatap lubang sempit dan gelap tepat di tengah-tengah rekahan pantat itu. Anus Iwan yang selama ini hanya pernah dimasuki kemaluan Tomi, tampak terkatup rapat, dengan bibirnya yang memerah segar. Iwan sengaja menggerak-gerakkan otot anusnya, sehingga bibir anusnya tampak bergerak kembang kempis, seolah menantang kejantanan batang penis Johan untuk segera menikmati kehangatan dan remasan lembut otot-otot anusnya.
"Wah.. Wan, ternyata anusmu sungguh menggairahkan aku gak sabar lagi nih" ujar Johan sembari berlutut tepat di depan selangkangan Iwan, sehingga ujung kontolnya menempel tepat di bibir Iwan.
"Iya.. Jo, aku juga tidak sabar lagi merasakan sodokan kontolmu. Ayo Jo, masukkan cepat, jangan ragu lagi. Aku udah pasrah nih" balas Iwan.
Kemudian dengan bantuan Tomi, kontol Johan yang semakin ngaceng itu segera disaput oleh pelicin KY. Sejenak tangan kanan Tomi mengocok-ngocok kontol Johan untuk meratakan sapuan pelicin KY ke sekujur batang penis Johan, terutama bagian kepala kontolnya yang sangat besar itu. Tomi tampak dengan gemas mengocok-ngocok kontol itu untuk beberapa saat sampai Johan kembali mendesah-desah penuh nikmat. Setelah merasa kontol itu telah dibaluri pelicin KY dengan rata, jemari Tomi segera mengolesi bibir dan permukaan rongga anus Iwan dengan pelicin yang tersisa di jemarinya. Dengan mudah jari telunjuk Tomi menyusup ke dalam anus Iwan, sehingga menghadirkan sensasi kenikmatan bagi Iwan. Setelah jari telunjuknya lancar keluar masuk anus itu, Tomi juga segera menyusupkan jari tengahnya ke anus itu hingga dua jarinya habis terbenam dalam anus hangat Iwan. Iwan makin menggelinjang dan menggeliat keenakan ketika dua jari Tomi menggelitik serta memijit-mijit dinding lorong anusnya untuk beberapa saat, sampai penis Iwan meneteskan banyak pre cum. Puas melemaskan otot-otot anus Iwan, Tomi segera menarik keluar dua jarinya dari anus itu.
Ketika jari itu telah tercabut, maka tampaklah anus Iwan yang menganga kemerahan, sebagai pertanda bahwa anus itu telah siap menerima penetrasi dari kontol Johan. Johan yang sudah tak sabar lagi, segera menempelkan kepala penisnya yang sudah licin oleh pelicin KY dan bercampur dengan pre cum bening. Karena belum pengalaman melakukan anal sex, beberapa kali Johan gagal memasukkan kepala penisnya ke dalam mulut anus Iwan. Selain itu kepala kontolnya yang bulat dan besar seperti jamur merang, membuatnya makin kesulitan melakukan penetrasi. Beruntung, ada Tomi yang dengan setia membantu Johan mengatasi kesulitannya. Tangan kanan Tomi tampak menggenggam kontol Johan dan membantu mengarahkannya ke mulut anus Iwan, sehingga kepala penis itu tidak lagi tergelincir. Sedangkan kedua tangan Johan tampak menahan kaki Iwan yang mengangkang lebar ke atas. Berkat kesabaran mereka, akhirnya kepala penis Johan berhasil menyusup ke dalam mulut anus Iwan.
Tapi, begitu kepala penis itu berhasil masuk semuanya ke dalam mulut anus Iwan, tiba-tiba Iwan menjerit lirih sambil meringis. Dengan wajah memerah dan peluh mulai membasahi keningnya, Iwan tampak merasa kesakitan.
"Akh.. aduh ah nyeri Jo, perih rasanya Jo" jerit lirih Iwan yang memang merasakan sakit, nyeri, dan ngilu pada anusnya.
Dengan cepat, Johan berusaha menarik keluar lagi kepala penisnya dari jepitan otot anus Iwan. Johan tidak tega menyaksikan Iwan yang tampak kesakitan seperti itu. Tetapi sebelum ia berhasil menarik keluar kepala penisnya, tangan Tomi segera mencegah gerakan kontol itu. "Biarkan saja begitu Jo, diamkan saja dulu sebentar sampai otot-otot anus Iwan rileks semuanya" ujar Tomi mengajari Johan dengan penuh kesabaran.
"I.. i.. iya Jo. Biarkan saja begitu sebentar. Nanti juga sakitnya hilang sendiri" ujar Iwan terbata-bata.
"Kok kamu masih merasa sakit sih Wan? Kan kontol Tomi udah sering masuk ke pantatmu" ujar Johan merasa kebingungan dengan tatapan bersalah.
"Abis kepala kontolmu besar banget sih Jo" jawab Tomi.
"Iya Jo kepala kontolmu besar sekali, jauh lebih besar dari kontol Tomi dan dan kontolku sendiri. Sampai rasanya pantatku ini sobek. Berdarah nggak Tom?" ujar Iwan dengan nada khawatir.
"Tenang Wan, nggak berdarah kok. Kan anus kamu udah gak perawan lagi" ujar Tomi sambil tersenyum geli melihat tingkah dua kekasihnya itu.
Johan baru menyadari bahwa kepala penisnya memang memiliki ukuran yang tidak normal. Kepala penisnya itu tampak membulat dan membesar melebihi besarnya lingkar batang penisnya. Ia pun segera melirik ke kontol Tomi yang sudah ngaceng lagi. Tampaklah perbedaan kepala penis Tomi dengan miliknya. Kepala penis Tomi ternyata tidak membulat pada bagian ujungnya, tetapi meruncing dan kemudian sedikit membesar ke arah leher kepala penis sehingga seperti membentuk kerucut. Kemudian Johan membandingkan kepala penis Tomi dengan milik Iwan.
Meskipun penis Iwan tampak setengah lemas karena konsentrasi Iwan tidak tertuju pada penisnya melainkan pada anusnya, tetapi, Johan masih bisa melihat bahwa bentuk kepala penis Iwan ternyata berbeda dengan dengan miliknya maupun milik Tomi. Kepala penis Iwan ternyata berbentuk standar, dengan ujung yang membulat tapi tidak membesar dan kemudian merata hingga ke leher penis dengan ukuran besar yang rata dengan batang penisnya. Sehingga penis Iwan sepintas tampak seperti batang sapu yang lurus dengan dihiasi tonjolan urat-urat dan pembuluh darah.
Ketika Johan sedang asik membanding-bandingkan ukuran dan bentuk kepala penisnya dengan milik dua kekasihnya, tiba-tiba Iwan mengingatkann, "Ayo Jo, sudah ngga terasa sakit lagi sekarang. Teruskan, masukkan semua kontolmu hingga habis" ujar Iwan sambil menghela nafas panjang.
Mendengar perintah Iwan itu, Johan pun mulai melanjutkan menekankan batang penisnya ke arah anus Iwan. Pelan tapi pasti, penis Johan mulai menyusup dengan lancar menembus kegelapan dan merasakan kehangatan rongga anus Iwan. Sementara penis Johan bergeser pelan memasuki rongga anusnya, mulut Iwan tidak hentinya mendesis dan mendesah berkepanjangan. Setiap centimeter kontol itu bergerak masuk, maka desahan dan desisan dari mulut Iwan terdengar semakin keras dan semakin erotis. Iwan tiba-tiba mendesah keras diselingi erangan panjang ketika ia merasakan kepala penis Johan menyentuh dan menekan prostatnya. Padahal ketika itu, baru tiga perempat bagian batang kemaluan Johan yang telah memasuki rongga anusnya.
Bersambung . . . . .