Niken

Namaku Dedin, umurku sekarang 20 tahun, kejadian ini terjadi pada saat aku masih sekolah di STM di bilangan Jakarta Selatan yang terkenal dengan tawurannya. Waktu itu aku baru mulai semester 3, kelas 2. Seperti biasa sekolahku pulangnya lembur, jam 7.30 malam, dan biasa pulang nggak langsung pulang, aku nongkrong di terminal Blok M. Aku merasa capai banget makanya aku duduk saja sambil merokok, tiba-tiba di depanku lewat makhluk lawan jenisku, cewek itu anggun banget, kulitnya putih bersih, hidungnya bangir, rambutnya panjang tergerai. Wah, pokoknya perfect banget, aku bangkit dan coba menegurnya, ternyata aku nggak punya keberanian, aku cuma bisa diam melihat dia berlalu. Akhirnya kuputuskan untuk balik, aku calling teman-temanku untuk segera balik. Namanya basis, lalu aku dapat duduk santai. Eh, tapi tiba-tiba itu perempuan yang aku lihat tadi kok naik metro mini yang sama seperti yang aku tumpangi, dia naik eh berdiri lagi. Aku coba panggil dia untuk duduk di barisan belakang tempat di mana aku duduk. Dia samperi aku dan kuberi tempat dudukku, aku akhirnya berdiri. Teman-temanku pada menggodaku, aku cuek saja, dan gobloknya aku diam saja sambil melihati dia punya dada. Aku tersenyum dan dia membalas, tapi tetap saja aku nggak berani kenalan, kejadian itu terulang 2 hari berturut-turut.

Pada hari yang ke-4 seperti biasa aku kasih dia tempat dudukku, pas hampir sampai ke tempat di mana dia biasa turun dia memanggilku kebetulan sampingnya kosong, dia bertanya,
"Siapa nama kamu?" aku bilang,
"Dedin", aku gugup,
"Oh, nama saya Niken",
"Oh.." eh dia tanya lagi,
"Boleh nggak niken main ke rumah kamu?"
Dalam pikiranku ini perempuan gila kali ya, baru kenal sudah mau ke rumah saja, aku jawab "Boleh", sudah deh aku diam saja. Pas sampai turun di ujung gang rumahku, eh mati lampu,
"Wah kayaknya bakalan asyik nih Ken",
"Iya ni De", aku terus telusuri gang ke arah rumahku, tetangga pada bertanya,
"Anak mana yang lu embat De?" aku memang terkenal playboy, tapi aku diam saja, sampai aku persilakan dia masuk. Aku kenali dia sama orang tuaku, sudah begitu aku ganti baju, cuci muka, menyiapkan minum, lilin 2 buah.
"Sorry ya agak lama",
"Ah nggak apa kok",
"Eh lu ngga apa-apa main ke sini?" tanyaku,
"Ah ngga apa-apa kok",
"Nanti pacar lo marah lagi",
"Niken belom punya kok", wah kesempatan nih.
"De ngomongnya jangan lo, aku aja ya, niken nggak bisa",
"Oke deh kalau itu maunya kamu."
"De kaki kamu nggak apa-apakan, soalnya tadi Niken lihat kamu jalannya pincang, kena batu ya pas tawuran tadi di sekolah kamu?"
Wah ini perempuan kok perhatian banget,
"Ah it's ok cuma bengkak saja sedikit",
"Niken pengen kamu jangan tawuran, kamu sayangin dong tubuh kamu",
Wah, aku jadi semakin.. dia perhatian banget. Akhirnya kita berdua ngobrol ngalor ngidul, sampai akhirnya dia tanya sesuatu yang bikin otakku ngeres,
"De kamu mau nggak tidur sama Niken?"
"Tidur gimana? bareng? kamu tidur di rumah kamu, dan Dedin tidur di rumah Dedin sendiri, begitu?"
"Nggak, tidur ya.. ML"
Wah, aku langsung menebak ini anak sudah sering gituan nih, soalnya aku juga. Aku coba jawab ngocol,
"Oke, kapan di mana?"
"Gimana kalau hari Jum'at"
"Kamu serius Ken?"
"Iya",
"Keperawanan kamu?"
Dia cerita kalau dulu dia jatuh dari sepeda, ah bagiku ceritanya klise, soalnya aku tahu banget kalau perempuan hiperseks, kepingin ditiduri,
"Oke deh aku bisa bolos, dan lagian ini rumah sepi nggak ada siapa-siapa dari pagi sampai sore",
"Ok Niken akan datang jam 8 pagi."

Hari yang aku nanti akhirnya eh dia datang tapi aku masih tidur, sebab malamnya aku habis mabok, "Dedin, Dedin, Dedin", aku kaget, lalu aku lari dari kamarku untuk membukakan pintu, aku persilakan dia masuk, lalu aku bilang,
"Eh Ken, De mandi dulu ya",
"Iya."
Sebelum itu aku sediakan dia minum, aku juga persilakan dia masuk ke kamarku, tapi dia bilang nanti saja. Aku mandi di kamar mandi kamarku, biasa aku nggak pernah kunci pintu, pas aku lagi mensabuni penisku, eh dia masuk sudah nggak terbungkus sehelai benang pun. Aku bisa lihat itu payudaranya, yang nggak begitu besar. Vaginanya yang ditumbuhi rambut kemaluannya yang rapih, clitoris-nya agak menyembul, aku diam saja waktu dia menghampiriku, dia pegang penisku. "Wow gede banget ni De", padahal penisku belum tegang, dia sentuh lalu dikocok-kocok. Dia jongkok dan dijilatnya penisku, kepala penisku dikulum, lalu langsung tegang sudah. "Wow indah sekali" dia bilang begitu, aku suruh dia terusi, "Aahh teerruuss Keenn", 5 menit berlalu kugendong dia keluar dari kamar mandi dalam keadaan basah. Aku rebahkan dia ke kasurku lalu kubuka kedua pahanya dan kujilati vaginanya, baunya sih bau vagina perawan, pokoknya aku terus saja jilati vaginanya sambil aku sodokkan jari tengahku. "Aahh Ddee Niikkeenn nnggaak kuuaat", Aku nggak peduli. Tidak lama kemudian aku bisa merasakan lendirnya yang keluar dari vaginanya, aku terus jilati, dia bilang, "Aahh Dee mmaassukkinn sekaarrangg!"

Aku bangkit, lalu kutindih badannya. Aku jilati dulu pentilnya dia semakin buas. Dia raih penisku, dia arahkan ke vaginanya, "Teken De", aku merasakan lubang vaginanya yang masih rada sempit, "Bless.." penisku masuk "Aahh", dia teriak. Aku genjot terus dia menggoyang pinggulnya, sementara aku naik turunkan pantatku, dia keluar lagi, "Aahh Dee Nnniikeenn kkelluuarr llaaggii", semakin licin saja kewanitaannya karena dibanjiri oleh lendirnya, dia mendekapku. Aku gulingkan badanku, bibirku nggak lepas, sekarang dia di atasku, "Ssshh", dia mendesis "Aahh", aku merasa kenikmatan yang hebat waktu dia keluar lagi. Sudah ketiga kali dia keluar, tiap kali dia keluar penisku serasa dikenyot di dalam vaginanya, "Aahh Kenn.." aku merasa hampir keluar. Aku ganti posisi doggy style, aku tekan perlahan, "Aahh.." kami berdua berteriak, nikmat sekali. Tanganku memainkan pentilnya, "De Niken capek kalau posisinya begini", aku ubah lagi, seperti pertama kali. Kakiku di jepit, nggak lama kami berdua mendesis "Ssshh.. Kkenn akkuu kkeelluuaarr.."
"Ssamaa.."

Kita keluar bersamaan, kumasukan semua air maniku di dalam vaginanya, kucabut penisku, dia bersihkan dengan cara menjilati penisku yang masih setengah berdiri, "Aahh, kamu kok pintar banget sih", aku bilang begitu, dia diam saja sambil terus menghisap. Akhirnya kami berdua main lagi, dan itu aku ulang sampai 4 kali sampai sore. sekarang semuanya tinggal kenangan, aku sekarang menetap di AS, dan aku tahu dari temanku yang satu kampus sama dia, dia itu memang "bispak", apalagi kalau lihat orang yang kaya. Biar bagaimana pun De masih "sayang" kamu.

TAMAT