Seks Umum
Thursday, 27 January 2011
Elly pacar pertamaku
Menurutku Elli cantik. Tubuhnya kecil, tidak lebih tinggi dari bahuku. Ukuran dadanya..? Memang tidak terlalu besar, yaitu 32B. Jika dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil, ukuran dadanya cukup besar. Pertama aku melihatnya, dia nampak seperti bidadari. Kecil mungil, anggun, dan gerak geriknya menarik. Tetapi setelah aku berpacaran dengannya, kuketahui Elli bukanlah tipe gadis yang setia. Selama berpacaran aku tidak pernah melakukan persetubuhan dengannya. Namun setelah aku mengetahui Elli tidak setia, aku berubah pikiran, dan merencanakan suatu niat pembalasan kepadanya.
Hari itu, hari terakhir sebelum aku diputuskan oleh Elli, aku mengajaknya ke rumahku. Saat itu di rumahku hanya ada dua orang pembantuku. Orangtuaku sedang pergi ke luar kota karena ada urusan keluarga, dan kakakku sedang pergi ke rumah temannya. Di rumahku, aku menyuruh pembantuku membuatkan minuman untuknya. Kami berdua berbincang-bincang beberapa saat dan kemudian aku mengajaknya ke balkon lantai dua. Disana aku bertanya kepadanya, apakah dia benar-benar menyukaiku. Elli nampaknya grogi ketika mendengar pertanyaanku, dan aku terus mendesaknya. Tentu saja akhirnya dia menjawab "ya".
Aku merangkul dan mencium keningnya. Elli diam saja, sehingga membuatku semakin penasaran. Lalu kupeluk pinggangnya dan kucium telinga serta lehernya, sehingga aku mulai merasa Elli terhanyut oleh permainanku. Setelah itu aku melakukan sedikit permainan padanya, dan nampaknya Elli benar-benar terbawa nafsu, aku bertanya kepadanya.
"El, badan lo bagus deh. Gue lihat ya?" kataku sambil berusaha melepaskan kancing bajunya.
Ternyata Elli melakukan perlawanan, sehingga aku memegang kedua tangannya dengan tangan kiriku, serta terus membuka bajunya secara paksa. Elli kemudian berhenti melawan. Seluruh kancing bajunya akhirnya berhasil kubuka, namun bajunya tidak kutanggalkan. Dia nampak seksi.
Langkah pertama, aku mencium rambutnya sambil mengenggam tangannya, sementara tanganku yang lain memeluk pinggangnya. Aku senang karena ternyata Elli memberikan respon. Tentu saja aku tidak memperkosanya. Aku membimbingnya ke dalam, dan membawanya ke dalam kamarku. Kemudian aku membuka baju dan celanaku, sehingga aku tinggal memakai celana dalamku. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, dan Elli membalas permainanku. Hebat juga, ternyata dia sangat pandai berciuman dengan lidah. Elli membuka celana dan bajunya, sehingga dia hanya memakai pakaian dalamnya saja. Mataku tidak lepas memandang belahan payudaranya yang terlihat jelas.
"El, buka dong..!" kataku meminta.
Elli menurut saja. Dia membuka celana dalamnya terlebih dahulu, sehingga aku dapat melihat vaginanya yang dihiasi bulu hitam keriting yang cukup rimbun. Kemudian dia membuka bra-nya, sehingga kedua payudaranya yang membulat kencang dengan puting susunya yang kemerahan terbuka polos, tegak menantang untuk dilumat. Dia tersenyum dan mendekatiku. Aku kemudian menjilati telinga dan tengkuknya. Elli kegelian dan tertawa kecil.
Melihat kedua payudaranya yang indah dan montok itu, hatiku tidak sabar dan ingin segera merasakan kenikmatan kedua benda tersebut. Kusapukan perlahan jariku pada permukaan payudara kanannya yang halus dan lembut. Kuraba puting dan lingkaran areola-nya dengan perlahan, sehingga Elli memejamkan matanya menikmati sensansi di puncak payudaranya. Kucubit perlahan putingnya dan kutarik, sehingga Elli mengeluarkan desahan tertahan. Lalu kukulum payudaranya dan kuhisap dengan kuat seolah-olah aku menyusu padanya dan ingin menyedot seluruh isi payudaranya. Aku menyedot, mengulum, dan menggigit payudaranya bergantian, sehingga aku merasakan kepuasan dari payudara tersebut. Dengan melepaskan perasaan gemas yang telah lama tertahan, tanganku cepat meraih payudaranya dan kuremas dengan kuat, Elli mengaduh kesakitan. Tanganku terasa meremas daging lembut kenyal berisi jaringan kelenjar yang membuat birahiku terbakar.
"Aduh, Zal..! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis kesakitan.
Aku melepaskan tanganku dan jariku masuk ke liang vaginanya. Kugesek-gesekkan jariku disana sehingga Elli mengerang. Aku lalu menunduk dan menjilati vaginanya, sehingga Elli mendesah dan tidak mampu berdiri. Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Aku terus menjilati bibir vaginanya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding vaginanya dengan cepat.
Elli menggeliat-geliat liar sambil memegangi kepalaku.
"Ahh.. mhh.. Zal.." demikian desahannya sambil menyebut-nyebut namaku.
Aku terus beroperasi di vaginanya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Elli. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam vaginanya, membuat Elli tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan vaginanya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga Elli semakin tidak karuan menggeliat.
Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya, aku mengambil posisi dan membuka celana dalamku. Batang penisku sudah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.
Dalam hati aku membatin, "Ini dia saatnya.. lo bakal habis, cewek sial..!"
Aku mengangkat tubuhnya yang kecil itu dan membantingnya ke tempat tidur, sehingga dia telentang sambil mengaduh.
Sebelum dia sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat, sehingga dia berteriak kesakitan. Nyaman dan hangat sekali vaginanya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat Elli merasakan sakit pada vaginanya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua daging yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Elli menjerit setinggi langit. Tangannya mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!
Selanjutnya sambil tetap mencengkeram kedua payudaranya dan tetap menyetubuhinya, aku memutar-mutar tanganku dengan cepat dan menarik kedua payudaranya dengan kuat.
"Lebih baik bila aku bisa membetot putus kedua payudaranya!" batinku.
Dengan pikiran seperti itu, aku membetot kedua payudaranya dengan kuat, sehingga sekali lagi Elli berteriak keras. Entah apa pikiran pembantuku di bawah sana, aku tidak perduli. Lalu aku menekan kedua telapakku ke dadanya, sehingga kedua payudaranya tergencet dengan keras dan sekali lagi Elli mengaduh kesakitan. Tanganku merasakan enak sekali mempermainkan kedua daging kenyal kembar milik Elli tersebut.
Sementara gerakan sanggamaku semakin cepat dan kasar, sehingga Elli akhirnya terkulai lemas kehabisan tenaga menahan sakit yang dideritanya. Setelah beberapa saat aku merasakan buah zakarku geli luar biasa dan penisku berdenyut-denyut. Akhirnya aku orgasme, dan penisku menyemprotkan cairan spermaku berkali-kali ke dalam kehangatan rahimnya. Semprotan terakhir membuatku lemas dan terjatuh menindih tubuhnya.
Beberapa lama kami berdua berdiam dengan penisku masih tertancap pada lubang miliknya. Tubuh mungilnya terkulai lemas dengan denyutan jantungnya yang turun naik, menandakan dia sangat kecapaian. Rupanya tindakanku sempat membuat tubuhnya hampir pingsan dan tidak kuasa lagi menahan sakit dan lelahnya.
Aku memperhatikan dririnya yang terbaring tidak berdaya dengan nada senyuman yang puas dalam hati.
"Benar-benar puas sudah apa yang kulakukan sekarang terhadapmu.. Heh..!" kataku dalam hati sambil kubangkit dan kemudian memakai pakaianku, sementara Elli mulia menangis tersedu-sedu dengan masih bertelanjang bulat.
Aku dapat melihat beberapa bekas lecet akibat kekasaranku pada payudaranya.
Sambil menangis, Elli memakai pakaiannya kembali. Setalah selesai dia memandangku dengan kebencian dan menamparku!
"Bajingan lo, Zal! Lo maniak! Kita putus!!" makinya.
Aku hanya tersenyum mengejek. Aku maniak..? Dalam hati aku tertawa. Perduli amat..! Yang penting aku puas dan sakit hatiku terbalas.
TAMAT