Seks Umum
Monday, 10 January 2011
Selembut nafsu wanita
Untuk mengubah nasibnya, akhirnya Ryan memutuskan untuk mengadu nasib di kota. Untuk modal tersebut Ryan terpaksa menjual motor milik satu-satunya itu. Akhirnya terjuallah motor Ryan seharga 5 juta kepada tetangganya yang kebetulan sedang membutuhkan motor.
Dengan modal sebesar itu jadilah Ryan pergi ke kota untuk mengadu nasib. Saat tiba di kota Ryan mencari kontrakkan yang cocok untuknya. Setelah cukup lama mencari, ia mendapatkan kontrakan dengan biaya sebesar Rp 150.000/bulan. Untuk ukuran Jakarta biaya tersebut termasuk murah.
Setelah resmi menempati kontrakan itu datanglah seorang gadis tetangganya untuk berkenalan.
"Hai.." sapa gadis itu.
"Hai juga.." balas Ryan.
"Aku baru melihatmu di sini."
"Ya memang saya baru datang dari desa untuk mengadu nasib di kota ini."
"Ooh dan siapa namamu?"
"Namaku Ryan, panggil saja aku Ryan. Dan namamu..?"
"Namaku Melisa, panggil saja aku Lisa."
Setelah itu cukup lama mereka berbincang-bincang mengenai diri dan pengalaman mereka.
"Lis, nanti sore kamu ada acara.?"
Lisa berpikir sejenak.
"Tidak, memangnya ada apa?"
"Aku mau mengajakmu untuk membeli mebel."
"Ya, bisa nanti aku, kau ajak."
Saat ini waktu sore pun tiba. Ryan dan Melisa pergi ke toko mebel sambil berbincang-bincang. Ryan membuka pembicaraan.
"Lis, aku saat ini menganggur dan ingin mencari pekerjaan. Apakah engkau punya informasi lowongan kerja?"
"Kalau di tempatku ada yaitu sebagai security, kamu mau?"
"Memangnya kerjamu dimana sih?"
"Aku bekerja sebagai DJ di sebuah diskotik."
"Kalau ada lowongan di sana tolong bantu aku dong."
"Ya, akan aku usahakan."
Pada suatu saat dengan usaha Lisa, Ryan di panggil oleh manager diskotik untuk wawancara. Dan wawancara berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Selain itu Ryan juga di terima untuk bekerja di discotik itu.
Ryan mulai bekerja pada esok malam yang kebetulan berbarengan dengan sahabat barunya, Lisa.
Hari pertama Ryan mulai bekerja pada pukul 6 sore sampai pukul 4 pagi. Begitu juga untuk hari-hari berikutnya. Kebetulan pada jam kerja itu berbarengan dengan Lisa sehingga mereka bisa berangkat bersama-sama.
Di discotik itu Ryan berkenalan dengan Herman sebagai kepala security. Malampun semakin larut tetapi pengunjung semakin ramai. Saat itu datanglah seorang wanita cantik berambut panjang mengunjungi diskotik tersebut. Ia datang sendirian dengan wajah yang murung yang mungkin di sebabkan karena kesepian.
Kemudian wanita itu menghampiri di mana Ryan dan Herman berada.
"Maaf, adakah yang bisa menemaniku?"
Atas permintaan wanita itu Ryan dan Herman saling tatap. Lalu Herman memberi kode agar Ryan yang memenuhi permintaan wanita itu. Ryan pun setuju karena Herman merupakan atasannya. Kemudian wanita itu menggandeng Ryan untuk menuju ka lantai discotik untuk berdansa. Musik mengalun lembut dan wanita itu mendekap erat tubuh Ryan. Dan wanita itu berkata:
"Aku baru melihatnu di sini."
"Ya, saya memang orang baru di sini."
"Kenalkan, namaku Sarah dan siapa namamu?"
"Panggil saja aku, Ryan."
Kemudian metreka kembali berdekapan erat sampai alunan musik selesai. Setelah itu Sarah kembali berbicara kepada Ryan.
"Ryan pas libur kerja maukah kau main ke rumahku."
Ryan berpikir sejenak.
"Mungkin bisa tetapi jam berapa?"
"Kira-kira jam 9 pagi lah."
"Ya, akan saya usahakan untuk mengunjungi rumahmu."
"Ohh, terima kasih Ryan." Ucap Sarah sambil mengecup pipi Ryan dan memberikan beberapa lembar seratus ribuan ke telapak tangan Ryan. Ryan berusaha untuk menolak tetapi sarah terus memaksanya. Akhirnya Ryan pun terpaksa menerima uang dari Sarah.
Setelah Sarah pergi keluar dari diskotik itu, Ryan memghampiri Herman untuk melaporkan kejadian yang baru dialaminya.
"Bang Herman tadi wanita itu memberiku uang sebanyak ini."
"Ooo, itu memang rejekimu, maka terimalah dan aku minta satu lembar untuk beli rokok."
Dan Ryan pun memberikannya dengan senang hati. Selain itu Ryan juga memberikan beberapa lembar uang tersebut kepada Lisa saat sampai di rumah kontrakannya. Dan Lisa pun sangat senang menerimanya. Beberapa hari kemudian Ryan teringat janjinya kepada Sarah untuk main ke rumahnya. Memang pada waktu yang lalu Ryan juga diberikan kartu nama dari Sarah.
Untuk menepati janjinya Ryan jadi pergi menuju rumah Sarah yang alamatnya sudah tertera di kartu nama dari Sarah. Dengan menggunakan angkutan umum, Ryan sampai di suatu pemukiman elit. Kemudian Ryan mencari rumah yang tertera di kartu nama tersebut. Setelah mencari-cari, Ryan menemukan rumah yang akan dicari. Saat Ryan sampai di pintu gerbang rumah Sarah, pintu pagar itu terbuka secara otomatis. Ternyata Sarah sudah menunggu di teras rumahnya.
Ryan sangat kagum dengan rumah Sarah, karena rumah itu sangat besar dan mewah. Halaman rumah itu cukup luas dengan aman yang sangat indah. Sarah menyambut mesra kedatangan orang yang dinantikannya, yaitu Ryan.
"Hai Ryan. Akhirnya kau datang juga."
"Engkau sudah lama menungguku?"
"Belum kok baru 5 menit aku menunggumu di sini, ayo kita ke dalam sekarang. Aku sudah menyiapkan santapan untukmu."
Akhirnya Ryan mengikuti Sarah untuk masuk ke dalam rumah gadis itu. Ryan sangat kagum dengan perabotan yang ada di rumah Sarah, semuanya serba lux dan sangat indah di pandang mata. Setelah itu mereka menuju ruang makan untuk makan siang bersama. Ternyata hidangan yang sudah dipersiapkan oleh Sarah cukup banyak yang membuat Ryan cukup terkejut.
"Wah, banyak sekali hidangan ini. Apakah ini hanya untuk kita berdua?"
"Ya, ini untuk kita berdua, memangnya kenapa?"
"Terus terang hidangan ini sangat banyak. Apakah kita berdua sanggup untuk menghabiskannya?"
"Kalau tidak habis, tidak apa-apa. Kan nanti bisa dihangatkan jika kita ingin makan lagi."
"Oh ya Sarah."
"Ya ada apa, sayang?"
Di rumah sebesar ini kamu tinggal dengan siapa?"
"Di sini aku tinggal sendirian dengan 2 orang pembantu."
"Berarti apakah kamu tidak kesepian?"
"Aku memang kesepian Ryan. Dan aku sangat berharap engkau mau tinggal bersamaku di sini."
"Waduh bagaimana ya. Aku saat ini masih bingung dan saya tidak enak dengan anggapan orang, karena kita ini bukan apa-apa dan baru berkenalan."
"Walaupun begitu aku mohon padamu Ryan agar engkau mau tinggal bersamaku di sini untuk mendampingi aku yang setiap saat kesepian."
Ryan semakin bingung dengan permohonan Sarah itu antara menolak atau menerima, dalam diri Ryan masih perang batin.
"Atau kalau engkau tak mau tinggal di sini bagaimana kalau engkau aku belikan sebuah rumah supaya aku bisa bebas untuk mengunjungimu"
"Wah jangan Sarah itu sama saja engkau membuat hutang budi kepadamu".
"Aku ikhlas kok yang penting kita bisa bertemu setiap saat."
Setelah makan siang selesai, mereka terdiam cukup lama sampai akhirnya Sarah membuka pembicaraan kembali.
"Ryan, ikut aku yuk!"
"Kemana?"
"Pokoknya ikut deh."
Akhirnya Ryan mengikuti Srah untuk menuju keruang tengah. Di ruang tengah itu Sarah menyalakan TVnya yang cukup besar sekaligus VCD playernya. Ryan melihat Sarah memasukkan sekeping vCD ke playernya. Dan Sarah kembali mendekati Ryan untuk duduk di sampingnya sekaligus untuk menonton film dari TV itu.
Ternyata dari tangan di TV itu Ryan cukup terkejut karena yang di tampilkan adalah tayangan yang sangat vulgar. Tak lama kemudian Sarah bangkit untuk menuju ke kamarnya. Tak lama kemudian Sarah kembali muncul dari kamar dan memakai daster sutera tang sangat tipis dan tak ada pelapis tubuhnya selain daster itu. Kemudian Sarah mendekati Ryan yang sudah bangkit gairahnya karena menyaksikan tayangan vulgar dari TV itu.
"Ryan..
"Ya..
"Kita ke kamar yuk."
Bagai kerbau dicucuk hidungnya Ryan mengikuti Sarah untuk menuju ke kamarnya. Saat sampai di kamar, Sarah langsung mengunci pintu kamar. Ryan sangat kagum dengan keadaan di kamar itu. Kamar yang cukup luas, bahkan melebihi luasnya rumah kontrakan Ryan dan berisikan perabotan yang sangat mewah. Kemudian Sarah mengajak Ryan untuk ke ranjang tidurnya yang mewah dan empuk itu.
Didekat ranjang mewah itu Ryan dan Sarah saling berhadap-hadapan. Saling pandang. Dan Sarah langsung memeluk Ryan denagn hangat dan Ryan pun memeluknya. Saat berpelukan Ryan membelai rambut Sarah yang hitam mengkilat dan panjang tergerai itu. Kemudia Ryan mencium bibir Sarah yang sejak tadi merekah. Dan Sarah pun membalas denagn melumat bibir Ryan dengan hangat. Ketika mereka saling mempermainkan lidahnya, wanita kaya yang kesepian itu benar-benar melambung perasaannya.
Karena mereka sudah tak tahan lagi, Sarah melepaskan gaun tipisnya dan sekaligus melepaskan pakaian Ryan. Lalu Sarah terlentang di atas ranjang mewah dan menantikan pelukan Ryan. Kemudian Ryan memeluk tubuh itu. Menyentuh payudaranya yang ranum dan lembut kulitnya.
Ryan mencium bibir itu kembali. Lidahnya mempermainkan rongga mulut Sarah. Menggelitiknya dan menimbulkan rasa nikmat. Sarah memang masih perawan, dan Sarah dengan antusias menangkap lidah Ryan dengan lidahnya. Permainan yang panas itu terus berlanjut. Puas mencium, Ryan dengan lidahnya menyapu sepanjang leher. Sehingga membuat Sarah menggelinjang.
"Oohh, Ryan.."
Ryan hanya tersenyum saja. Dengus nafasnya kini terasa di telinga dan lidahnya menggelitik di lubang telinga itu. Kemudia Ryan mencucup puting susunya.
"Oohh..
Ryan tersenyum. Lidahnya mempermainkan puncak payudara itu. Kemudian menghisap-hisapnya.
"Ryan.."
Puas menghisap-hisap puting susu Sarah, Ryan menjilati kulit lembut sepanjang perut. Kemudian turun ke bawah, dan singgah di bukit kecil dengan rerumputan yang menghitam. Bau wangi khas parfum dan shampo membuat Ryan betah di tempat itu. Ia menciumi rerumputan itu.
"Oohh..", desah Sarah kenikmatan.
Sejuta keindahan terasa menyatu. Kenikmatan tiada tara. Kenikmatan yamg luar biasa. Akibatnya seluruh tubuhnya gemetar hebat.
"Ryan.."
"Ya?"
"Tak tahan nih.."
Ryan tersenyum. Ryan tahu Sarah masih perawan dan alat kemaluan Ryan sudah menegang sejak tadi dan siap untuk menghujam. Ryan mencoba benda itu untuk masuk ke dalam liang vagina yang tampak mulai basah dan lembab itu.
Ia tekuk kaki Sarah yang cantik. Ia lebarkan pahanya sehingga lubang dalam liang vagina itu menganga di depan senjata pamungkasnya. Dan ia mulai masuk. Mulai menekan. Tetapi sering terpeleset. Beberapa kali ia coba, tapi gagal lagi.
Akhirnya kedua tangan Sarah membantu melebarkan bibir vaginanya. Dan Ryan memasukkan senjata meriamnya, menekan dengan tubuh. Dan akhirnya melesak ke dalam, setelah Sarah menggerakkan pantatnya sedikit. Dan terdengar pekik tersentak.
"Oouwww..!"
Sarah memeluk tubuh Ryan, matanya berkaca-kaca.
"Kenapa?" tanya Ryan lirih.
"Sakit."
"Aku hentikan ya."
"Jangan Ryan walau sakit tapi enak kok."
"Benar?"
"Ya."
Lalu Ryan melanjutkan menusuk vagina Sarah dengan senjatanya secara pelan-pelan. Ryan tahu bahwa selaput kesucian Sarah telah pecah. Pastilah darah perawan itu akan jatuh ke sprey, menetes dan ia melihat Sarah menahan rasa sakit.
Namun di sisi lain ia kepuasan di wajah itu, maka ia kemabli menggerakkan senjatanya yang terlanjur menghujam ke dalam gua lembab itu, perlahan saja. Kemudian menekannya lagi, dan begitu seterusnya. Sarah merasa ada sesuatu yang bergerak cepat dan menggetarkan seluruh sendi darahnya. Dan mengalir dengan bergolak dahsyat.
"Oohh.."
Desah Sarah merasakan kenikmatan. Begitu juga dengan Ryan, gerakannya makin cepat dan makin bertenaga, akhirnya ia mencengkeram bahu Sarah dan memeluk wanita itu. Keduanya melenguh dahsyat. Berbarengan dengan itu cairan kental dan hangat menyembur dari lubang meriam Ryan dan dinding rahim Sarah.
Dengus kepuasan terasa sekali dari hidung Ryan. Begitu juga dengan hempasan nafas Sarah. Dan Ryan menggelosor di sisi Sarah, dan melihat ada apa di bawah pantatnya. Ia melihat ada bercak darah sedikit di atas sprey yang sudah acak-acakan tak karuan itu.
Tamat