Seks Umum
Friday, 7 January 2011
Implementasi dengan pembaca - 1
Memang kuakui ada beberapa email yang kubalas dan ada beberapa orang yang sempat kontak per telepon denganku setelah memenuhi semua persyaratan yang kuajukan, namun emailku belum mendapat balasan hingga aku juga tidak tahu yang mana suaminya? Yang satu lagi dari cewek, inisialnya LW, dia menyatakan bahwa dia juga pernah mengalami dijilat vaginanya oleh cowoknya, jilatannya tak kalah hebatnya, demikian tuturnya dalam email.
Selebihnya email yang masuk ke mail box-ku dari cowok-cowok yang iseng dan main langsung mengajak kenalan dan making love, ha.. ha.. ha..! Emangnya dikira aku cewek murahan yang bisa langsung diajak ke tempat tidur. Walaupun aku suka dan menikmati sex namun aku bukanlah cewek murahan apa lagi harus dibayar untuk itu, aku mau karena berdasarkan suka sama suka, karenanya dari email yang masuk semua kujawab, namun bila ingin berlanjut untuk berkenalan dan mengobrol, aku punya kiat tersendiri untuk menyeleksi mereka dan rata-rata mereka rontok semua karena takut tertipu atau memang hanya iseng saja. Dari yang bisa memenuhi persyaratanku, baru kuajak ngobrol dan berkenalan, jumlahnya tidak banyak, dan ada juga beberapa yang sudah bertukar foto melalui email.
Namun di antara semua itu, ada seorang yang sudah berjalan agak jauh, kunamakan saja Sinto yang usianya 40 tahun, sudah beristri dan punya dua orang anak. Sinto adalah seorang pengusaha muda yang punya hobby mengakses Rumah Seks. Dia membaca tulisanku dan mengirim email padaku, kubalas dan kuberikan persyaratan yang langsung dipenuhinya hingga kemudian kuizinkan dia meneleponku.
Kami mengobrol beberapa kali via telepon juga bertukar foto melalui email sampai akhirnya kami pun janjian untuk jumpa darat (ketemuan). Aku memilih tempat bertemu di Restaurant Calvados yang letaknya di ujung perempatan Jalan Kertajaya Indah dekat Galaxy Mall, Surabaya. Kami pilih di Calvados karena dekat dengan rumahku yang terletak di kawasan Kenjeran dan juga kebetulan rumah Sinto juga terletak di sebuah perumahan mewah di sekitar sana.
Kami janjian bertemu jam 5 sore. Setelah selesai mandi aku pun sibuk memilih busana yang akan kukenakan. Sudah pernah kuceritakan pada ceritaku terdahulu, aku tidak memiliki busana yang anggun karena memang aku lebih suka memakai pakaian yang sexy mengimbangi tubuhku yang memang juga sexy. Sore ini kupakai T Shirt ketat tanpa lengan hingga T Shirt yang kupakai melekat dengan tubuhku, tentunya tanpa BH membungkus payudaraku yang ranum dan sintal, ini juga karena sesuai dengan apa yang pernah kuceritakan pada kisahku terdahulu, yaitu bahwa aku sejak kecil tidak suka memakai bra hingga sampai saat ini aku tidak memiliki sebuah BH-pun di rumah. T Shirt yang kupilih berwarna krem dengan rok mini warna yang sama untuk bawahannya. Rok mini yang kupakai juga berwarna krem kombinasi coklat muda kotak-kotak.
Kali ini aku agak sedikit bingung memilih CD yang akan kupakai, bukan karena warnanya karena aku mempunyai banyak CD dengan berbagai macam warna, aku ingin memakai warna krem juga supaya matching, namun modelnya aku hanya punya dua macam, yang satu model G String yang sering kupakai dalam ceritaku terdahulu, yang satu lagi model berenda, semuanya berbentuk mini dan tipis sekali, hingga bila dikenakan seakan-akan tidak memakai CD.
Sore ini kupilih yang berenda saja, bentuknya berupa renda ukuran sejari melingkari pinggangku, di bagian belakang seukuran satu jari pula turun melingkari selangkanganku melalui lipatan pantatku yang sintal, terus ke depan dan di bagian pangkal pahaku tersambung dengan secarik kain sutera tipis selebar dua jari dan bila dikenakan hanya mampu menutupi tepat bagian liang vaginaku, sexy dan merangsang sekali saat aku memakainya.
Bulu-bulu kemaluanku terurai keluar dari CD yang kukenakan hingga akan membuat rangsangan tersendiri bagi cowok yang melihatnya. Rok yang kupakai mini sekali dengan bawahan yang cukup lebar hingga pahaku yang mulus dengan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus terlihat. Aku juga tidak terbiasa menggunakan make up. Ketiakku kuoles sedikit parfum ditambah lipstick tipis warna netral mengoles bibirku yang mungil agar selalu terlihat basah hingga membuat semua cowok ingin mencium dan mengulum bibirku.
Tepat jam 5 sore aku tiba di Calvados yang masih sepi karena memang baru buka. Rupanya Sinto sudah duduk di terasnya sambil merokok. Walau kami sebelumnya belum pernah bertemu muka tapi aku yakin kalau cowok itu Sinto karena wajahnya pernah kulihat di foto yang dikirimnya via email, tapi untuk lebih meyakinkan diri, kucoba menghubungi HP-nya secara missed call.
Hi.. Sinto! Sapaku.
Hallo..! Wah..! Kamu ternyata memang sangat cantik sekali, fotonya sudah cantik, tapi orangnya jauh lebih cantik lagi, demikian puji Sinto sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.
Ayo kita masuk, di dalam sejuk ber-AC, ajaknya.
Kamipun masuk ke dalam memilih ruangan di dalam yang ada VIP roomnya. Walaupun VIP Room di Calvados bukan untuk pribadi karena bisa dipakai oleh tamu lain secara bersamaan, namun tempatnya lebih terisolir, apa lagi sore itu belum ada tamu lain selain kami, maka suasananya jadi lebih mendukung untuk kami berduaan saja.
Kami memesan menu dan minuman yang sama, steak dan orange juice. Sambil menunggu hidangan, kami mengobrol mulai dari yang sekedar basa basi sampai ke materi tulisanku di Rumah Seks. Biasanya kalau orang lain sedang berduaan duduknya selalu berhadap-hadapan dengan dibatasi meja, tetapi kali ini Sinto sengaja memilih duduk di samping kananku.
Saat duduk, rok miniku jadi lebih terangkat ke atas lagi hingga memamerkan pahaku yang mulus sedikit berbulu tadi hingga membuat mata Sinto sering kali memandang ke bawah, apa lagi saat kupangkukan kaki kananku ke kaki kiri, membuat sebagian pangkal pahaku bagian luar terbuka lebih lebar lagi dan membuat mata Sinto yang duduk di samping kananku lebih rajin memandang ke bawah.
Ayo..! Lihat apa matanya!, godaku.
Lia, terus terang aku jadi terangsang melihat kecantikan dan penampilanmu, jawab Sinto terus terang.
Memang aku dapat melihat kejujuran kata-katanya dari tonjolan yang tersembul dari dalam jeans yang dia pakai. Kami makan sambil mengobrol memperbincangkan tulisanku di Rumah Seks. Selesai makan, Sinto meminta tambahan segelas orange juice sebelum melanjutkan obrolan kami.
Tentang tulisanku di Rumah Seks, kuceritakan bahwa itu memang semua pengalamanku, hanya pada tulisan pertama aku menambahkan sedikit variasi sehingga mengaburkan identitasku, karena aku masih belum berpengalaman dan masih takut, namun ceritanya semua benar-benar kualami. Untuk cerita yang kedua dan ketiga aku sudah tidak memakai variasi lagi karena aku sudah menikmati tulisanku.
Setiap kali menulis, aku merasakan suatu kelegaan karena dapat mengungkapkan apa yang pernah kualami. Sinto pun terkagum-kagum dengan penjelasanku. Sambil mengobrol, tiba-tiba tangan kirinya diletakkan di pahaku tepat di bawah rok miniku hingga aku dapat merasakan kulit telapak tangan kirinya menyentuh langsung pahaku. Aku merasakan ada aliran aneh menjalar dari pahaku naik ke atas dan berhenti di kudukku, aliran aneh tapi nikmat.
Melihatku diam saja, tangan Sinto lebih berani lagi, kini sudah mulai sedikit membelai, keempat jarinya mulai jari telunjuk hingga jari kelingking turun memasuki pahaku bagian dalam, ibu jarinya tetap berada di atas pahaku, aku merasakan sedikit geli namun aku menikmatinya.
Hayoo..! Tangannya mulai nakal yaa.. seruku pura-pura merajuk.
Lia.., pahamu mulus sekali hingga membuatku terangsang, kata Sinto.
Belum sempat kujawab, tangan kiri Sinto berpindah ke tengkukku. Ditolehkannya kepalaku ke kanan dengan lembut. Begitu kepalaku tertoleh ke kanan, wajahnya sudah berada tepat di hadapanku. Mulutnya langsung menyerbu bibirku. Dengan penuh nafsu Sinto menciumku, bibirku yang tipis mungil dilumatnya, lidahnya dijulurkan ke dalam mulutku yang kubalas dengan hisapan dan sebaliknya juga kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya hingga kami pun saling berpagut.
Sementara posisi tangan kirinya di pahaku tadi digantikan oleh tangan kanannya, rupanya suasana restaurant yang sepi apalagi VIP Room, hingga tidak ada orang lain selain kami berdua, benar-benar dimanfaatkan oleh Sinto. Para waiters semua berada di luar saat telah selesai melayani kami, seakan mereka sengaja memberikan kesempatan pada kami untuk berduaan saja di dalam.
Tangan kanannya langsung diletakkan sedikit menyusup ke dalam rok miniku, jarinya bergerak meraba-raba kesana kemari membuatku horny sekali. Susupannya makin ke atas, bawahan rok miniku yang lebar membuat tangan kanannya leluasa bergerak di dalam rok miniku. Kedua kakiku makin merenggang menerima kenikmatan itu, CD-ku sudah mulai basah mengeluarkan cairan birahi dari liang vaginaku, aku mengalami horny berat.
Jari-jari tangan Sinto menyusup lebih ke atas ke arah pangkal pahaku, terus mengelus vaginaku dari luar CD hingga membuat CD-ku yang tipis dan mini makin basah saja hingga dapat kurasakan cairan sedikit kental mengalir deras dari dalam liang vaginaku. Bibir dan lidahku pun makin menjadi mengulum bibir Sinto karena menahan ledakan dahsyat yang seakan ingin meletus menyembur keluar melalui rahimku menuju liang vaginaku.
Jari Sinto kini mulai menyusup sela-sela CD-ku seakan ingin merasakan sentuhan langsung kulit dan bulu-bulu yang tumbuh subur di sekitar selangkanganku. Jari Sinto menggosok-gosok bibir vaginaku dari atas ke bawah terus menerus sambil sesekali dengan sengaja disentuhkan ke klitorisku. Aku pun merasakan rangsangan yang hebat sekali hingga dadaku tertahan ke depan dan payudaraku tertempel di dada Sinto yang lapang. Ini juga membuat kenikmatan tersendiri bagiku, karena payudaraku yang makin keras akibat terangsang mengalami sentuhan langsung karena hanya dibatasi T Shirt yang tidak terlalu tebal.
Bersambung . . . .