Pemerkosaan
Friday, 10 July 2009
Malapetaka KKN - Pelanggar adat - 1
Kehidupan desa yang sepi dan jauh dari peradaban rupanya tidak cocok bagi mereka, terbukti setelah sepuluh hari mereka di sana, mereka sudah banyak mengeluh, mulai dari makanan, air sampai toilet yang jorok. Apalagi desa itu tampaknya masih terikat tradisi bahwa berdua-duaan antara pria dan wanita dianggap sebagai pelanggaran adat. Mereka sudah terbiasa dengan pergaulan bebas tidak tahan menghadapi kehidupan yang serba terisolir dan terbatas di desa yang sering mereka sebut primitif itu. Beberapa dari mereka atau bisa juga semuanya secara sembunyi-sembunyi kadang berusaha menemui pacar-pacar mereka dengan berbagai macam cara.
Pagi itu Asty terlihat berdandan lengkap dengan make-up yang terlihat rapi membuat wajahnya yang cantik menjadi lebih memesona. Asty bisa dibilang sempurna untuk ukuran wanita. Tingginya yang 170 cm didukung dengan bodi ramping tapi padat membuat banyak pria mengaguminya, rambutnya panjang ikal hitam biasanya dikuncir ekor kuda kali ini dibiarkannya tergerai dan hanya diberi bando putih, terlihat kontras dengan rambutnya yang tebal berkilat. Kakinya yang padat dan langsing terbalut celana panjang jins ketat membentuk lekukan tubuh yang nyaris sempurna.
Rapi amat lo, Tegur temannya yang sedang duduk di ruangan tengah ketika melihat Asty. Ada janjian sama Alex ya..? celetuknya.
Elo mau tahu aja.. Asty nyengir memamerkan sederet gigi yang rapi dan putih. Udah gak tahan nih.. masa gak bisa ngapa-ngapain di sini, bosan, kan?
Temannya hanya mencibir dangan mimik lucu.
Entar bilang aja Gue ada janji sama Alex.. kata Asty ambil lalu. Temannya hanya sempat mendengar kata terakhirnya karena Asty sudah keburu pergi dengan gerakan cepat.
Asty bergegas menuju ke tempat dimana Alex menginap. Beberapa orang penduduk desa yang lewat menyapanya kalem, meskipun terlihat jelas beberapa pria memelototi wajah dan tubuhnya yang seksi. Asty hanya menjawabnya sekilas tanpa memedulikan tatapan mereka. Bersama Alex pacarnya, Asty pergi berduaan dengan sedapat mungkin menghindari bertemu penduduk desa. Mereka berjalan menuju ke hutan di pinggiran desa. Sebuah hutan kecil tapi cukup lebat dan sunyi.
Udah Lex.. jangan jauh-jauh, entar kita kesasar.. kata Asty setelah masuk agak ke dalam. Lagian ngapain sih elo ngajakin gue ke tempat ini?
Asty memandang ke sekeliling. Mereka berada di tepi sebuah sungai kecil yang berair jernih. Sekelilingnya ditumbuhi rumput dan ilalang tinggi menciptakan sebuah tanah lapang berwarna hijau, memisahkan deretan pohon dan sungai yang berkelok.
Di sini nih.. kata Alex sambil tersenyum aneh menatap Asty.
Di sini apaan..? Asty bergumam tanpa memandang Alex.
Tempat yang pas buat pacaran.. Alex tertawa kecil. Dia lalu berjalan mendekati Asty yang masih memunggunginya lalu perlahan memeluknya dari belakang.
Uhmm Asty mendesah saat Alex mendaratkan ciuman kecil ke tengkuknya. Udara yang masih dingin membuat kuduk Asty meremang.
Gimana Sayang..? Tempat ini ideal kan..? Alex kembali menciumi tengkuk Asty, lalu menyusuri leher dan pundaknya dengan sentuhan bibirnya.
Ohhh.. Asty mendesah. Elo kalau urusan kayak gini paham banget.. Asty menggeliat kecil sambil memegangi pinggang Alex. Alex dengan sigap membalikkan tubuh Asty sehingga mereka berdekapan satu sama lain. Tanpa menunggu ijin dari Asty, Alex langsung melumat bibir Asty yang merah segar dengan gerakan ganas. Asty membalasnya dengan ciuman mesra. Selama hampir satu menit bibir mereka saling beradu seolah dilekatkan oleh lem yang begitu lengket.
Oh.. mmh.. gak sabaran amat sih Sayang.. Ujar Asty sambil mendesah di tengah pergulatan bibir yang seru itu. Dia mencengkeram rambut Alex dan menekankan wajahnya ke wajahnya sendiri.
Sudah sepuluh hari nih.. Gue udah ngebet tahu.. Alex membalas perlakuan Asty dengan cara yang sama. Pergulatan bibir it uterus berlanjut sampai keduanya menjatuhkan diri di rerumputan dan bergulingan sambil tubuh dan bibir masih melekat satu sama lain. Saking serunya bergumul, mereka tidak menyadari kalau aksi mereka sedang diintip oleh tiga pasang mata yang melotot sambil panas dingin menahan gejolak menggebu.
Pergulatan Alex dan Asty makin seru. Mereka bahkan mulai melucuti pakaiannya masing-masing hingga nyaris telanjang. Ketiga pasang mata yang mengintip itu langsung melotot ketika melihat Asty yang sekarang hanya tinggal memakai Bra dan celana dalam saja. Tubuhnya terlihat begitu mulus dan putih. Payudaranya yang tidak begitu besar terlihat padat di balik Bra tipisnya sehingga terlihat jelas puting susunya. Pinggangnya yang kecil berakhir pada pinggul yang bulat terlihat begitu menggairahkan sementara selangkangannya yang masih tertutup celana dalam berenda warna putih membayang jelas pada belahan vaginanya.
Alex yang sudah dikuasai nafsu tanpa menunggu langsung mendekap dan menindih tubuh putih mulus Asty yang setengah telanjang sambil terus melumat bibir Asty dengan gerakan lembut.
Wah.. wah.. Wah.. lihat siapa ini..? terdengar suara bernada mengejek dari atas mereka.
Bak disambar geledek keduanya langsung melompat dan saling menjauh dengan sekujur tubuh gemetar sebagai campuran reaksi antara kaget, marah, malu dan takut sekaligus. Betapa terkejutnya mereka, tahu-tahu tiga orang lelaki bertampang kasar sudah berdiri di dekat mereka. Asty dan Alex mengenal ketiganya. Ketiganya adalah mantri hutan setempat, yang satu bernama Pak Arman, pria kekar dan bercambang lebat yang merupakan Mantri kepala, yang satu lagi bertampang mirip pemadat, kurus kering dengan wajah pucat menyeringai menyebalkan, sering disapa dengans sebutan Pak Man, dan yang terakhir bertubuh hitam gemuk agak tua dengan rambut beruban di banyak tempat, dia Pak Johan. Secara refleks Asty mendekap bagian dadanya yang hanya berbalut Bra tipis. Sementara bagian bawahnya yang hanya tertutup celana dalam bebas dipelototi oleh ketiga mantri hutan itu.
hehehehe.. orang kota suka seenaknya saja.. kata Pak Arman sambil melirik ke bagian bawah tubuh Asty yang nyaris telanjang. Asty beringsut dan mencoba menutupi tubuhnya dengan tangan dengan usaha yang nyaris sia-sia karena tangannya terlalu kecil untuk menutupi tubuhnya.
Ma.. maaf Pak.. kami khilaf.. Alex berujar terbata-bata karena takut dan malu.
Iya Pak.. maafkan kami.. Asty memohon dengan suara memelas. Wajahnya yang semula putih sekarang berubah kemerahan karena malu dan takut.
Heheheh.. soal minta maaf itu mudah, tapi karena kalian sudah melanggar aturan adat maka kalian harus dihukum, Pak Arman berujar lantang dan datar mencoba menyembunyikan kondisi dirinya yang menahan gejolak melihat tubuh Asty yang putih mulus nyaris telanjang itu.
Jangan Pak.. jangan hukum kami.. Asty kali ini nyaris menangis saking putus asanya.
Iya Pak.. jangan hukum kami, kami akan bayar berapapun.. Alex menambahi dan berharap kata-kata terakhirnya merupakan senjata ampuh untuk menghindari hukuman. Tapi harapannya langsung menguap saat Pak Arman menanggapi dingin.
Dasar orang kaya, kalian pikir semua bisa diselesaikan pakai uang begitu..? Pak Arman membentak, membuat tubuh Asty seolah menciut ke ukuran botol.
Sekarang ayo ikut kami! kembali Pak Arman membentak.
Dengan ketakutan kedua orang itu menurut. Asty mencoba memungut bajunya yang bertebaran, Pak Arman yang melihatnya langsung melotot.
Siapa yang suruh kamu pakai baju? Kalian tidak boleh pakai baju! bentaknya. Asty kaget bukan kepalang. Matanya mulai berkaca-kaca karena ketakutan. Dilemparkannya kembali bajunya ke atas rerumputan. Lalu dengan keadaan nyaris bugil, Anie dan Alex digiring masuk lebih jauh ke dalam hutan. Mereka sengaja diajak berjalan berputar-putar supaya bingung kalau mencoba melarikan diri.
Rasanya sudah berjam-jam mereka masuk ke dalam hutan. Rasa takut, ditambah haus dan lapar membuat Asty dan Alex makin tersiksa, apalagi di sepanjang perjalanan berkali-kali tangan usil para mantri hutan itu juga sibuk meraba dan mencubiti bagian-bagian tubuh Anie yang terbuka. Pantat Asty yang mulus dan sekal menjadi bagian yang paling favorit bagi tangan para mantri hutan itu. Diperlakukan demikian Asty hanya bisa menahan tangis dan rasa ngerinya.
Mereka kemudian sampai di sebuah pondok kayu kecil, tapi kokoh karena terbuat dari kayu-kayu gelondongan. Anehnya mereka tidak mambawa Asty dan Alex masuk ke dalam pondok kayu itu. Mereka justru mengikat Alex pada sebuah pohon. Alex berusaha meronta tapi menghadapi tiga pria yang jauh lebih kuat darinya perlawanannya hanyalah usaha yang sia-sia.
Nah.. Nona yang cantik.. sekarang waktunya kalian harus menerima hukuman dari kami.. ujar Pak Arman sambil matanya menyapu ke sekujur tubuh putih mulus Asty yang berdiri hanya mengenakan Bra dan celana dalam.
Asty diam saja seolah menunngu vonis yang akan dijatuhkan.
Hmm.. hukumannya apa ya.. Pak Arman bergumam tidak jelas seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Ah iya... Nona Asty, hukuman buat Nona yang pertama adalah menari buat kami.. tapi dengan catatan, sambil menari, Nona harus buka kutang sama celana dalam Nona... kata Pak Arman datar, nyaris tanpa emosi. Asty tersentak, seketika tubuhnya gemetar..
Asty terkesiap, dia tidak mengira akan dipaksa melakukan tarian telanjang. Tubuhnya gemetar karena shock, dia hanya menggelengkan kepalanya sambil menahan tangis yang setiap saat siap meledak.
Jangan! Bukan Asty yang berteriak tapi Alex yang masih terikat di pohon. Asty cepat lari! Cepat lari!
Diam tolol! Pak Johan yang berdiri di dekat Alex langsung meninju perut Alex. Pak Johan lalu menyumbat mulut Alex dengan secarik kain kotor.
Heheheh.. Kamu juga boleh melihat kok pacar kamu menari bugil, kamu pasti senang deh.. Pak Johan menyeringai licik.
Hehehehe.. Pak Arman menyeringai. Kalau mau lari juga tidak apa-apa, paling-paling Nona hanya akan bertemu macan di sekitar sini. Lagipula tidak ada yang tahu tempat ini selain kami.
Asty gemetar ketakutan, bendungan air matanya yang sedari tadi bertahan akhirnya jebol, sebutir kristal bening mulai mengaliri pipinya yang mulus. Asty tahu dia tidak punya pilihan lain, dia memang tidak tahu jalan pulang, ditambah kemungkinan benar ucapan Pak Arman tentang harimau yang masih berkeliaran. Asty menggelengkan kepalanya kuat-kuat mencoba pasrah.
Bagaimana Non..? Pak Arman bertanya datar. Asty diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Tawa ketiga mantri hutan itu langsung meledak penuh kemenangan.
Horee.. Asiik.. hari ini kita bakal dapat tontonan bagus, jarang lho ada cewek kota secantik Non mau menari bugil buat kami, kata Pak Man - yang dari tadi diam saja - dengan nada dibuat-buat.
Asty menunduk sambil menggigit bibirnya menahan malu dan takutnya yang makin memuncak.
Tunggu dulu, pakai musik dong.. kata Pak Arman, dia lalu masuk ke pondokan dan keluar lagi membawa sebuah tape recorder kecil bertenaga batere. Ketika disetel, alunan musik dangdut mulai bergema di sekitar tempat itu.
Nah.. ayo dong Non.. mulai goyangnya.. kata Pak Arman mengimbangi suara musik yang lumayan keras.
Asty mencoba tersenyum. Dia lantas mulai menggoyangkan tubuhnya yang setengah bugil itu dengan gerakan gerakan erotis. Tangannya diangkat ke atas lalu pinggulnya digoyang-goyangkan membuat seluruh tubuhnya berguncang. Seketika mereka bertiga bersuit-suit melihat goyangan pinggul dan pantat Asty.
Buka kutangnya! Buka! Kami mau lihat pentilnya, teriak mereka sambil terus memelototi Tubuh Asty yang bergoyang erotis. Asty lalu perlahan mulai melepas Bra yang menutup payudaranya lalu melemparkannya ke tanah. Payudara Asty sekarang tergantung telanjang begitu putih mulus dan kencang. Payudara itu berguncang seirama gerakan Asty. Melihat payudara yang begitu mulus itu telanjang, Ketiga mantri hutan itu makin liar dan berteriak meminta Asty membuka celana.
Asty dengan sesenggukan mulai memelorotkan celana dalamnyanya dan melemparkannya ke tanah, Sekarang Asty sudah sempurna telanjang bulat di hadapan ketiga mantri hutan yang memelototinya dengan penuh nafsu, Asty meneruskan tariannya dengan berbagai gaya yang diingatnya. Ketiga mantri hutan itu paling suka saat Asty melakukan goyang ngebor ala Inul dan goyang patah-patah. Pantatnya yang montok dan mulus bergoyang-goyang secara erotis. Sesekali Asty juga berpura-pura melakukan onani dengan meremas payudaranya sendiri sambil merintih-rintih dan mendesah-desah seperti orang yang terangsang nafsu seksualnya.
Selama hampir satu jam Asty menghibur ketiga mantri hutan itu dengan tarian bugilnya, tubuhnya sampai basah karena keringat membuat tubuh yang putih mulus itu terlihat berkilat-kilat. Acara itu baru selesai setelah Pak Arman menyuruhnya berhenti.
Hehehehe... Ternyata Nona pintar juga narinya.. kami jadi terangsang lho.. kata Pak Arman sambil tersenyum keji.
Sudah cukup Pak, saya sudah menuruti permintaan Bapak, sekarang lepasin kami.. pinta Asty sengan memelas sambil setengah mati berusaha menutupi payudara dan vaginanya yang telanjang.
Cukup..? Pak Arman tertawa. Hukuman kalian belum lagi dimulai.
Asty merasa mual mendengar ucapan itu, kalau yang tadi belum apa-apa, Asty ngeri membayangkan apa yang akan mereka minta berikutnya.
Hukuman selanjutnya, sekarang Non berdiri sambil ngangkang, lalu angkat tangan Non ke belakang kepala! Pak Arman memerintah dengan jelas.
Asty tersedu sesaat, lalu dia mulai membuka kakinya lebar-lebar membuat bagian selangkangannya terkuak, tangannya diangkat dan jari-jarinya ditumpukan di belakang kepalanya membuat payudaranya yang putih dan kenyal sedikit terangkat. pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Asty terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Asty selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan.
Nah, sekarang boleh nggak kami meraba tubuhnya Neng? tanya Pak Arman..
Asty tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.
I.. iya Pak, boleh.. Asty meneguk ludah.
Sekarang kita mulai ya.. kata Pak Arman, Asty hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Pak Arman bergerilya di wajahnya.
Uhh.. wajahmu mulus sekali Non.. Pak Arman lalu mencium pipi Asty, antara geli dan jijik Asty memajamkan mata. Lalu Pak Arman mulai menelusuri bibir Asty yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Pak Arman terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Asty, lidahnya mencoba menerobos masuk ke mulut Asty, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Asty. Asty menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Asty, tangan Pak Arman juga memelintir-melintir puting payudara Asty dengan gerakan kasar. Asty meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Pak Arman justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Asty menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Asty mulai mendesah.
Ayo, kalian juga boleh ikut..? Pak Arman memanggil kawan-kawannya. Asty makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini tiga orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Pak Man yang berangasan bahkan meremas-remas payudara kiri Asty dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Asty yang sekal.
Uohh.., Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin, kata Pak Man. Sementara Pak Johan sedang asyik berkutat dengan payudara Asty sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Asty dengan lidahnya.
Ohh.. baru tahu ? Pak Arman tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Asty. Asty hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Pak Arman mulai menggerayangi vaginanya.
Ohh.. tempiknya bagus banget nih Pak Man.. Pak Arman menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Asty, sementara Pak Man dan Pak Johan kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Asty sementara tangannya membelai-belai perut Asty yang licin.
Ohh.. Asty menjerit kecil saat saat Pak Arman mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Asty.
Jangan Tuan.. Asty merintih, tapi rintihan Asty ibarat perangsang bagi Pak Arman dan kawan-kawannya, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Asty bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Asty. Asty merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.
Hei Pak Arman.. kayaknya Nona ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..? ujar Pak Johan diiringi tawa, Asty makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan mereka.
Janganhh..ohh... Asty mulai meracau tidak karuan saat Pak Arman mulai menjilati vaginanya. Asty menjerit saat lidah Pak Arman bermain di klitorisnya. Lidah Pak Arman mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Asty sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.
Ahkkhh.. ohh.. janganhh.. Asty menggeliat. Semantara Pak Man dan Pak Johan kali ini berdiri di belakang Asty sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Asty dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Asty dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Asty mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu.
Bersambung . . .