Pemerkosaan
Friday, 10 July 2009
Malapetaka KKN - Terjebak rayuan - 1
Banyak yang bilang kalau mereka sebenarnya serasi, Jono meskipun anak desa tapi bunya wajah yang menarik, sifatnya juga kalem dan pendiam, serasi dengan Clara yang ramai dan tentunya cantik. Clara punya tubuh yang bagus, tingginya sekitar 168 cm dengan payudara 34B. Clara juga bekerja sampingan sebagai fotomodel di luar tugasnya sebagai mahasiswi jurusan Sastra. Kebetulan pula mereka punya minat yang sama dalam dunia buku. Beberapa kali Clara dan Jono terlihat berdiskusi berdua dan sekali dua kali terlihat mereka berjalan berduaan untuk kepentingan KKN Clara.
Hari itu Clara terlihat bersiap untuk pergi, rupanya dia dan Jono ada janji unutuk pergi mengunjungi desa sebelah guna membicarakan kerja sama program KKN nya dengan salah satu kelompok di desa sebelah. Sepanjang perjalanan Jono terlihat diam sekali, nyaris tidak bicara sepatahpun. Clara melihat keanehan ini, meskipun dia maklum karena Jono memang pendiam. Tapi mendadak setelah agak jauh berjalan, Clara entah bagaimana merasa gelisah. Seperti ada sesuatu yang menggelayuti hatinya dengan perasaan aneh.
Perasaan Clara makin gelisah ketika Jono mengajaknya ke sebuah rumah yang sma sekali tidak dikenalnya, rumah itu terletak sangat terpencil, jauh dari rumah penduduk yang lain bahkan bisa dibilang tersembunyi oleh pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.
Kok kita ke sini Jon? Kita kan mau ke desa sebelah? Clara bertanya dengan nada sedikit curiga.
Kita mampir sebentar, ini rumah teman saya, kata Jono dengan nada gemetar tidak wajar.
Tapi kayaknya rumah nin agak menyeramkan, Clara menghentikan langkahnya. Aku ngeri nih.
Jangan takut Clara, kita cuma mampir sebantar kok. Kata Jono lagi.
Tapi.. Clara ragu-ragu untuk meneruskan langkahnya.
Ayo, jangan takut, nggak ada apa-apa, Jono memaksa. Ayo... jangan takut.
Akhirnya meskipun dengan masih sedikit ragu, Clara mengikuti Jono yang masuk ke rumah itu. Rumah itu cukup besar meski terkesan tidak terawat. Diding rumahnya terbuat dari bata yang belum dipoles, menampakkan batu bata merah yang saling bersambungan. Oleh Jono, Clara disuruh menunggu di sebuah kamar yang jendelanya tertutup dan berterali besi. Clara agak jengah menatap kamar berukuran 3 kali 3 meter itu. Dindingnya tertempel banyak sekali poster dan gambar wanita cantik yang hanya memakai bikini super mini dengan berbagai pose. Clara duduk di sebuah ranjang besar yang ada di tengah kamar, ranjang itu bersih, dengan kasur yang dilapisi seprei merah dan berbau kamper.
Selama beberapa menit Clara menunggu membuatnya tidak sabar. Karena itu ketika terengar ada orang yang melangkah masuk, Clara langsung membalik.
Sudah selesai.... Clara tertegun, pertanyaannya spontan terputus oleh kekagetan. Dia menyangka tadinya Jono yang masuk ke dalam kamar, tapi yang ada sekarang adalah laki-laki gemuk dan agak botak, berumur, mungkin limapuluh atau enampuluh tahunan, terlihat dari kerut wajah dan uban di rambutnya yang tinggal sedikit. Laki-laki itu tersenyum senyum seperti orang gila sambil menelusuri sekujur tubuh Clara dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Siapa Bapak? Dimana teman saya..? Clara bertanya takut-takut sepertinya laki-laki itu akan menelannya hidup-hidup.
Oh.. ya.. laki-laki itu membuka suara. Nama Bapak Jamal, Bapak yang punya rumah ini. katanya dengan lagak sok penting, seolah dirinya semacam penguasa desa. Dan soal teman Neng, jangan kuatir, dia baik-baik saja, malahan dia tadi ada pesan buat Neng, supaya Neng Clara melayani kami dengan baik.
Melayani? Apa Maksud Bapak? Clara merasa merinding mendengar ucapan Pak Jamal yang bernada cabul itu.
Ah.. ya.. Bapak lupa memberitahu Neng sesuatu, Pak Jamal berjalan mendekati Clara, membuat Clara beringsut mundur.
Perlu Neng ketahui, Jono dan orang tuanya sebetulnya punya hutang pada Bapak. Sangat besar, sampai-sampai tidak akan mungkin dibayar oleh mereka Bahkan jika mereka bekerja seumur hidup pada Bapak.
Tapi apa hubungannya dengan saya? tanya Clara bingung.
Itu dia yang paling penting, ujar Pak Jamal datar. Bapak tahu Jono dekat dengan Neng Clara, jadi kami membuat kesepakatan, Jono dan keluarganya saya bebaskan dari hutang, asal dia bisa membawa Neng Clara ke sini.
Clara mulai gemetar memikirkan ucapan Pak Jamal berikutnya sambil berharap dugaannya salah.
Tapi.. apa maksud Bapak menyuruh Jono membawa saya ke sini..? Clara bertanya takut-takut, sekujur tubuhnya merinding meskipun saat itu cuaca tidak terlalu dingin.
Masa perlu diterangkan lagi sih Neng..? Pak Jono tersenyum liar sambil menjilati bibirnya sendiri. Bapak mau Neng Clara jadi piaraan Bapak, soalnya Bapak ingin merasakan gimana rasanya ngentotin cewek kota seperti Neng..
Clara seperti disambar petir mendengar ucapan Pak Jamal yang tanpa tedeng aling-aling itu. Spontan kemarahannya meledak.
TUA BANGKA TIDAK TAHU MALU!! Clara berteriak penuh emosi. Jangan mimpi saya sudi melayani anda!
Oh ya, Neng pasti mau saya entotin, bahkan malah akan memohon-mohon untuk saya entotin, Pak Jamal mengejek sambil tersenyum penuh makna. Neng tahu, saya orang paling kaya di sini, bahkan kepala desapun tunduk pada saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Neng dan semua teman-teman Neng kalau saya perintahkan seluruh penduduk desa untuk menyerang pondokan tempat Neng menginap. Mungkin penduduk desa akan membakar teman-teman Neng hidup-hidup, atau.. bagaimana kira-kira kalau saya perintahkan mereka supaya ditelanjangi terlebih dulu lalu kemudian diperkosa secara bergiliran di tengah lapangan sebelum dibakar hidup-hidup..
Clara terkesiap pucat mendengar ucapan Pak Jamal. Mungkin itu sekedar gertak sambal, tapi mungkin juga tidak, Clara tidak bisa berpikir jernih mendengar ucapan Pak Jamal yang bagaikan teror menggedor hatinya.
Anda.. anda bohong.. tidak mungkin penduduk percaya pada anda.. Clara menukas, meskipun dia sendiri ragu terhadap ucapannya barusan.
Kalau Neng tidak percaya ya terserah Neng, kita lihat saja siapa yang bohong. Desa ini terpencil dan jauh dari mana-mana Neng, tidak ada yang akan memperhatikan kalau rombongan KKN sebanyak itu mati mendadak, Pak Jamal beranjak pergi meninggalkan Clara yang galau. Clara menyadari sebagian yang diucapkan Pak Jamal benar. Bagaimana kalau Pak Jamal benar-benar menghasut warga untuk menyerang teman-temannya, lagipula Pak Jamal bisa saja memperkosa dirinya tanpa perlu membeberkan rencananya. Clara benar-benar kalut, pikirannya yang biasanya cemerlang mendadak buntu. Jantungnya seolah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, kegalauan di hatinya menimbulkan perang batin yang luar biasa, apalagi saat Pak Jamal berjalan meninggalkannya.
Tu.. tunggu Pak Jamal.. Clara berkata parau mencegah langkah Pak Jamal, dia lalu berjalan menyusul Pak Jamal dengan langkah terburu-buru membuatnya nyaris terpeleset jatuh.
Ada apa Neng.. Pak Jamal pura-pura bego. Clara hanya berdiri mematung di hadapan Pak Jamal sampai akhirnya dia berkata.
Sa.. saya mau.. kata Clara lirih.
Mau..? Mau apaan? kembali Pak Jamal bertanya tolol. Clara merasa harga dirinya hancur dengan perlakuan Pak Jamal.
Saya mau melayani Pak Jamal asal Pak Jamal tidak menyakiti teman-teman saya.. kata Clara sambil terisak, sebutir air mata menetes di pipinya.
Wah.. perjanjian batal Neng.. saya yang sekarang tidak mau, ujar Pak Jamal sok jual mahal. Dia lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Clara.
Jangan! Jangan pergi Pak..! Clara mengejar Pak Jamal dan menarik tangannya. Tolong jangan pergi. Saya mau Bapak setubuhi, saya mau Bapak entot sampai Bapak puas, nikmati saya.. nikmati tubuh saya..
Yang benar? Pak Jamal menyeringai puas. Coba ucapkan sekali lagi dengan manis.. sambil memohon tentunya.
Clara kembali tersedu, ucapan Pak Jamal yang tadi didengarnya, bahwa dirinya akan memohon-mohon untuk disetubuhi ternyata menjadi kenyataan.
Saya mohon Pak.. saya mohon, setubuhi saya, entoti saya semau Bapak, saya mau Bapak entoti, buruan Pak, Buruan entoti saya..
Yang sopan dong, masa sambil marah-marah begitu.. kata Pak Jamal mempermainkan dan melecehkan harga diri Clara. Clara merasa sangat terhina sekali, tapi dia tidak kuasa menolaknya, kahirnya dia paksakan diri untuk tersenyum.
Pak Jamal yang baik, saya mohon entotin saya Pak.. ujar Clara, kali ini sambil tersenyum semanis mungkin. Saya sudah kebelet Pak.. Saya mohon.. Entotin saya..
"Ooh Bapak musti bayar berapa buat ngentotin Neng?" tanya Pak Jamal pura-pura,Clara kebingungan sesaat harus menjawab apa, sampai kemudian Clara berujar lirih.
Ehh... gratis Pak.. Bapak nggak usah bayar.. saya sukarela kok, kata Clara akhirnya.
Hehehehe.. gratis ya? Jadi Neng sukarela ya? Bukan paksaan kan? tanya Pak Jamal sambil tertawa pelan.
Eh.. iya Pak.. saya nggak terpaksa.. jawab Clara tertahan.
Sekarang buka bajunya.. Bapak kepingin lihat kayak apa sih pentilnya cewek kota.. perintah Pak Jamal kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja.
Jangan Pak.. jangan .. Clara kembali terisak. Tapi Pak Jamal memaksanya dengan ancaman mengerikan, mambuat Clara tidak berani menolak lagi. Clara dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah Pak Jamal. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Clara tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai.
Uoohh.. muluss.. komentar Pak Jamal. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Clara yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kencang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Clara memakai baju. Sementara perut Clara terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Clara memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang.
Celananya juga.. celananya juga..
Clara mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Clara benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda.
Sekalian kutang sama celana dalamnya dong Neng... Perintah Pak Jamal datar. Clara terkesiap pucat. Clara tidak punya pilihan lain, dengan gemetar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan laki-laki tua itu, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Clara secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Pak Jamal segera melarangnya.
Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.
Clara tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Clara sudah bediri telanjang bulat di hadapan Pak Jamal, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Clara berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya meskipun dia tahu usahanya sia-sia.
Pak Jamal berdiri mematung memelototi tubuh mulus Clara yang bugil di hadapannya sambil berdecak-decak penuh birahi.
Astaga, bukan main mulusnya.. beda banget sama yang pernah Bapak bayangkan, Pak Jamal menantap liar ke bagian payudara Clara yang polos. Kemudian Pak Jamal mendekati Clara, lalu tangan nakalnya mulai bergerilya di bagian-bagian tubuh Clara yang tidak tertutup selembar benangpun itu, tangannya meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Lalu perlahan Pak Jamal mulai menjamah payudara Clara dengan lembut dan mulai meremasnya pelan. Clara tersengat merasakan sentuhan tangan kasar itu di payudaranya. Sebuah sensasi aneh mulai melandanya, mambuat tubuhnya gemetar, darahnya seolah bergolak dan mafasnya perlahan mamburu tidak teratur.
Kemudian Pak Jamal mulai mencumbui payudara Clara, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Clara hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan sentyuhan bibir yang kasar itu pada kedua payudaranya. Clara menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Clara, tangan Pak Jamal juga memelintir-melintir puting payudara Clara dengan gerakan kasar. Belaian dan cumbuan Pak Jamal pada kedua payudara Clara membuat desakan sensasi di dalam tubuh Clara makin menggelora membuat Clara perlahan mendesah-desah dengan nafas tersengal.
tiba-tiba Pak Jamal memagut bibir dosennya itu dan melumatnya dengan kasar. Clara tersentak kaget, dia berusaha melepaskan ciuman itu, tapi Pak Jamal lebih cepat memegangi leher Clara dan membenamkan bibirnya di bibir Clara.
Mmmhh...! Clara sempat berontak selama beberapa saat namun ciuman dan belaian Pak Jamal pada daerah sensitifnya membuat dirinya seolah tidak bertenaga, tubuhnya mulai dikuasai oleh deskan libido membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Clara melakukannya dengan laki-laki yang sama sekali jauh dibawahnya, tua gendut dan jelek, tapi Clara justru merasakan kenikmatan yang berbeda yang menggodanya untuk meneruskan lebih jauh.
Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Clara menyambut ciuman Pak Jamal. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Pak Jamal tetap meremas lembut payudara Clara, Clara sendiri sudah mulai berani mengelus punggung Clara. Dorongan birahinya yang menggelegak membuatnya diam saja saat Pak Jamal mulai membimbingnya dan membaringkannya di atas ranjang.
Perlahan belaian dan cumbuan Pak Jamal meluncur turun menyusuri perut Clara yang licin dan rata, sampai akhirnya wajahnya membenam di selangkangan Clara membuat Clara melenguh keras.
Mmhheengghhudah Pakk... ohhhh.... sshhnanti ada yang lihat...! desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.
Tenang saja Neng, disini aman kok, rumah ini jauh dari tetangga, kita bisa senang-senang sepuasnya.. Pak Jamal berujar lembut. Selanjutnya Pak Jamal kembali membenamkan wajahnya pada kemaluan Clara dan dengan rakus menjilati vaginanya. Tangan kirinya mengelusi paha dan pantatnya, terkadang jarinya iseng menyusup ke pantat Clara.
AahhhPakaahhhjangan ! Clara mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Pak Jamal menelusuri gundukan bukit kemaluannya
Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Pak Jamal untuk menjilatinya. Tubuh Clara seperti kesetrum ketika lidah Pak Jamal yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Clara semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Pak Jamal sehingga Pak Jamal harus memegangi kedua belah paha Clara.
Pakahhhoohh..... desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Pak Jamal memainkan klitorisnya. Clara menjerit kecil setiap kali lidah Pak Jamal menyentuh klitorisnya, sementara tangannya juga bermain meremasi pantat Clara. Tubuh Clara sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Clara akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Pak Jamal dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Clara tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.
OOHHHKKHHHH.... AHHHH... Clara mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula cairan vaginanya muncrat keluar membasahi sprei. Tanpa sadar Clara mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas di atas ranjang. Ketika Clara memandang ke atas, dilihatnya wajah tua gelap pria itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kemenangan karena telah berhasil menaklukkan korbannya.
Bersambung . . . .